Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KENANGA KERING
“Aku sakit apa Nad?” Tanya Reno melihat Nadin yang sedang mengupas apel.
“Infeksi paru-paru Mas, jujur sama aku Mas sejak kapan kamu sakit begini.” Nadin mengalihkan pandangannya dari Apel yang ia pegang.
Saat ini di dalam ruangan hanya ada Reno dan Nadin sendiri karena kedua orang tua Reno pulang ke rumah Nadin dan Reno untuk beristirahat, sedangkan Rina sedang ke luar mencari sarapan. Hari ini kemungkinan orang tua Nadin yang akan datang bergantian menunggu di rumah sakit.
“Aku tidak ingat sayang, kenapa rasanya aku pelupa gini ya,” Reno justru bertanya kenapa dengan dirinya sendiri, ia seakan lupa dengan dengan kejadian beberapa hari terakhir.
Mendengar hal itu Nadin merasa heran dengan suaminya itu, jujur saja sejak tadi ia terus kepikiran dengan perubahan Reno. Bukannya tidak senang tapi ia seperti merasa ada sesuatu yang janggal sedang terjadi pada suaminya.
“Tidak usah dipikirkan Mas, kamu fokus penyembuhan saja biar cepat pulang.” Nadin menyuapi potongan apel yang sudah ia kupas.
Pagi ini dokter berkata jika kemungkinan nanti sore Reno sudah bisa pulang, ia juga sudah tidak lagi batuk darah sepeti waktu saat di bawa ke sini. Tidak berapa lama kedua orang tua Nadin datang tapi hanya Bu Lusi saja yang tetap tinggal sedangkan Pak Jhovan hanya mengantarkan dan menjenguk sebentar selepas itu ia pergi lagi karena ada urusan.
...****************...
Rina yang tidak terbiasa dengan panasnya pusat kota sejak tadi sudah mondar-mandir untuk mencari hawa sejuk. AC yang terpasang di ruang tengah sudah tidak lagi mempan untuk menurunkan suhu tubuhnya yang terus berkeringat. Ia bahkan heran dengan papanya yang sudah tidur mendengkur di depan TV yang menyala, segampang itu papanya terlelap. Mamanya, jangan di tanya, ia sejak tadi sudah heboh sekali dengan proyeknya untuk mengobrak-abrik dapur dibantu Irma.
“Dari pada kamu mondar-mandir ngambilin es, mendingan bantu mama buat masakan buat kakakmu nanti.” Tegur Bu Lusi yang melihat anaknya untuk kesekian kalinya membuka kulkas hanya untuk mengambil minuman dingin.
“Kan udah ada Mbak Irma yang bantuin Mama,” jawab Rina memilih duduk di kursi meja makan hanya untuk melihat kegiatan mamanya.
“Engga di rumah engga di luar, mau sampai kapan kamu malas-malasan seperti ini.” Bu Lusi memandang anak gadisnya yang sangat bebal itu.
Saat Bu Lusi akan membuka suara lagi Rina buru-buru memotongnya sebelum celotehan mamanya makin panjang. “Di bantu apa Mbak?”
Rina menghampiri Irma yang sedang membuat bumbu entah untuk apa. Sedangkan Bu Lusi hanya menggeleng menghadapi anaknya yang benar-benar susah di atur.
“Tidak ada Mbak-“
“Kasih saja Irma, biar dia yang kerjakan. Kamu kupas telur saja.” Potong Bu Lusi saat Irma bersuara.
Saat Irma benar-benar meninggalkan pekerjaannya dan mengambil pekerjaan lain, bisa dia lihat Rina yang mengerucutkan bibir pertanda kesal dengan mamanya.
Mereka bertiga berperang dengan berbagai alat dan bahan di dapur sampai pukul lima lebih baru selesai semua. Hari ini Bu Lusi memang memasak masakan besar karena keluarga Nadin nantinya juga akan ke sini, Bu Lusi semangat sekali dengan kegiatan memasaknya berbanding terbalik dengan anaknya yang sejak awal membantu sudah banyak yang di keluhkan. Setelah selesai semua Irma pamit pulang karena memang sudah jam kerjanya selesai, Bu Lusi tidak masalah karena semua sudah beres juga jadi ia mempersilahkan Irma pulang.
Rina yang akan bersiap mandi tidak sengaja melihat Irma dari kamar yang berada di dekat dapur, seketika ingatannya kembali pada kemarin sore saat ia mendengar ada suara dari dalam pintu. Apa iya tikus, tapi rumah sebagus ini tidak mungkin sampai di buat jalan-jalan seekor tikus. Di pandanginya Irma yang sedang mengunci pintunya dengan mengalungkan tas berwarna hitam di pundak, saat menyadari ada Rina yang sedang memperhatikan ia sedikit terkejut, Rina juga yang kepergok sedang memandanginya hanya bisa tersenyum untuk membalas pandangannya.
“Saya pulang dulu Mbak,” Irma lebih dulu membuka suara.
“Iya, hati-hati. Pulang naik apa Mbak?” Basa-basi Rina.
“Jalan kaki Mbak, rumah saya tidak jauh dari sini.”
Rina hanya mengangguk sebelum Irma benar-benar berlalu dari pandangannya. Sekepergiannya Irma, Rina memandang kembali pintu yang tertutup rapat. Ia heran untuk apa Irma menguncinya sedangkan ia saja tidak menginap di sini, pastinya juga barang-barangnya tidak mungkin ada yang di tinggal di sini.
Pandangannya jatuh pada bawah pintu, memandang sebuah benda yang janggal untuk berada di sana. Ia memungutnya dan menilik mempertanyakan asal muasal dari mana asanya, bunga kenanga kering tengah Rina pegang untuk memastikan keasliannya. Sampai ia yakin jika bunga yang ia pegang adalah bunga sungguhan yang sudah mengering, tapi siapa yang mendapatkan bunga ini sambi bisa berada di dalam rumah.
Irma, satu nama itu yang lebih dulu terbesit dalam benaknya, apa mungkin Irma yang menjatuhkan bunga itu, tapi untuk apa ia memiliki bunga kenanga sampai bisa jatuh di dalam dapur.
“Rin, ngapai kamu di situ. Katanya mau mandi, atau mama dulu yang mandi duluan?”
Di tengah pikirannya, Rina di kagetkan oleh mamanya yang sedang berjalan menuju meja makan.
“Aku dulu!” Rina buru-buru berlari kecil ke arah kamar mandi.
Bunga kenanga kering masih ia genggam sampai di dalam kamar mandi, setelahkan ia buang di kloset tidak mau terus berimajinasi menebak jawabannya sendiri.
Sore ini Reno sudah bisa di perbolehkan pulang, kedua orang tua Nadin sudah membawa semua barang-barang ke mobil sedangkan Nadin masih mengurus beberapa administrasi. Di tengah sibuknya yang lain menyiapkan kepulangannya, Reno masih terbaring di tempat sebelumnya ia di rawat menunggu Nadin menyelesaikan administrasinya baru dia di jemput untuk ke mobil.
Reno termenung, ia sekarang lebih seperti orang linglung seakan kehilangan sesuatu darinya. Di tengah lamunannya, pandangannya tertuju pada pintu yang tiba-tiba terbuka sedikit. Berpikir jika Nadin sudah kembali atau mertuanya yang sudah balik untuk menjemput, saat Reno menegakkan badannya untuk menyambut siapa yang datang, lengang tidak ada apapun yang terjadi selanjutnya.
“Sayang?” Panggil Reno memastikan.
Tidak ada jawaban, tapi mengapa pintu bisa terbuka sendiri, mungkinkan angin. Angin, yang benar saja ruangan Reno berada di lorong tengah yang jauh dari luar. Cukup sampai di situ tebakan Reno, ia kembali merebah. Kali ini pandangannya sudah tidak lagi bisa untuk tidak peduli saat memandang pintu yang masih terbuka sedikit, di sana ia bisa melihat tangan kurus dengan warna yang hitam legam tengah mencuat seoalah siap untuk membuka lebar-lebar pintu. Reno menunduk memilih memandang selimut yang jauh lebih menarik daripada pemandangan di depan, jangan sampai ia yang awalnya di diagnosis infeksi paru-paru menjadi sakit jantung.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, terimakasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅