Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"PUNYA JAEHYUN!"
Begitu tiba di kantor Aidan langsung ikut berbaris. Untung saja tadi sebelum pergi Mama Nada dan bunda Rita mengantar makanan kerumah, kalau tidak bisa benar-benar terlambat Aidan karena memasak lebih dulu. Ada untungnya juga Aidan tinggal dekat dengan kedua orangtuanya dan juga orangtua Yura.
"Wes, pengantin baru udah masuk aja bang, kirain cuti 3 hari atau gak seminggu, ngurung dalam kamar gempur istri baru" ucap Dewa yang berbaris di samping Aidan, diiringi kekehan rekan-rekan yang dekat dengan mereka dan malah ikut menggoda Aidan.
Aidan nampak mendengus "lu kira pengantin baru cuma butuh kawin doang, kagak butuh makan" jawab Aidan dengan tidak santai. Aidan melengos kesamping kirinya mendapati Tio dengan wajah kusut dan ngantuk yang melanda. Namun bukan hanya Tio saja sih, hampir semua tim satreskrim wajahnya pagi ini tidak ada yang segar, termasuk Dewa. Hanya Aidan saja, catat hanya Aidan saja yang kelihatan seperti manusia.
Tapi Aidan tidak heran sih, karena memang begitulah hampir setiap kali turun perintah apel pagi, sementara jam 4 subuh saja mereka baru selesai penangkapan. Belum sempat tidur, tapi di suruh baris. Alhasil ya begini, ada yang terkantuk-kantuk, ada yang menguap berkali-kali seakan ingin menelan bumi dan seisinya, ada yang matanya berat seperti digondeli batu.
Bapak kasat akhirnya tiba di tempat, memimpin apel pagi ini.
Aidan menepuk lengan Tio beberapa kali untuk menyadarkannya "yo, bangun yo kasat udah ditempat."
Syukurnya Tio langsung membuka mata, "ngantuk banget saya ndan, motone sampai sepet banget ini" ucap Tio setengah berbisik seraya mengucek kedua matanya.
Aidan sangat paham rasanya bagaimana. Andai saja kemarin dirinya tidak cuti, pasti dia akan bernasib sama seperti mereka.
_______________
Yura tiba di kampus tepat jam 9 pagi, ia langsung masuk ke ruang dosen pembimbing. Entah mau berapa kali lagi dia masuk keruangan ini, Yura rasanya sudah bosan.
Yura menyerahkan proposal miliknya juga untuk kesekian kalinya pada dosen pembimbing. Dosen tersebut mulai memeriksa, sesekali mengangguk. Lalu mencoret beberapa point yang harus di perbaiki tapi kelihatannya coretan itu tidak sebanyak biasanya.
Setelahnya ia menutup proposal milik Yura dan melepaskan kaca mata yang sejak tadi bertengger di pangkal hidungnya. "Kamu lanjut ke kajian teori setelah ini. Lebih cepat lebih baik. Supaya bisa lanjut ke pembimbing 2" ujarnya.
Yura mengangguk. Akhirnya setelah kelar konsultasi Yura keluar dari dalam ruangan dosen pembimbing itu. Tiba-tiba saja tas ranselnya di tarik dari belakang oleh seseorang membuat Yura berbalik. Setelahnya berdecak mengetahui siapa orang yang menariknya "gue kirain siapa tadi."
Aqila tersenyum "Lo udah baikan?" tanya gadis itu menatap tubuh Yura dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Yura ingat kemarin saat setelah sidang selesai, sang bunda tidak memperbolehkannya masuk kuliah, katanya darah manis. Padahal udah terlanjur juga. Alhasil Yura tetap libur taulah bundanya itu cerewet luar biasa, jadi dia beralasan sakit pada Aqila, ya kali dia bilang dia mau nikah semantara dia belum siap mental untuk menjalani rumah tangga yang nyaris tak di inginkannya. Yura mengangguk "udah nih Lo liat sendiri kan gue udah bisa masuk." bohongnya.
"Jadi habis ini Lo mau kemana? Pulang?" tanya Aqila.
Yura menggeleng "gak tau, mau pulang juga males."
"Gue mau keperpus, cari bahan materi. Lo ikut gak?" tanya Aqila, Yura pun mengangguk setuju.
Akhirnya keduanya berjalan menyusuri koridor kampus menuju perpustakaan. Beberapa orang menyapa keduanya, wajar Aqila ini termasuk gadis humble dan ramah jadi ia punya banyak teman dan kenalan. Sementara Yura ini sedikit pendiam dan tertutup di kampus, jadi hanya beberapa orang saja yang ia kenal.
"Gue mau cari buku di sebelah sana dulu." ucap Aqila.
Yura mengangguk, "ya udah gue ke sebelah sana ya." tunjuk Yura kesisi yang berlawanan dengan Aqila.
Aqila mengangguk "kalau udah ketemu bukunya kita ketemu disini ya." ujarnya.
"Sip." Yura mengangkat sebelah tangannya mengacungkan jempol sembari berjalan ke tempat yang ia tunjuk tadi.
Yura mulai menyusuri rak demi rak untuk mencari buku yang akan ia baca selama menemani Aqila nanti. Berjongkok mencari buku yang menurutnya menarik untuk di baca di bagian bawah. Dan kembali berdiri setalah tidak menemukan buku yang menarik disana, sesekali mendongak melihat di bagian atas, siapa tau ada yang menarik dibagian atas sana. Dan ia menemukannya, karena tingginya yang semampai, semeter tak sampai. Jadilah ia berjinjit untuk meraih buku itu di bagian rak atas. Namun lagi-lagi ia tidak sampai. Memang dasarnya bantet ya bantet, sekalipun berjinjit tidak membantu sama sekali.
"Biar gue bantu" suara seseorang di belakang Yura menginstruksi. Membuat Yura segera berbalik dan juga mendongak menatap pria yang berdiri tepat di belakangnya mengambilkan buku yang mau Yura ambil tadi. "Revan?" panggil Yura seraya matanya Mengerjap-erjap lucu, ia sampai menahan nafas karena jaraknya dan Revan teralu dekat.
Tentu saja Revan gemas melihatnya, ia kemudian tersenyum dan menyerahkan buku tersebut "nih."
"Makasih."
Revan lagi-lagi tersenyum sangat manis "makannya kalau gak nyampek, minta tolong orang buat ambilin atau tuh kan ada tangga." tunjuk Revan dengan dagu pada tangga yang letaknya tidak jauh dari mereka berdiri.
Yura tertawa sumbang sambil garuk-garuk kepala "hehehe, tadinya mau mastiin guenya setinggi apa? Eh, rupanya cuma setinggi pohon toge." candanya dan itu membuat Revan tertawa.
"Wah, di cariin ternyata mojok disini. Eh, sama Revan lagi. Parah banget Lo Ra, ada cowok bening begini gue gak di ajakin. Wah posisi Lo berdua buat gue salah paham." ujar Aqila. Melihat posisi keduanya yang sangat dekat menyisakan beberapa centi saja. sontak Yura langsung mendorong tubuh Revan untuk menjauh darinya.
Setelahnya Yura segera menggeleng dengan cepat "ini gak kayak apa yang lo liat kil, kita gak mojok. Revan tadi kebetulan lewat aja dan bantu gue ambilin buku. Ya kan van?" jelas Yura menatap Revan yang kini berdiri sedikit jauh si hadapannya.
Revan menatap Yura sejenak, lalu mengangguk "iya gue cuma bantu Yura doang kok, Lo jangan salah paham."
Aqila menatap keduanya bergantian "hilih pinter banget Lo bedua ngeles." ucap Aqila. "udah ketemu kan bukunya?" ia beralih.
"Udah kok, nih." Yura menunjukkan buku yang di ambilkan Revan tadi.
"Ya udah yuk, lo mau ikut gabung sama kita Van?" ujar Aqila. Yura mendelikkan matanya menatap horor Aqila.
Revan menatap Yura sejenak "gak deh, gue udah di tungguin juga sama temen di luar."
Yura tampak menghela nafas lega.
"Oh, Kirain. Kalau gitu kita duluan. Yuk ra" Aqila langsung saja mengandeng tangan Yura, sementara Yura tersenyum simpul pada Revan sebelum pergi.
Tapi sebelum benar-benar jauh Revan memanggil Yura "Yura."
Mendengar namanya di panggil Yura menghentikan langkahnya dan kembali berbalik "hm?" gumamnya.
Revan melangkahkan kakinya mendekati Yura yang malah cosplay jadi batu. "WhatsApp Lo masih yang lamakan?"
Jujur saja Yura terkejut, sementara Aqila menatap keduanya secara bergantian.
Sebelumnya mereka sempat bertukar nomor WhatsApp dulu waktu masih sama-sama jadi mahasiswa baru, setiap Revan mengirimkan pesan soal kegiatan kampus, pasti Yura akan menanggapi pesan-pesan yang di kirim oleh Revan. Namun di luar dari itu, Yura tidak akan pernah membalas. Pernah beberapa kali Revan mengajaknya nonton atau sekedar jalan, Yura tidak memberikan balasan atau respon apapun.
Revan kembali bersuara karena tidak mendapatkan jawaban dari Yura "Kayaknya gak lagi ya? Atau Lo udah blokir nomor gue? Soalnya gue liat-liat Lo gak pernah aktif lagi, gue chat juga gak pernah tu Lo bales." wajah Revan nampak sendu.
Yura garuk-garuk kepala bingung mau menjawab apa, ia melirik Aqila dan gadis itu malah mengedikkan bahunya acuh "Emm... Gak kok Van, nomor gue masih yang lama, cuma... Gimana ya, gue memang jarang aktif. Sibuk nyusun skripsi." jawab Yura tidak enak. Aqila melipat bibirnya menahan senyum karena ia tau Yura sedang bohong. Gadis itu nyaris aktif setiap hari. Jelas sekali bukan kalau Yura menolak keras kehadiran Revan. Mata Yura kelewat buremnya, cowok spek Mahadewa seperti Revan gak di lirik.
Wajah Revan berubah seketika ia kembali tersenyum "kalau nanti gue hubungi jangan lupa balas ya." ucapnya penuh harap.
Yura melirik Aqila yang terlihat tawanya akan pecah saat itu juga. Setelahnya ia cengengesan "iya... Kalau sempet." ucapnya menggumam di akhir, bahkan 2 orang yang ada di samping tidak mampu mendengarnya.
Entahlah, entah mengapa hanya Yura yang tidak tertarik dengan Revan, padahal wajah bule Revan nyaris sempurna, tinggi, anak orang kaya. Tapi tetap itu tak mampu membuat mata Yura kelilipan Revan seperti Aqila dan gadis lainnya.
Dan benar saja setelah Revan pergi tawa Aqila pecah dan membuatnya menjadi pusat perhatian orang yang ada di perpustakaan.
Namun tawa Aqila tidak bertahan lama, karena ditatap sedemikian oleh para penghuni perpus. "Bisa-bisanya ya Lo, cowok kayak Revan yang gantengnya sebelas, dua belas sama Zayn Malik Lo tolak anjir! Mana dia kagak sadar lagi kalau di tolak secara halus." kembali Aqila terkekeh.
Sementara Yura memukul lengan Aqila karena gemas dengan mulut gadis satu ini.
"Kalau gue jadi Lo ra, beh... Gue embat Ra gue embat." tambahnya lagi.
Yura memutar bola matanya malas "ambil kil, ambil. Gue gak minat, lagian gue udah punya-"seketika Yura menghentikan ucapannya, ia hampir saja keceplosan kalau dirinya telah memiliki Suami.
"Punya apa? hayo lo, Lo udah punya cem-ceman kan? iya kan? Ngaku Lo." Aqila langsung saja memberondong Yura dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"PUNYA JAEHYUN!" pungkasnya.
...Revan dengan spek Mahadewanya👆...
gak kerasaaaaa😛