Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Kedua gadis itu menjadi salah tingkah karna di tatap dengan tatapan yang mesuk dari ke tiga orang yang berada di lift.
"Kenapa ada disini?", pertanyaan itu di lontar kan oleh Aira karna penasaran.
" Ehhh.... Itu____ sebenarnya???", keduanya terlihat sangat gugup. Seperti seorang anak kecil yang ketahuan mencuri makanan, hal itu lah yang terjadi pada kedunya saat ini.
Huhhh.... "Begini sebenarnya kami hanya ingin melacak keberadaan pak Arga dan itu tertuju ke sini", ucap Zahra, dalam hati dia mengutuk mulutnya yang bisa-bisanya mengucap kan kata seperti itu. Astaga mulut ku! Bagaimana jika mbak Ai dan mas Fadli mengatakan pada pak Arga tentang ucapan ku barusan?, monolog Zahra dia benar-benar gugup saat ini.
"Oh... Jadi kalian kesini karna Arga? Bukan karna yang lain", ucap Mami Renita, saat akan menjawab mereka di kejutkan suara seorang perawat yang menghampiri Fadli.
" Dokter Fadli? Anda sudah di tunggu oleh dokter Renald", ucapan dari perawat itu membuat Fadli tersadar bahwa saat ini Arga sedang membutuhkannya.
"Tan, Ai aku kesana dulu? Sepertinya keadaan Arga bebar-benar darurat?", ucap Fadli dia segera pergi menuju ruangan ICU. Sementara Zahra tampak gelisah, sehingga dia pun segera menyusul langkah Fadli.
Kini tinggalah ke tiga wanita yang menatap cengo pada tingkah Zahra yang bergegas pergi tanpa berpamitan. " Kayaknya dia benar-benar menghawatirkan pak Arga?", gumam Zavina saat melihat Zahra yang berjalan menyusul langkah Fadli.
"Ngomong-ngomong Mami sama mbak Ai kenapa di sini?", tanya Zavina pada keduanya. Kali ini Zavina lah yang menatap penuh tanda tanya. " Ehhh... Itu?", ibu dan anak itu tampak gugup sepertinya mereka lupa kalau seharusnya mereka menghindari keduanya, bukan malah menegur, ya... Beginilah jadinya.
Tringgg... Suara ponsel milik Mami Renita membuat suasana menjadi sedikit rilex. Jacob?, Renita bergumam saat nama Jacob tertera di layar ponsel miliknya.
"Hallo?".
"Kalian dimana? Saat ini Bunda sudah sadar, tapi kondisinya sangat lemah, bunda mencari Aira dan twins", ucap Jacob.
" Kami segera kesana", Renita menjawab sambil melangkah pergi.
Bunda? Apa mungkin yang di maksud itu Oma ya?, Zavini monolog dalam hati, dia benar-benar penasaran saat ini.
Sementara itu mami Renita dan Aira sudah berjalan hampir menuju lorong, tapi suara Aira membuat mami Renita berhenti melangkah.
"Loh Zavina mana?", Aira berucap sambil berbalik badan.
" Zav.... Loh ngapain merenung di situ? Mau jadi penunggu pintu lift?", Aira berucap sambil teriak.
Zavina yang mendengar seruan Aira sontak tersadar dari lamunannya, dengan segera dia menyusul lqngkah keduanya.
"Mam? Siapa yang di rawat di sini?", tanya Zavina pada Mami Renita.
Renita menghela nafas bagaimana pun Zavina maupun Zahra berhak tau kondisi bunda Gepita saat ini.
"Oma? Maksud mami Oma Gepi sakit? Sejak kapan?", Zavina bertanya sambil menatap keduanya.
" Kita kesana dulu nanti Mami jelasin", Mami Renita berucap sambil kembali melangkah menuju ruangan Oma Gepi.
Begitu sampai terlihat sang paman yang duduk sambil bersandar Zavina dapat melihat raut wajah lelah dari keduanya.
"Bagaimana?", pertanyaan itu Renita ucapkan pada keduanya.
" Tak ada yang cocok", jawan Zaidan sambil menghela nafas lelah.
"Ini apa maksudnya sih??", pada akhirnya Zavina bertanya karna dia merasa penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan Zavina, Zaidan malah menimpali dengan menanyakan keberadaan Zahra, sebab gadis tak terlihat biasanya mereka berdua tak pernah berpisah.
"Mana Zahra?", tanya Zaidan sambil melihat ke arah lorong.
" Pamannnnnn.....", Zavina sungguh kesal sebab pertanyaannya tak mendapat jawaban.
Sementara Aira sudah masuk terlebih dulu keruangan oma Gepi di sana tanpak lah Opa Andi yang sedang mengenggam tangan sang istri.
"Opa, Oma?", Aira menyapa sambil menghampiri keduanya. " Oma sud\_\_ah tak mam\_\_\_pu ber\_\_\_ta\_\_\_han, to\_\_\_lo\_\_\_ng ja\_\_\_ga Fa\_\_dli", ucapan terbata dari oma Gepi menjadi titik akhir perjuangannya, sebenarnya kondisi seperti ini sering terjadi, tapi mereka berhasil menutupi, dengan obat yang di racik oleh Fadli membuat oma Gepi dan juga Ardi bertahan sejauh ini.
Suasana di ruangan itu menjadi hening apa lagi Zavina yang tampak syok saat melihat keadaan sang Oma, alat medis yang menjadi penopang hidupnya selama ini kini satu persatu mulai di lepas, air mata Zavina tak lagi dapat ia bendung ada rasa sesal kenapa dia baru mengetahui hal itu sekarang.
"Opa??? Zavina berucap sambil sesekali menghapus air matanya.
" Ikhlaskan sayang? Oma sudah puas berjuang?", Opa Andi berucap sambil memeluk sang cucu.
Sementara itu di ruang ICU tempat Arga di rawat sedang terjadi ke gentingan sebab ruam yang ada du tubuh Arga kian meluas.
"Sebenarnya siapa yang Arga tabrak Ren", Fadli bertanya sambil menyuntikan obat di tangan Arga.
" Masih di selidiki, gadis itu mengunakan hody sehingga kami tak mengenalinya", sahu Daren sambil menatap ke arah Arga yang tampak gelisah di atas brangkar.
Zahra yang melihat itu entah mengapa menjadi dejavu, hal ini pernah terjadi saat dia dan Zavina menjalankan misi di kota Paris, saat itu Arga juga mengalami hal yang sama, tapi saat Arga meminum satu kapsul hasil racikan Aira, Arga yang di kenal sebagai Dark mulai menunjukkan tanda membaik.
Karna rasa penasaran juga ingin memastikan dugaannya Zahra mengeluarkan satu kapsul lalu memasukan pada mulut Arga, Fadli dan Daren serta petugas lainnya menatap kaget akibat kelakuan Zahra yang secara sepontan.
"Zah...?", Fadli berucap sambil menatap sang adik.
"Kenapa?", Zahra malah balik bertanya. Zahra melihat raut wajah penasaran sang abang sehingga dia langsung berucap.
" Oh... Itu kapsul yang diracik Mbak Aira lewat darah ku", Ucap Zahra lagi, hampir saja Fadli emosi tapi suara perawat membuat ke tengangan antara keduanya teralihkan.
"Dok lihat lah! Ruam di tubuh pasien kian memudar", ucapan perawat itu membuat mereka langsung menghadap ke arah Arga.
" Kok bisa?", Daren lah yang paling syok di sini.
"Darah ku mengadung racun dari sisa serum pelumpuh saraf, tapi saat Zavina sakit karna terkena belati beracun, mbak Ai berhasil menetralisir dengan mengunakan darah ku", Zahra menjawab sambil memaikan kukunya.
" Berarti kau bisa menolong om Ardi, Zah?", Fadli berucap tanpa sadar, ucapan dia membuat Zahra bertanya-tanya.
"Papa? Kenapa dengan Papa? Bukannya Papa berada di Bali", Kali ini Zahra bertanya sambil menatap sang abang penuh tanya.
Ting.... Suara pesan masuk di ponsel Fadli membuat dia segera melihat itu, sebab sedari dari perasaannya telah di serang rasa gelisa.
(Sayang!! Oma sudah berpulang), pesan itu Aira kirim pada Fadli.
Deg... Jatung Fadli rasanya ingin lepas dia syok, bagaimana tidak dia berencana mengoperasi sang nenek lewat pecangkokkan ginjal.
"Ren! Tolong jaga Arga? Kami harus ke ruangan Oma", Fadli berucap sambil menarik tangan Zahra menuju pintu keluar. Zahra sendiri hanya menurut, dia masih engan untuk bertanya, otaknya tiba-tiba saja menjadi blank.