NovelToon NovelToon
Pesona Istri Titipan

Pesona Istri Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:382.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wiji

"Shaka! Nimas sedang hamil anakku. Tolong nikahi dia, jaga dia seperti kau jaga orang yang kau cintai. Ada darahku yang mengalir di janin yang sedang di kandung. Terima kasih."

Itu adalah amanah terakhir dari Bryan, Kakak dari Shaka. Sejak saat itu Shaka benar-benar menjalankan amanah dari sang Kakak meskipun ia sendiri sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama dua tahun.

Tidak mudah bagi Shaka saat sedang menjalani apa yang sudah di amanahkan oleh Bryan. Berbagai tentangan dari sang kekasih dan juga kedua orang tuanya tak bisa ia hindari.

Mampukah Shaka menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang bahkan belum ia kenal? Sampai kapan Shaka kuat menjalankan amanah yang di limpahkan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Tamu Mengejutkan

"Amanah lagi amanah lagi. Kalian urus sendiri kalau begitu. Papa nggak mau ikut campur." Pak Malik menatap mereka bertiga satu persatu lalu berjalan menuju lantai atas.

Nimas benar-benar ingin menangis di tempat, tapi ia sangat berusaha untuk menahannya. Ia tak mau membuat Shaka malah merasakan bersalah. Belum apa-apa saja ia sudah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan, bagaimana nanti jika ia masuk ke dalam keluarga Shaka? Hati Nimas ingin sekali rasanya mundur saja dari kenyataan pahit ini. Ingin selain rasanya ia pergi dan tidak menyusahkan siapapun.

"Sudah jangan dengarkan Papa. Kalau memang kamu memutuskan begitu, ya sudah, kalian bisa bicarakan dulu konsep pernikahan, nanti Mama akan bantu urus. Mama mau samperin Papa dulu." Bu Marissa meninggalkan mereka berdua. Menyusul sang suami  ke lantai atas.

Shaka kembali duduk setelah beberapa detik berdiri karena sahutan Pak Malik tadi.

"Maaf, ya Nimas. Pertemuannya kurang mengenakkan."

"Tidak apa-apa. Aku sadar aku masuk ke dalam keluarga kalian dengan cara yang salah. Tidak perlu tidak enak hati." Berusaha kuat di depan Shaka adalah pilihan satu-satunya. Ia tak mau menambah beban pria itu dengan memikirkan kesedihan yang ia rasakan.

Shaka kembali menggengam tangan Nimas dengan erat. Ia tahu perasaan Nimas yang sebenarnya sedang ditutupi dengan senyumnya.

"Kamu harus percaya, selama ada aku, kamu akan aku jaga. Seperti Kak Bryan jaga kamu. Jangan menangis, ada nyawa yang harus kamu jaga. Kamu punya tanggung jawab besar." Shaka menghapus setitik air mata yang sempat berada di sudut mata Nimas.

"Aku nggak apa- apa, Shaka!"

"Mau aku perlihatkan konsep pernikahan? Kita harus serba cepat melakukannya. Kita nggak punya waktu banyak."

"Shaka, nggak perlu pesta yang mewah, yang sederhana saja. Orang tuaku tidak pernah mempermasalahkan hal seperti itu."

"Ini bukan pesta yang besar dan mewah, Nimas. Akan aku buat sesederhana mungkin."

"Sederhananya kamu dan keluarga kamu mewah bagiku."

Shaka tertawa kecil. "Setidaknya harus ada kenang-kenangan bahwa kita pernah menikah untuk keponakan aku nantinya, kan? Keponakan yang akan memanggilku Ayah nantinya. Udah nggak usah dipikirin hal-hal yang seperti itu. Aku ambil laptop dulu, ya. Aku mau kasih lihat konsep pilihan aku."

Shaka beranjak dari ruang tamu setelah mendapat anggukan dari Nimas. Pikiran gadis itu kembali melayang ke mana-mana. Secuek apapun seseorang terhadap perlakuan orang lain, jika tidak terima di sebuah keluarga pasti akan menjadi beban juga untuknya. Sama seperti halnya dengan Nimas, ia tidak bisa mengacuhkan penolakan yang terlihat di kedua orang tua Shaka. Mau ditutupi seperti apapun Nimas merasakan penolakan yang tidak terlihat oleh mata Shaka.

"Maaf menunggu lama, aku ganti baju dulu, tadi. Gerah banget dari pagi di luar."

"Iya nggak apa-apa. Aku tidak membesarkan masalah yang kecil."

Shaka hanya tersenyum kecil. Ia membuka laptop dan mencari gambar yang sempat ia lihat kemarin. Ya, memang semuanya serba mendadak.

"Bagus, nggak? Kamu suka yang mana? Jangan bilang kamu nurut sama aku, ya. Ada saatnya nurut, ada juga waktu buat bicara."

Nimas hanya mengangguk lalu menatap layar kotak di depannya. Ada beberapa pilihan untuk konsep pernikahan, dari sederhana namun tampak elegan hingga mewah, meriah dan megah.

Dari sekian banyak gambar yang ditunjukkan oleh Shaka. Nimas akhirnya memiliih konsep yang paling sederhana, namun nampak manis. Ia begitu terlena dengan bunga yang dominan warna pink. Sangat cantik di mata gadis itu.

"Aku suka yang ini, cantik warnanya. Tapi dominan pink. Bunganya bisa diganti warna lain kalau kamu nggak suka."

"Bagus, nggak apa-apa, kenapa harus diganti? Cuman bunga doang, yang penting acaranya. Ada lagi yang mau diganti? Mungkin kamu nggak suka apanya gitu, kursi meja atau apa?"

"Nggak ada. Udah cukup begitu aja. Kok kamu kesannya jadi kayak nurut aja sama aku?"

"Bukannya gitu, Nimas. Kalau untuk ini aku masih memaklumi, kalau untuk baju aku nggak mau yang pink, ya," ujar Shaka terkekeh. "Oke, ini selesai, sekarang baju. Ini aku simpan udah lama, sih kalau baju pengantin. Karena aku dulu berniat untuk mendahului Kak Bryan. Karena aku merasa dia terlalu dingin kayak kulkas dan pasti akan sulit menikah dengan laki-laki seperti itu. Kebanyakan dari seseorang yang memiliki karakter seperti itu, hanya akan menikah dengan wanita yang membuatnya jatuh cinta, bukan wanita yang mencintai dia. Aku aja waktu terakhir kali Kak Bryan menghamili kamu, aku kaget." Shaka bicara panjang lebar namun fokusnya pada layar laptop. Ia mencari di mana gambar baju pengantin yang sudah ia simpan beberapa waktu lalu.

Tanpa disadari oleh Shaka, Nimas sudah kembali berlinang air mata.

"Nah, ini dia ketemu. Mau yang... Nimas kamu nangis lagi? Apa kata-kata ku tadi menyakitimu? Aku minta maaf bukannya aku bermaksud untuk mengingatkan kamu sama Kak Bryan. Aku..."

"Nggak apa-apa, Shaka. Tolong maklumi aku jika aku masih sering menangis mengingat Bryan. Aku memang baru menjalin hubungan satu tahun, tapi dalam satu tahun itu berharga buat aku."

"Iya, nggak apa-apa kok. Aku paham. Tidak mungkin kamu bisa melupakan begitu saja."

"Ya udah mana baju yang harus aku pilih?" tanya Nimas berusaha untuk tidak terlalu larut.

Gadis itu kembali terlihat fokus pada layar laptop yang berada di pangkuan Shaka. Untuk yang kedua kalinya jarak mereka terlalu dekat. Saling dekatnya, tiupan nafas Shaka terasa di kepala Nimas. Hal itu membuat Nimas sadar akan jarak mereka.

"Ini bagus." Nimas menunjuk sebuah gambar seraya sedikit menggeser tubuhnya. "Tapi ini kita nggak perlu nunggu lama, kan? Maksudnya akan waktu lama kamu harus buat baru."

"Nggak, ini udah ada di desainer langganan Mama. Kalau kita pesan nanti malah lama. Siangnya kita pakai ini, ya. Aku berencana menggelar resepsi nggak usah sampai malam. Sore udah selesai, aku takut kamu kecapean. Malah kenapa-napa lagi."

"Kenapa kamu peduli sama aku, Shaka? Kenapa kamu peduli sedetail ini? Bryan hanya minta kamu nikahi aku, kenapa kamu kasih kepedulian juga ke aku?" Nimas akhirnya memberanikan diri bertanya sesuatu hal yang sudah ia pikirkan dari beberapa hari lalu.

"Apa kita kalau peduli sama orang itu harus ada alasan?"

"Tidak semua butuh alasan, tapi kamu sebentar lagi akan menanggung kehidupanku dan juga anak yang bukan anakmu. Aku masih nggak ngerti hati kamu ini terbuat dari apa. Kenapa kamu bisa setulus itu sama orang?"

"Karena aku percaya, kalau kita baik sama orang, kita juga akan mendapat kebaikan dari yang di Atas. Kita ini sama-sama manusia, suatu saat nanti kita pasti akan berada di mana kita sangat membutuhkan bantuan orang. Dan coba bayangkan jika kita tidak memberikan bantuan kepada orang itu, tidak ada yang memberikan ketulusan padanya. Kalau aku pribadi, aku membayangkannya saja tidak sanggup, itu sebabnya aku selalu memberikan sedikit kebaikanku untuk mereka. Lagi pula kenapa kamu bertanya seperti ini?"

"Aku hanya merasa aku akan menghancurkan masa depanmu saja. Masa depan yang seharusnya kamu habiskan sama orang yang kamu cintai. Aku sudah merebut kamu dari orang itu."

"Memang iya, kamu sudah merebut Shaka dariku!"

1
Ratih Hermansyah
part ini mengandung bawang/Sob/sedih jg jadi bryan
Ahmad Nashrullah
aneh,,,,,berzina,,,,meninggalkan aib n anak tak bernadab ke dirinya mo metong malah meninggalkan wasiat g genah,,,,,anehhhh
Yani Mulyani
Biasa
Ogi Ngatama
baik
Marlina Pardede
p
Erlinda
nimas ini super super goblo..hadeeeh sorry Thor aq stop sampai disini
Erlinda
yg aq ga ngerti kenapa author nya selalu menciptakan sosok wanita bodoh dan lemah disiksa dan dilecehkan jujur aq yg sudah ratusan membaca novel online ini baru 7 novel yg luar biasa karakter cewek nya.ga lebay ga bodoh .ini seperti sinetron ku menangis deh
Erlinda
ya Allah dasar mertua iblis semoga kau mati ditabrak mobil sampai hancur berkeping keping..
Erlinda
si nimas ini kenapa sih kok keras kepala banget ga nurut kata suami .lama lama benci jg aq dgn sikap nimas yg bodoh bin tolol ini
Erlinda
hei pak Malik itu adalah calon cucumu darah daging Bryan ..jadi orang kok seperti ga punya hati..ntar klo cucumu udah lahir dan besar jgn kau akui dia cucumu .seperti kebanyakan novel
Sri Sunarti
,lanjut
Dafila Nurul
bagus ceritanya tp banyak typo nya.
ayu irfan
Bu Marisa tega, pdhal ke cucu sendiri lo😢
ayu irfan
Shaka, kamu langka.
Susi Andriani
cintanya saka bikin aku baper😃😃😃
Susi Andriani
semangat mas saka💪💪💪
Susi Andriani
owalah ibu ibu jadi ibu itu ya mbok jangan jahat
Susi Andriani
mau aja aku mencekik ibunya saka
fifid dwi ariani
trus ceria
fifid dwi ariani
trus sehar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!