Setelah 19 tahun dirawat di sebuah RUMAH SAKIT JIWA, Avram Everglass yang mengidap Deviasi Seksual dan Berkepribadian Ganda melarikan diri dari sana untuk mencari Alceena Eugene.
Pelariannya itu dipicu oleh sebuah tayangan sinetron yang dibintangi oleh Amalthea Estrial, anak perempuan Alceena yang memiliki wajah sama persis dengan ibunya. Avram mengira jika Amalthea itu adalah Alceena.
Kepanikan memuncak, ketika terjadi "Tiga Pembunuhan Berantai" yang dilakukan oleh seseorang yang Sakit Jiwa!...
Apakah Avram yang melakukan itu?
Ataukah ada Pembunuh lainnya yang menjadi "Bayangan" Avram?
Apakah hubungan Devilia dengan Avram dan Alceena Eugene?
Penasaran gak? Baca kisahnya di sini, Gaess...❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
°A.E-14 : Berpamitan...
...----------------...
"Apa maksud kamu? Kamu pikir aku berselingkuh dengan lelaki lain, gitu?!!" ujar Amalthea sengit.
Claus Gildas mengangkat bahunya acuh.
Wajahnya yang biasa terlihat tampan dan menawan itu, kini terlihat seperti sebuah topeng.
Kosong.... Tanpa emosi.
"Bukan Hak aku untuk menjawabnya!" ujar Claus tenang.
"Lagi pula, kita belum ada 'ikatan' apa-apa! Jadi kamu tidak berselingkuh dariku..." tambah Claus dengan entengnya.
"......"
"Jaga dirimu baik-baik, Sayang! Aku akan segera pulang..."
Perkataan Papa terhadap Mamanya, membuyarkan lamunan Amalthea.
"Andai saja aku bisa ikut..." rintih Alceena dengan suara lirih.
"Kamu harus menjaga Thea, kan?... Jangan khawatir, aku tidak akan lama..." ujar Carvey lembut sambil membelai wajah Istrinya.
"Baiklah... Jaga dirimu baik-baik di sana! Dan jangan terlalu capek!" pinta Alceena sendu.
"Oke, Sayang!... Oh iya, mana Thea?" tanya Carvey sambil berjalan ke arah ruang makan untuk mencari Amalthea.
"Thea, Papa pergi dulu ya!" ujar Carvey memeluk anaknya.
"Jaga dirimu dan cucu Papa ini baik-baik. Dan minta 'jagoan' kamu ini menunggu sampai Opa-nya pulang, oke?!" tambah Carvey sambil membelai lembut perut buncit Amalthea.
"Oke! Jangan khawatir, Papa... Kami akan baik-baik saja!" jawab Amalthea sambil mencium pipi Carvey.
"Itu sudah pasti! Sejak Papa lihat jagoan ini dari layar monitor USG, Papa sudah tahu jika jagoan kamu ini akan sehebat ibunya!"
...----------------...
...*Tragedi di RSJ*...
...----------------------...
'KRIIING....KRIIING....'
Suara telepon di samping tempat tidur Dokter Cabas Adonis berdering sangat kencang.
'Ugggghhh....'
Dengan gerakan yang malas-malasan, psikiater tua itu membalikkan tubuhnya. Matanya masih setengah terpejam, ketika dia mer4b4-r4b4 meja untuk mencari letak telepon itu.
Sang istri yang terlelap di sampingnya malah membalikkan tubuhnya ke arah dinding. Dan suara dengkuran halusnya kembali terdengar, sebelum Dokter Cabas berhasil mengangkat telepon itu.
Tiga puluh tahun lebih dia menjadi seorang istri dokter, dia sudah tidak merasa terganggu lagi jika dibangunkan oleh suara dering telepon dan ketukan di pintu rumahnya.
"Halo...." jawab Dokter Cabas dengan suara serak dan berat karena masih mengantuk.
"................"
Dokter Cabas mendengarkan lawan bicaranya di seberang sana, sebelum tiba-tiba matanya terbuka lebar karena terkejut mendengar sesuatu.
Dengan gerakan refleks, Dokter Cabas langsung duduk tegak dengan wajah yang serius mendengarkan.
"A...apaaa?! Seluruh pasien dari Paviliun Melati?!... Termasuk... Avram Everglass?!" desisnya antara cemas dan tidak percaya.
...😨😨😨...
Dokter Cabas berjalan tergopoh-gopoh menelusuri koridor rumah sakit yang menuju ke arah Paviliun Melati di rumah sakit jiwa tempat dia bertugas.
'DRAP...DRAP...DRAP...'
Kancing kemejanya berantakan di balik Snelli yang dipakainya. Kemeja itu terlihat tinggi sebelah karena dikancing tidak beraturan. Mungkin karena saking terburu-burunya dia datang ke rumah sakit itu.
Dokter Dryas yang sudah menunggu di sana, terlihat sedang sibuk memeriksa bersama Suster Cleine dan Suster Haidee.
Raut wajah mereka semua tampak cemas dan bingung...
"Selamat Malam, Dok..." sapa Dokter Dryas begitu melihat senior-nya muncul.
"Malam... Siapa saja yang melarikan diri?" tanya Dokter Cabas.
Dia berusaha menyembunyikan kepanikan di dalam suaranya.
"Hampir semua pasien, Dok! Kecuali Mr. Forbes, dia hanya bengong saja di dalam kamar padahal pintu kamarnya sudah terbuka.." jawab Dokter Dryas murung.
"APA YANG TERJADI?! SIAPA YANG BERTUGAS JAGA MALAM INI?! KE MANA DIA?!" teriak Dokter Cabas pada mereka.
"Hi...Hiram, Dok! Dia masih berada di UGD. Kepalanya berdarah karena dipukul oleh seseorang, sebelum dia jatuh pingsan!" jawab Suster Haidee tergagap karena takut.
"Jadi, hanya dia yang jaga malam ini?! ... Siapa yang jaga pintu depan?!" geram Dokter Cabas emosi.
"Hector, Dok! Tapi dia tidak mampu menahan pasien sebanyak itu! Dia hanya bisa menangkap Casha!" jawab Suster Haidee.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?! Mengapa mereka tiba-tiba kabur semua?! Mereka itu adalah PASIEN SAKIT JIWA, bukan NAPI!! Siapa yang mempelopori mereka?!" teriak Dokter Cabas pada mereka semua.
"Bawa Casha ke ruang kerja saya, sekarang! Tapi sebelum menanyakan dia, saya ingin menemui Hiram di UGD!" titah Dokter Cabas tegas.
"Baik, Dok!" jawab mereka serempak.
...----------------...
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
caranya follow akun ak dl ya.
thank you
Awal udah seru tapi aku ga bisa sering baca karena banyak kesibukan juga:(
Tetap semangat nulis yaaa!