Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Pintu kamar sudah di tutup rapat oleh Oma Anna dan di kunci dua kali dari arah luar membuat Diko dan Lingga hanya bisa saling berpandangan. Mereka akan seharian bersama di kamar ini. Mana tanpa pakaian lagi.
"Mas ... Oma marah ya?" tanya Lingga yang sedikit ketakutan. Lingga benra -benar merasa tidak enak.
"Kalau marah gak bakal ngasih hadiah bulan mandu untuk kita, besok kita ke Belanda, liburan satu minggu," ucap Diko bingung.
Diko berjalan menuju kaca jendela yang besar dan berdiri di samping jendela itu. Diko senang dengan kejutan Oma Anna, pergi berlibur hanya berdua saja dengan Lingga, itu tentu hal yang sangat ingin di laluinya seperti kebanyakan pasanagn pengantin baru. Tapi, Lingga begitu dingin dan sulit sekali di sentuh. Sepertinya ucapan Diko di awal pertemuannya itu sudah membuat Lingga membentengi dirinya sendiri untuk tidak jatuh cinta pada Diko, orang yang telah baik memberikan pekerjaan untuknya adan menolongnya dari kejara para preman itu.
"Mas Diko kenapa sedih? Bukannya enak liburan ke Belanda?" ucap Lingga sambil membayangkan naik pesawat dan liburan di Belnada lalu berfotoria dengan bunga Tulip dan di bawa kincir angin yang terkenal di Negeri Holland itu.
Diko hanya melirik ke arah Lingga dan tersenyum kecut pada gadis yang berusaha bangkit namun di urungkan karena tak memakai pakaian lengkap.
Diko berjalan ke arah lemaari pakaiannya dan mengambil sat kemeja putih miliknya yang sudah jarang ia pakai.
"Pakailah. Kita sarapan, mubazir sudah di siapkan. Padahal aku ingin sekali masakan kamu pagi ini, apalagi bisa memakanmu juga hari ini," ucap Diko memberikan kemeja putih pada Lingga.
"Terima kasih Mas," jawab Lingga santai. Ia sengaja tak menjawab ucapan sindiran Diko. Lingga tak mau terbuai dengan ucapan dan rayuan seorang Diko. Lingga tak mau jadi pelampiasan lelaki kaya itu.
Diko sudah duduk di sofa dan menyalakan televisi untuk di tonton sambil menikmati sarapan pagi. Lingga yang sudah memakai pakaian juga sudah berjalan menuju sofa. Baju kemeja putih itu nampak sanagt kebesaran sehingga lengan panjang itu masih menutupi seluruh tangannya. Lihat kain putih yang tipis menampakkan sebagian tubuh Lingga yang polos terlihat jelas sekali.
Diko berusaha tidak melihat itu semua dan membuang padangannya lalu memilih makanan yang tersaji banyak di atas meja.
Lingga duduk di sofa panjang di sebelah Diko. Saat Lingga akan mengambil roti bakar, Diko menangkap tangan tersebut dan mulai menggulung kemeja putih yang panjang hingga bagian sikut.
"Kalau mau makan, ini di gulung dulu biar gak ganggu," titah Diko kemudian.
"Makasih," jawab Lingga sambil mengulum senyum.
Keduanya sibuk menonton film disney yaang lucu. Sesekali keduanya tertawa bersama dengan lepas sambil menikmati sarapan paginya. Diko menikmati kopi hitam entah buatan siapa, rasanya sedikit aneh, tapi lumayan lah dari pada tidak ada. Lingga juga minum susu cokelat yang rasanya sedikit aneh juga, seperti terlalu banyak zat besi, tapi, tetap saja di minum.
Diko menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa panjang itu dan kedua matanya masih serius menonton televisi.
"Mas ...." panggil Lingga pelan.
"Hem ...." jawab Diko sekenanya sambil melirik ke arah Lingga.
"Jantung Lingga kok deg -degan habis minum susu, kayak berdebar gitu," ucap Lingga yang merasa aneh dengan tubuhnya.
Diko melirik ke arah Lingga dan mengambil susu cokelat yang masih tersisa di gelas Lingga lalu di cium. Bau khas susu ini memang masih terasa tapi seperti ada caampuran. Diko mulai menyadari ada kejanggalan di minuman milik Lingga dan dirinya.
Benar saja, Diko mulai merasakan hal yang sama tapi Diko berusaha menahannya. Sedangkan Lingga, sudah mulai bereaksi dan merasa kegerahan. Sesekali ia mengangkat rambutnya ke atas dan jatuh kembali ke punggungnya karena tak di ikat.
"Mas ... Lingga ke kamar mandi dulu ya," ucap Lingga pelan. Lingga langsung bergegas menuju kamar mandi dan emngambil ikat rambut untuk mengikat semua rambutnya ke atas dengan model kuncir kuda.
Diko hanya mengangguk setuju. Ia pun memilih kembali ke kasur. Hawa panas dari dalam tubuhnya memicu adrenalin hingga memompa darahnya sampai otak. Seluruh saraf di dalam tubuhnya mulai berekasi. Sama juga yang di alami oleh Lingga di dalam kamar mandi, ia sungguh gelisah seperti ingin melalukan sesuatu tapi apa.