Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Oma? Bukannya Oma ada di Bali menemani Papa? Atau ini lah yang membuat aku dan Zavina merasa gelisah akhir ini, Zahra berucap dalam hati.
"Bang tunggu dulu!", Zahra berucap sambil menahan langkah Fadli, dengan kening berkerut Zahra menatap sang Abang dengan intens.
Fadli yang sudah merasa cemas seketika tersadar bahwa adik sepupunya belum lah tau soal kondisi keluarga Wijaya saat ini. " Sebarnya ini ada apa sih?", Zahra bertanya sambil melipat kedua tangannya di dada.
Fadli menghela nafas lalu berucap "Nanti di jelasin, sekarang kita harus keruangan Oma dulu", Fadli menggenggam tangan Zahra lalu melangkah menyusuri lorong rumah sakit.
Dari jarak yang cukup jauh Zahra melihat keluarganya yang sedang menangis bahkan dia melihat Zavina yang juga menangis di pelukan sang paman Jacob.
Deg.... Jantung Zahra semakin gelisah, langkahnya dan langkah Fadli terasa semakin berat, apa lagi saat keduanya melihat keluarga Wijaya yang menangis di depan pintu kamar rawat.
"Paman, Mami?", Zahra berucap lirih tapi suara Zahra ternyata di dengar oleh Zavina, Zavina sontak menghampiri Zahra dan memeluk sang saudara kembar, tak lama sebuah brangkar di dorong dari dalam saat itu lah Zahra langsung menangis tapi tangisan Zahra tak meraung dia hanya menangis dalam diam.
Hari itu juga Oma Gepita di makamkan dan beliau di makamkan di kota Bali di pemakaman khusus keluarga Wijaya, banyak para rekan serta sahabat dari keluarga Wijaya yang melayat bahkan sampai malam hari masih banyak tamu yang berdatangan guna mengucapkan belasungkawa.
3 hari kemudian mereka kembali ke Singapore karna Fadli akan melakukan Operasi bersama Dr. Daniel dan tim medis lainnya, kali ini Fadli berencana mencocokkan darah Zahra pada Ardi, sebenar Zavina lah yang golongan darahnya sama dengan Ardi dan juga Oma Gepita, tapi mengingat kondisi Zavina yang lemah sedari kecil membuat mereka enggan untuk mencoba, tapi siapa sangka darah Zahra yang tak mengikuti gen keluarga Wijaya sebab darah Zahra sudah terkontaminasi oleh cairan yang menyebabkan sang ibu meninggal, berkat itu darah Zahra bisa menetralisir racun dan dapat membatu pemulihan pasca operasi dan juga dapat membantu segala jenis alergi.
"Semoga semua berjalan sesuai rencana", Fadli berucap sebelum memasuki ruang operasi.
" Tenang lah! Semoga tubuh Papa menerima darah ku", kali Zahra berucap di telinga Zavina.
"Andai sedari awal kita tau kalau Papa sakit kita pasti sedari awal akan mencoba dengan penelitian yang mbak Ai buat", Zavina menimpali dengan raut wajah sendunya.
" Sudahlah mungkin Papa tak ingin kita bersedih seperti saat ini, jadi sekarang kita cukup berdoa, oke".
Zavina hanya mengangguk kini keduanya duduk di kursi tunggu bersama paman Zaidan dan bibi Angle, paman Jacob dan tante Areta, mereka semua merangkul si kembar guna memberikan semangat serta dukungan.
Semetara itu Arga dan Zino serta Zero saat ini sedang berada di pulau kembar, para musuh dunia bawah yang mengetahui bahwa keluarga Wijaya sedang berduka mereka langsung melancarkan serangan hingga membuat para anak buah Pendora, Orion serta Red Eye's sedikit kewalahan, tapi untungnya Greos juga ikut membantu sehingga pertarungan menjadi seimbang.
Sementara itu Aira bersama Nyonya Renita dan juga Tuan Leo, mereka memantau lewat menara yang berada di tengah pulau.
"Bagaimana situasinya Pi", Aira bertanya tapi tangannya tak berhenti bergerak di atas keybord.
" Sepertinya bukan hanya tiga melain kan lima! Papi lihat keluarga Sudra dan juga Rosmela juga terlibat", Leo berucap sambil matanya terus mengamati sekitar area.
"Pap, Mam pasukan Protector sudah sampai di perbatasan mereka berjumlah 300 orang, sepertinya Zahra juga meminta pasukan Wing juga ikut bergabung".
" Wing??", Leo berucap sambil melihat ke arah anak dan istrinya..
"Pasukan yang Zahra bentuk khusus untuk melindungi keluarga Wijaya, tadi nya dia merasa pasukan ini belum mampu tapi entah mengapa dia malah mengutus mereka", Aira menjawab dengan mulai mengunakan alat tempurnya, jika kalian pikir Aira akan mengunakan Pistol, Katan atau pun belati, kalian salah alat tempurnya lebih mengerikan dari pada itu.
"Ayolah kita turun sepertinya Dark dan yang lain cukup kewalahan", Leo berucap sambil melangkah meninggalkan menara tinggi itu, tak ada yang bisa memasuki area khusus itu sebab banyak hewan buas yang memang mereka lepas di sekitar area, hanya mereka yang memiliki akses yang bisa menuju ke menara.
Malam ini area barat pulau kembar sudah seperti tempat lautan darah, banyaknya korban dari pertempuran itu bahkan ada yang sampai hilang kepala, kaki bahkan mata. Sementara para pemimpin setiap kelompok tetap di biarkan hidup sebab Aira sudah melempuhkan mereka denga cairan eksperimen buatannya.
"Mih, lihatlah mereka jadi seperti mayat hidup", Aira berucap pada sang Mami saat melihat lawannya yang hanya berdiri mematung hanya bola matanya yang bergerak, tak lama setelahnya pria itu tiba-tiba berubah seperti orang kesurupan meraung sambil mencakar wajahnya bahkan tubuhnya sampai melepuh seperti terbakar.
Mereka yang melihat itu bergidik ngeri bagaimana pun wajah polos bar-bar milik Aira tak sesuai dengan kelakuan gadis itu.
"Mbak buat cairan eksperimen lagi?", kali ini Zero lah yng bertanya, sebab dia melihat tawan mereka yang cukup menyedihkan.
" Ya, ini hasil Eksperimen Zahra dan Mbak", kali ini bukan hanya Zero, Arga serta Nyonya Renita menatap horor, sebab Aira melibatkan Zahra dalam hal ini.
"Aisss.... Kau ini", Nyonya Renita hanya bisa berdecak lalu pergi meninggalkan mereka.
" Hey... Ar! Zahra dan Zavina sudah mulai magang di kantor mu, jadi segeralah kau kembali menjadi Ceo, karna yang ku dengar adik tirimu sering mencuri pandang pada Zahra".
Arga yang mendengar ucapan Aira sontak melotot kearah Daren, sebab sang asisten belum memberinya informasi mengenai hal itu.
Daren sendiri hanya bisa meringis dia ngeri melihat tatapan pemimpin Red Eye's itu.
"Maaf Tuan", Daren berucap sambil menunduk.
Sekarang kita kembali ke Jakarta sepertinya sudah waktunya mereka melepaskan kesenangan itu. Arga berucap tak lupa serigai licik di bibirnya jelas terlihat. Entah apa lah yang akan terjadi yang pasti kali ini mereka semua tak akan berani berkutik.