Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Ifah berlalu menuruni tangga untuk menuju ke depan pagar karena Saddam sudah menunggunya.
"Maaf telat ya!" ucap Saddam menunggu di depan mobil lalu membukakan pintu mobil depan buat Ifah.
"Gak apa apa kak." jawab Ifah singkat. "Busyet ternyata bawa keluarga." batin Ifah tapi dia tetap tersenyum menyapa keluarga Saddam yang lain.
"Aku ajak ibu, ayah, dan Novi. Maaf gak bilang kamu dulu!" ucap Saddam gak enak hati.
"Gak apa apa kak." jawab Ifah lagi lalu menjabat tangan ibu, ayah dan adik Saddam sebelum mobil dilajukan. Ifah duduk disamping kemudi karena orang tua Saddam dan adiknya duduk di kursi tengah.
***
"Kenapa kamu Ci?" tanya Alimah dari bawah menaiki tangga satu per satu.
"Kak Ifah dijemput naik mobil coba!" seru Suci antusias sekaligus heran.
"Iya. Emang suaminya itu orang kaya!" jawab Alimah santai.
"Calon Mah." tegur Suci.
"Iya ya." jawabnya cengengesan.
"Udah masuk sana telfon pacarmu, makan kah atau ngapain dari pada ngurusi kak Ifah!" peringat Alimah lalu masuk dalam kosnya.
"Alimah kayak emak emak saja." gerutu Suci pelan.
"Aku dengar Ci." ujarnya ketus.
"Hehehe."
***
Perjalanan sunyi semua terdiam dengan pikiran masing masing.
"Makan dimana bu?" tanya Saddam.
"Bakso Fuad Dam." jawab Novi. Saddam lalu melajukan kendaraan roda empatnya menuju warung makan Fuad. Disana tersedia menu Bakso lengkap, ada beranak, mercon, biasa, urat, dan lainnya.
"Ifah, selamat ya!" ucap ibu Setya mengawali percakapan dengan Ifah.
"Iya bu, terima kasih." jawab Ifah singkat. Beberapa menit kemudian mereka tiba di tempat tujuan. Mereka turun lalu masuk dengan beriringan untuk melihat tempat duduk yang kosong.
"Disana bagus." komentar ayahnya Saddam. Mereka semua menurut, mereka duduk disudut ruangan supaya lebih nyaman meski bukan private.
"Selamat Ifah ya! Semoga berkah, menjadi dosen, jadi calon isteri yang baik buat Saddam." ucapnya ramah.
"Terima kasih ayah, ibu, kak saddam dan juga Novi, sudah mau mengajak saya makan malam, memberikan saya support, doa tentunya. Terima kasih banyak. Insya Allah akhir bulan depan wisuda." jawab Ifah ramah, merasa bangga dikelilingi orang yang sayang dengannya.
"Sama sama Ifah. Ini ada kado dari Novi, mau katanya mau kasih iii." ujar Ibu jujur.
"Wah kenapa repot repot. Terima kasih!" ujarnya semangat.
"Gak usah repot repot Novi, sering² juga boleh. Hahaha."
"Sstt kamu ini Saddam berisik." tegur ibu Setya. "Sambil menunggu pesanan ibu mau tanya, kapan kira² mau lamaran Ifah?" tanyanya serius.
"Kapan bisanya, mungkin bagus sebelum wisuda bu." jawab Ifah.
"Pesan bakso saja semua." ucap ayah ketika datang pelayan.
"Baik pak. Permisi." ucap pelayan lalu pergi.
"Kalau menurut saya, bisa bulan depan! Sebelum puasa kita pergi lamaran, nanti setelah lamaran akad nikahnya setelah pemilihan." jelas ayahnya Saddam.
"Kenapa harus setelah pemilihan ayah? Bagus jika setelah idulfitri masih dibulan syawal." komentar Saddam.
"Kamu ini gimana Saddam, penting juga itu pemilihan! Kakekmu itu yang mau menjabat!" ucapnya tegas.
"Dari kalian saja." ucap Saddam pasrah.
"Kalau orang tua ku terserah dari pihak disini saja karena disana siap menerima tamu." ujar Ifah.
"Begini saja, sebelum puasa kita lamaran, nanti penentuan nikahnya kita cari gedung!" ujar ibu Setya mengakhiri obrolan mereka karena makanan sudah datang.
"Permisi." ucap pelayan lalu meletakkan lima mangkok bakso ke meja. "Silahkan." imbuhnya.
"Terima kasih." jawab Ifah mewakili semuanya. "Adik kamu yang satu gak ikut kak?" bisik Ifah pada Saddam.
"Pemalu dia." jawab Saddam singkat.
Usai makan malam mereka pulang, tidak lupa mengantar Ifah terlebih dahulu.
"Mari singgah ibu, ayah, Novi." ucap Ifah hendak turun dari mobil.
"Terima kasih nak." jawab ibu ramah.
"Terima kasih untuk jamuan makan malamnya. Aku permisi Assalamu'alaikum." ucap Ifah lalu masuk pagar dan menuju lantai dua, sedang Saddam kembali melajukan mobilnya menuju rumah mereka.
"Alhamdulillah kelar." batin Ifah lalu masuk dalam kosnya. "De, sudah makan?" tanya Ifah.
"Belum kak. Masih sibuk kerja tugas!" jawabnya masih fokus dengan tugasnya.
"Dari tadi kamu kerja tugas belum selesai de?" tanya Ifah lalu duduk disamping Nisa.
"Iya. Tapi aku tadi istirahat shalat kak." jawabnya melihat ekspresi Ifah.
"Ya sudah sana makan dulu!" ucapnya lalu bangkit untuk berganti pakaian.