NovelToon NovelToon
DIANA

DIANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aprilli_21

Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Hari Raya Idul Fitri

Bulan Ramadhan kurang satu minggu akan berpamitan dan akan berganti Hari Kemenangan untuk umat Islam semua umat muslim antusias menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Pak Ahmad dan Bu Sari mengajak semua anaknya pergi ke Toko baju.

"Na Kamu sama adikmu Andi naik angkutan umum saja ya Ibu, Ayah dan Lea naik sepeda ontel nanti kamu tunggu dirumah Nenek Sita setelah itu Ayah menjemput kalian berdua,"

"Iya Bu."

Diana dan Andi menuju ke desa seberang untuk menghadang angkutan umum dan dari kejauhan terlihat angkutan umum yang biasa Diana naiki lalu Diana melambaikan tangan agar sopir menghentikan laju kendaraannya.

Sopir menghentikan kendaraannya secepat kilat Diana dan Andi memasuki angkutan umum tersebut.

Karena sudah terbiasa menaiki angkutan umum seorang diri sedari masuk TK membuat Diana tidak merasakan bingung atau apapun dan beberapa meter lagi akan sampai di tempat tujuan Diana mengatakan kepada sang sopir

"Berhenti di depan Bubur Kacang Ijo Pak!"

Ucap Diana kepada sang sopir tanpa menjawab Pak sopir menghentikan kendaraannya.

"Ini Pak uangnya."

Menyodorkan uang sebesar dua ribu rupiah kepada Pak sopir setelah itu Diana dan Andi berlalu pergi menuju rumah Nenek Sita.

Diana tidak pernah merasa tenang dirumah sang Nenek dengan perasaan tidak menentu Diana mencoba berbaur dengan saudara-saudaranya.

"Kak Tina dimana Fery, Samudra dan Dion Kak?"

Tanya Diana kala melihat Tina keluar dari kamarnya

"Keluar dengan Bude Ana katanya mau membeli baju untuk hari raya,"

Diana hanya membulatkan mulutnya mendengar jawaban Tina.

"Kamu kesini dengan siapa Na?"

"Andi Kak sekalian menunggu Ayah jemput kesini,"

Melangkahkan kaki menuju ruang tengah

"Mau kemana?"

Diana duduk didekat Tina

"Mau beli baju baru dong,"

Tina hanya menganggukkan kepala mendengar jawaban Diana saat sedang asyik berbincang Andi memanggil Diana.

"Kak Nana Ayah sudah didepan ayo cepat keluar!"

Ajak Andi kepada sang kakak.

"Kak aku pergi dulu ya Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam hati-hati Na."

Diana berlalu pergi.

"Ayo kita ke taman dulu Ibu menunggu kalian disana,"

"Oke Ayah."

Jawab Diana dengan semangat saat mendengar langkah kaki yang diseret Ayah menegur Diana

"Diana usahakan kalau jalan jangan sampai menimbulkan suara!"

Diana yang tidak mengerti maksud sang ayah seketika mengernyitkan dahi nya

"Maksudnya bagaimana Yah?"

Menunjuk kakinya sang Ayah mempraktikkan cara jalan yang benar kepada Diana

"Angkat kakinya Nak kalau jalan jangan diseret,"

"Oh begitu Yah."

Diana mempraktikkan apa yang Ayahnya ajarkan lucunya Diana berjalan sambil menjinjitkan kakinya membuat Ayahnya menggelengkan kepala.

Sesampainya di taman mereka menghampiri Bu Sari dan Alea lalu berjalan kaki menuju toko langganan Bu Sari.

"Nana,Andi kalian pilih sendiri baju yang kalian inginkan nanti kasih ke Ibu ya Ibu ditempat pakaian orang dewasa,"

Tunjuk Bu Sari di tempat pakaian dewasa

"Iya Bu."

Ucap Diana dan Andi serentak.

Mereka memilih pakaian sesuai selera masing-masing Diana telah menentukan pilihan begitu pun juga dengan Andi lalu mereka menghampiri Bu Sari

"Bu Nana milih baju ini saja,"

Memberikan baju yang ia pilih kepada sang Ibu

"Andi juga memilih baju ini saja Bu,"

Bu Sari membawa semua pakaian yang akan di bayar ke kasir setelah membayar semuanya mereka kembali ke taman dan mencari warung untuk berbuka puasa.

"Nana, Andi Kalian ingin berbuka dengan apa Nak?"

Tanya Pak Ahmad kepada anak-anaknya,

"Terserah Ibu saja Yah kita ikut saja pokoknya kita makan sudah lapar sekali ini,"

Jawab Nana kepada sang Ayah pada dasarnya mereka tidak pernah memilih-milih makanan asal makanan tersebut enak dan layak dimakan.

"Kita berbuka di warung Pak Bandik ya beli bakso dan es kacang ijo saja,"

Ajak Bu Sari kepada suami dan anak-anaknya

"Ya sudah disana saja nanti sekalian kita mencari tukang becak."

Kata Pak Ahmad sambil mengajak istri dan anak-anaknya menyeberang jalan sesampainya di warung Pak Bandik Bu Sari memesan 4 porsi untuk es kacang ijo dan 5 porsi bakso beberapa saat kemudian suara suling telah berbunyi menandakan telah tiba waktunya berbuka puasa.

Setelah berbuka puasa Pak Ahmad mencari tukang becak dan setelah mendapatkan becak Pak Ahmad menyuruh Diana dan Andi menaiki becak tersebut.

"Nana ajak Andi naik becak itu ya, Ibu dan Alea dibonceng Ayah,"

"Sudah Mas biar Nana di bonceng kamu Andi dan Alea naik becak denganku agar kamu tidak terlalu capek mas."

Pak Ahmad hanya menganggukkan kepala lalu menaiki sepeda ontelnya membonceng Diana serta mengiringi becak tersebut.

Setelah menempuh 20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di depan rumah lalu Pak Ahmad membukakan pintu untuk istri dan anak-anaknya.

"Nana kamu beli baju ini seharga seratus lima puluh ribu Ibu harap kamu tidak malas dan selalu menuruti semua perintah Ibu!"

Tegas Bu Sari kepada Diana

"Iya Bu,"

"Ya sudah sana kamu taruh di dalam lemari, Andi ini baju kamu langsung taruh didalam lemari!"

Tanpa menjawab Andi dan Diana langsung memasuki kamarnya masing-masing lalu Pak Ahmad menegur Bu Sari

"Sayang tolong jangan keras kepada Diana bukan hanya kepada Diana kepada Andi dan Alea juga jangan sayang terlalu keras Sayang,"

Bu Sari menatap Pak Ahmad lalu menjawab

"Aku mengajarkan mereka seperti itu agar mereka tidak terkejut lagi Mas karena tidak semua yang kita inginkan bisa terwujud dan tidak semua yang mereka inginkan harus dipenuhi oleh orang tua, mereka harus berusaha juga untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, aku capek Mas aku tidak mau debat karena hal sepele!"

Bu Sari meninggalkan Pak Ahmad di ruang tamu tanpa mereka sadari Diana mendengar semua ucapan kedua orang tuanya Diana hanya menghela nafas panjang mendengar setiap tutur kata sang Ibu.

"Sabar Diana kamu kuat dan kamu pasti bisa menjalankan semua ini, Kamu bersyukur masih memiliki orang tua walau tidak sehangat orang tua yang lain asalkan disekolahkan dan diberi makan setiap hari saja sudah lebih dari cukup jadi kamu harus semangat Diana!"

Ucap Diana dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.

Tak terasa takbir telah berkumandang Masjid-masjid dan Musholla saling bersahutan mengumandangkan Takbir.

Andi, Rohman dan anak-anak lainnya berkeliling membagi zakat bersama Amil Zakat tepat pukul 23.00 WIB Titi mengetuk pintu rumah Diana.

"Assalamualaikum Diana."

Diana yang mendengar ketukan pintu tersebut langsung membukakan pintu

"Waalaikumsalam eh Titi ada apa ya?"

Dengan raut wajah panik Titi bertanya kepadan Diana

"Adik kamu sama Rohman sudah pulang belum?"

Diana menggelengkan kepalanya

"Belum Ti kenapa?"

"Ayo kita cari mereka Na ini sudah larut malam aku takut ada apa-apa dengan mereka karena Santoso juga belum pulang kalau dia tidak pulang Nenekku bisa memarahinya."

"Oalah ya sudah ayo,"

Tanpa berpamitan kepada orang tuanya Diana dan Titi mencari Andi, Rohman dan Santoso.

Berkeliling mencari mereka hingga ke RT sebelah namun tidak kunjung menemukan keberadaan mereka semua hingga mereka mendengar suara seseorang muntah-muntah seketika itu Diana dan Titi menghampiri asal suara tersebut.

Dari kejauhan terlihat seorang pria yang meringkuk memegang perutnya saat Diana dan Titi mendekat ternyata pria tersebut saudara jauh Titi mata beliau merah, wajahnya merah padam dan tercium bau menyengat saat itu Diana dan Titi lari ketakutan karena sadar bahwa orang tersebut mabuk dan takut terjadi hal yang tidak diinginkan mereka berdua memilih lari sejauh mungkin.

Di perempatan jalan arah kerumah Diana tiba-tiba...

"Dor...!"

Diana dan Titi tidak kuasa menahan keterkejutannya

"Astaghfirullah!!"

Serentak Diana dan Titi memegang dadanya

"Kalian darimana saja, kami mencari kalian sampai ke RT sebelah loh!"

Ucap Diana sambil mengatur nafasnya

"Kami berkeliling sebentar lalu kembali lagi ke Mushola memang kalian tidak mencari kita di Mushola terlebih dahulu?"

Diana dan Titi saling bertukar pandang,

"Hahaha kami lupa mencari kalian di Mushola,"

"Ya sudah ayo kita pulang besok harus bangun pagi-pagi sekali!"

Ajak Rohman setelah itu Titi bersama Santoso kembali kerumahnya.

Seperti biasa saat hari raya PDAM dimatikan dari pusat Pak Ahmad mengajak anak-anak dan istrinya mandi di sungai.

Bu Sari, Andi dan Alea mandi terlebih dahulu sedangkan Pak Ahmad dan Diana menunggu diatas agar tidak ada orang yang datang ke sungai tersebut.

Tidak jauh dari tempat Bu Sari mandi ada sebuah lubang yang Diana heran sejak kapan ada lubang seperti itu karena selama mandi disana Diana tidak pernah melihat lubang yang hampir mirip seperti gua tiba-tiba...

"Loh Ayah!"

Ucap Diana kaget karena dilihatnya seekor harimau yang keluar dari lubang tersebut yang membuat Diana heran kenapa harimau kecil itu seperti tidak nyata.

Harimau kecil itu mengorek-ngorek bebatuan yang ada disungai tersebut otomatis air yang semula jernih berubah menjadi keruh.

"Na diam Nak jangan berbicara lagi cukup kamu saja yang tahu jangan sampai Ibu dan adik-adikmu takut mendengar ucapan kamu."

Pak Ahmad menoleh kepada Nana dengan tatapan tak biasa sedangkan Nana hanya menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian Bu Sari, Andi dan Alea selesai mandi lalu Pak Ahmad menyuruh Diana untuk mandi terlebih dahulu.

Ada perasaan takut dan banyak pertanyaan di dalam benak Diana

"Itu tadi benar harimau kan ya tapi sejak kapan ada gua tersebut, apa itu tadi harimau jadi-jadian, Astaghfirullah ini jaman apa coba, Apa ya masih ada harimau jadi-jadian seperti itu, tapi aku jelas-jelas melihat dengan mataku sendiri, apa Ayah juga melihat harimau itu juga ya?"

Pak Ahmad yang melihat anaknya dilanda gelisah akhirnya angkat suara

"Na sudah jangan kamu pikirkan lagi lebih baik kamu mandi waktunya sudah mepet Nak!"

Secepat kilat Diana menyelesaikan mandinya agar sang Ayah segera mandi Bu Sari dan adik-adik Diana memilih pulang terlebih dahulu setelah Pak Ahmad selesai mandi sesegera mungkin mereka pulang kerumah.

"Ayah,"

Belum sempat melanjutkan perkataannya Pak Ahmad memotong pembicaraan,

"Nak cukup kamu saja yang tahu dan kamu jangan menceritakan kepada Ibumu ya Diana bisa menuruti ucapan Ayah?"

"Insyaallah Yah,"

Ucap Diana meyakinkan Ayahnya

"Ya sudah kalau begitu Nak kamu siap-siap gih sholat Ied akan segera dimulai!"

Diana langsung mengambil wudhu dan segera menuju Mushola sholat pun di mulai semua khusyuk melakukan sholat Ied hingga salam terakhir dan dilanjut sedikit khotbah mengenai hari kemenangan.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya Bu Sari tidak ikut silaturahmi kerumah Nenek Sita dan Pak Ahmad tidak mempermasalahkan hal itu.

"Ayah kita menumpang di kendaraan Pak Rahim?"

Tanya Diana kepada sang Ayah

"Iya Nak kalau hari besar seperti ini tidak ada kendaraan umum yang menarik pelanggan,"

"Oh ya sudah kalau begitu Yah."

Diana, Pak Ahmad dan Andi kerumah Pak Rahim menumpang kendaraan Pak Rahim karena tujuan kami searah.

Dengan langkah gontai Pak Ahmad melangkahkan kakinya menuju rumah ibunya sedangkan anak-anaknya mengikuti langkah kakinya dari belakang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam eh Ahmad mana istri kamu Mad?"

Diana memutar bola matanya merasa jengah dengan tingkah laku Neneknya yang selalu mencari-cari kesalahan Bu Sari.

"Tidak ikut Bu, Bu Ahmad minta maaf kalau selama ini Ahmad belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada Ibu dan Ayah,"

Pak Ahmad mencium punggung tanggan Nenek Sita,

"Ibu maafin Nak Sari harusnya bersyukur mendapatkan kamu Nak, kamu sabar dan selalu menuruti semua keinginan dia tapi apa yang dilakukan dia ke kamu, kamu seperti boneka yang hanya bisa dipermainkan oleh dia!!"

Diana meradang mendengar celotehan sang Nenek akhirnya Diana memilih mencari Kak Tina.

Saat mencari Kak Tina Diana berpapasan dengan kakak kedua Pak Ahmad (Budhe Ana)

"Bude,"

Sapa Diana kepada Budenya

"Eh Nana sama siapa kamu kesini?"

"Ayah dan Andi,"

"Oh ini buat kamu dan Andi ya,"

Budhe Ana menyodorkan uang dua puluh ribuan dua lembar.

"Terimakasih Bude,"

"Iya."

Diana tidak melihat Kak Tina sama sekali akhirnya kembali ke ruang tamu menghampiri Andi.

"Dik ini uang dari Bude,"

"Oh iya Kak."

"Na, Andi ayo makan dulu Nenek masak bakso,"

Nenek Sita menyajikan bakso di depan Diana, Andi dan Pak Ahmad lalu mereka bertiga makan tanpa ada yang berbicara.

Matahari telah berada diatas kepala Diana mengajak Pak Ahmad pulang

"Yah ayo pulang!"

Diana yang notabene tidak terlalu akrab dengan saudara kandung Pak Ahmad merasa tidak nyaman berlama-lama disana.

"Iya Na ayo kita pamitan dulu ke Nenek, Kakek dan semua sepupu kamu,"

Dengan enggan Diana melakukan semua yang diperintahkan Pak Ahmad begitu jug dengan Andi setelah berpamitan kami menuju ketempat pangkalan becak dan Pak Ahmad mencari tukang becak untungnya tidak jauh dari tempat mereka berdiri terlihatlah sebuah becak berada di seberang jalan lalu Pak Ahmad melambaikan tangannya.

"Pak ke desa S berapa ongkosnya?"

Tanya Pak Ahmad kepada tukang becak tersebut

"Berapa orang Pak?"

"Tiga orang Pak saya dan kedua anak saya,"

"lima belas ribu Pak,"

"Ya sudah Pak."

Mereka bertiga menaiki becak sampai ke tempat tujuan selama dalam perjalanan tidak ada obrolan ataupun pertanyaan yang terlontar dari mereka entah apa yang sebenarnya mereka pikirkan yang pasti mereka ingin segera sampai dirumah dengan selamat.

Sesampainya dirumah tidak ada hal menarik yang bisa diceritakan Diana kepada Bu Sari Diana memilih memasuki kamarnya sedangkan Andi pergi kerumah Nenek Tia untuk bermain bersama Rohman.

1
♈SANG PENDONGENG 💻
berfikir bukan berpikir
♈SANG PENDONGENG 💻
kata tau di ganti jadi tahu
♈SANG PENDONGENG 💻
putra putri tidak perlu tanda penghubung
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan tak tapi tidak
♈SANG PENDONGENG 💻
Bagus, seperti ini yg q mau jadi enak di baca n ngehalu nya gampang masuk, lanjut kan halu mu thor 🤣🤣🤣🤣
A_R21: terimakasih suhu atas bimbingannya /Smile/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
untuk penjelasan percakapan setiap akhir kalimat gunakan tanda baca titik ( . )
Listya ning
Haiii
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya
A_R21: salam kenal kak Listya, terimakasih sudah mampir /Smirk/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan rampung tapi usai
A_R21
terimakasih suhu
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan kabur tapi pergi
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan aja tapi saja
♈SANG PENDONGENG 💻
kurang kata hati
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan banget tapi sekali
♈SANG PENDONGENG 💻
untuk sebutan kata ibu, ayah, kakek, nenek, mbak, tante, om, mas dll menggunakan huruf kapital di awal nya
♈SANG PENDONGENG 💻
kata dik menggunakan huruf kapital depan nya
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan tetep tapi tetap
♈SANG PENDONGENG 💻
gunakan tanda baca koma ( , ) bila di paragraf selanjut nya masih berlanjut percakapan nya dan gunakan tanda baca titik di akhir paragraf bila di paragraf selanjut nya bukan percakapan
♈SANG PENDONGENG 💻
gunakan tanda baca titik ( . ) di setiap akhir penjelasan dari percakapan.
♈SANG PENDONGENG 💻
hahaha nama nya kayak tower di apartemen q tinggal azalea
A_R21: iyakah? /Facepalm/ kebetulan apa gmn itu? /Joyful/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan sembari tapi sambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!