Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16. Malam panjang
Malam semakin larut, jutaan penghuni bumi sudah terlelap dalam mimpi, tapi tidak dengan Amar. Pria itu sedang berjuang antara hidup dan mati. Aura mengerikan terlihat di kediaman Paijo, hanya orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural yang bisa merasakannya.
Seorang wanita tua terlihat gelisah. Ia memilih bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke jendela kamarnya. Wanita itu hendak membuka jendela kamarnya agar udara bisa masuk sehingga hawa panas di kamarnya bisa berkurang.
"Ojo toh Bu!" seru sang suami menahan lengan keriputnya.
"Kanapa toh pak, panas tenan rasane!" sahut wanita itu
"Nek aku ngomong ojo Yo ojo!" pekik lelaki itu kemudian mengajak istrinya duduk di ranjangnya
"Memangnya ada apa toh Pak, kok sampai marah-marah begitu. Nggak seperti biasanya ya?" tanyanya penasaran
"Beneran kamu pengin lihat?" tanya pria itu
Wanita tua itu mengangguk, dan sang suami segera mengusap wajah istrinya itu.
"Sekarang lihatlah,"
Wanita tua itu perlahan membuka matanya. iya begitu terkejut saat melihat sebuah berbagai makhluk gaib mengepung kediaman Paijo.
"Pantesan aku merasakan ada yang aneh malam ini," ucap wanita itu sambil mengatur nafasnya
"Sekarang malam Selasa Kliwon jadi makhluk itu pasti sedang beraksi. Sudah kewajiban kita sebagai tetangga untuk membantunya meskipun tidak banyak," ucap pria itu
"Inggih pak,"
Bukan hanya kediaman Kartini dan suaminya yang merasakan kengerian di kediaman Paijo, Ustadz Gani juga merasakan hal serupa. Pria itu menatap sebuah cahaya merah seperti bara api yang terpancar dari kediaman Paijo.
"Astaghfirullah hal adzim, ya Allah lindungilah Amar dan keluarganya," ucap Gani
Ia kemudian bergegas mengambil air wudhu dan duduk bersila di kamarnya. Lantunan doa ia panjatkan untuk membantu Amar yang sedang menghadapi serangan makhluk gaib.
Tidak lama lantunan ayat-ayat suci mengalun merdu dari bibirnya.
Dua buah energi positif bergerak cepat menuju ke kediaman Paijo..
Meskipun keduanya tak mampu melawan kuatnya kekuatan gaib yang menguasai rumah itu.
Amar terlihat begitu pucat, nafasnya terdengar tak beraturan, jantungnya berpacu lebih cepat melawan rasa takut yang mulai menghentikan peredaran darahnya.
Tangannya bergetar hingga pisau yang di genggamnya hendak jatuh. Buliran keringat seolah menjadi bukti bagaimana ia bertahan sejauh ini. Saat Kalajengking itu mulai mengibaskan ekornya Amar segera menghindar. Ia menggulingkan tubuhnya ke samping agar tidak tersengat bisa mematikan makhluk itu.
Beruntung ia bisa menghindari serangan makhluk itu. Namun makhluk itu tak bisa membiarkan Amar bernafas, ia segera menggunakan capitnya untuk menarik kaki Amar dan mengangkatnya.
"Arrghhh!!" Amar berteriak kencang berusaha melepaskan diri. Ia menggerakkan bisa di tangannya untuk memotong capit kalajengking itu.
Namun semuanya sia-sia saja. Bahkan pisau itu tak mampu menggores tubuh kulit kalajengking itu.
"Asu!" teriak Amar saat ia gagal menyayat capit kalajengking itu
Ia tak patah semangat, apalagi saat melihat ekor sang kalajengking yang siap menyerangnya.
"Ayo, Amar kamu bisa!" serunya
Ia kembali menusuk capit Kalajengking itu sekuat tenaga. Namun sial pisau itu justru patah.
"Asu, asu, kirik!" gerutunya sambil menahan tangis
Ia tak tahu lagi harus melakukan apa.
Saat ia tengah putus Asa ia melihat Marni yang terlelap seperti bayi. Wanita itu benar-benar tak terusik dengan suara berisik makhluk jadi-jadian yang hendak membunuh suaminya itu.
"Dek, bangun dek, dek bangun, tolong mas mu!" ucapnya
Ia kemudian menatap pisau yang masih ia pegang.
"Aku harus membangunkannya, aku yakin makhluk itu tidak akan membunuhku jika bangun.
Amar melemparkan pisau yang tinggal separuh itu ke tubuh Marni. Sialnya seperti tahu yang direncanakan Amar makhluk itu langsung melempar tubuhnya hingga menghantam lemari baju.
*Brakkkk!!
Amar berusaha bangun, meskipun ia merasakan seluruh tubuhnya remuk. Ini segala kesempatan terakhirnya untuk kabur ia bisa mendobrak pintu kamarnya itu dan pergi.
Sementara Marni wanita itu terlihat gelisah. Ia menggeliat seperti hendak melakukan sesuatu.
Saat ia berusaha bangun Kalajengking itu sudah bertengger di depannya. Ekornya bergerak cepat mendekat kearahnya.
Amar menggerakkan kaki kanannya untuk segera mundur diikuti kaki kiri. Matanya awas menatap kearah gerakan ekor Kalajengking yang semakin mendekat.
Meskipun ia tidak bisa membaca arah gerakan binatang itu namun ia percaya instingnya tidak pernah salah.
Kanan, Amar segera berguling ke kanan saat ekor Kalajengking itu melesat kearahnya.
*Wuuushhh!
Sial, tebakannya salah, hingga membuatnya nyaris terkena bisa ekor Kalajengking itu. Ekor Kalajengking itu berada sepuluh centi tepat di depan wajahnya, membuat denyut jantungnya seketika berhenti.
*Dug, dug, dug!!
Gemiruh deru jantung lelaki itu seperti sebuah genderang perang. Sebuah cahaya putih melesat dan berhenti tepat dihadapan ekor Kalajengking. Bak sebuah tameng cahaya itu menahan bisa kalajengking yang akan mengenai wajah tampan Amar.
Suara lengkingan Kalajengking terdengar begitu keras kala suara lirih Ustadz Gani terdengar memenuhi kamar itu. Binatang itu seketika mengepakkan ekornya ke lantai membuat tempat itu berguncang seolah ada gempa besar.
Namun Paijo dan Surti tak kunjung bangun begitupun dengan Marni. Hanya Amar satu-satunya orang yang bisa merasakan betapa mencekamnya malam itu.
*Praang!!
Satu demi satu benda-benda berjatuhan karena kuatnya getaran.
Amar berusaha melindungi dirinya dari benda-benda yang berjatuhan ke lantai. Kini suara berisik benda pecah membuat Marni berusaha membuka matanya.
Namun sesosok wanita tua mendekat kearahnya dan mengusap lembut kepalanya.
"Isih wengi nduk, ndang turuo," bisiknya
Melihat Marni kembali tidur wanita tua itu melirik kearah Amar. Bola matanya yang berwarna putih semua membuat nyali Amar semakin menciut tak berani menatapnya.
Ia tersenyum tipis melihat wajah ketakutan pria itu.
"Awakmu iku isone opo toh le?" ucap wanita itu menatapnya tajam.
Amar perlahan memberanikan diri menoleh kearah wanita tua itu.
Ia kemudian menggelengkan kepalanya, " Aku tidak bisa apa-apa Nyai?" jawabnya lirih
"Awakmu iso ngaji, ndang ngajio!" tunjuk Wanita tua.
"Tapi...." ucap Amar tak percaya dengan kemampuannya
Wanita tua itu melotot, netranya berubah menjadi hitam membuat Amar langsung memalingkan wajahnya.
Saat keduanya diam Kalajengking itu kembali menggerakkan ekornya membuat cahaya putih itu pudar dan menghilang.
*Wuuushhh!!
Tubuh Amar tiba-tiba terhempas ke dinding terkena kibasan ekor binatang itu.
Sementara itu di tempat berbeda. Pardi suami Kartini seketika muntah darah dan tumbang ke lantai.
Kartini menjadi panik melihat suaminya sekarat.
"Pak, bangun pak, pak!!" teriak wanita itu dengan wajah panik
Suara lantunan ayat kursi membuat Kalajengking itu terus mengamuk dan menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya.
Amar berjalan tertatih sambil memegangi pinggangnya.
Ia berusaha mempercepat langkahnya menuju ke depan pintu. Dengan sisa tenaganya ia berusaha mendobarak pintu kamarnya. Namun semuanya tiba-tiba berubah gelap saat ekor Kalajengking itu mengenai punggungnya.
*Bruughhh!!