Pelacur Tapi Perawan

Alvin mengetatkan pelukannya dan cepat cepat memasuki sebuah mobil, dia masih merasakan tangan Kirana yang bergetar dan matanya yang masih tertutup rapat.

"Gak papa kok sayang, buka matanya." Alvin mengangkat dagu Kirana dan akhirnya kedua mata Kirana terbuka dan tatapan merekapun saling beradu.

"Aku..." Kirana merasa takut saat bicara bibirnya bergetar membuat Alvin merasa sangat tidak tega. Sopir yang berada di belakang kemudi pun merasa kasihan pada Kirana.

"Tidak apa apa ada aku." Alvin memeluk Kirana hingga wanita itu mengangguk dan tak sanggup berkata kata. Apa jadinya bila Kirana tanpa Alvin, sanggupkah dia hidup sampai detik itu? Rasanya sulit.

Alvin dan Kirana sampai di kediaman megah Alvin, mereka di sambut para pelayan yang ramah. Namun, lagi lagi Kirana merasa takut terhadap mereka yang membuat Alvin harus mengangkat tubuh Kirana.

Beberapa penjaga dan sopir memberi kode pada para pelayan hingga merekapun bubar barisan hanya menyapa saja. Alvin membawa Kirana masuk ke dalam istananya.

"Aku mau tidur kak." Kirana merengek dalam dekapan Alvin membuat pria itu mengangkat alisnya dan membawa Kirana ke dapur, Kirana belum mampu membuka matanya dan tetap diam dalam pelukan Alvin.

"Makan dulu ya?" Alvin mendudukan Kirana di atas kursi di mana di atas meja nampak berbagai jenis hidangan sudah tersedia dan sungguh menggugah selera. Kirana perlahan membuka matanya dan sebuah aroma menyengat memasuki hidungnya.

"Eh.." Kirana menutup hidung dan memalingkan wajahnya dari meja, rasa mual tiba tiba merangsang indranya untuk bereaksi.

"Kenapa sayang?" Alvin menatap Kirana penuh heran, Kirana menggeleng dan menatap Alvin, Alvin mengangkat bahunya hingga nampak Kirana yang tengah menahan mual.

"Oke oke kita ke kamar saja." Alvin kembali mengangkat tubuh Kirana dan membawa wanitanya itu menuju sebuah kamar, ya kamar Alvin tentunya.

"Aku mual." Lirih Kirana saat baru saja sampai mendarat dengan selamat di atas kasur empuk milik Alvin, Alvin tahu kondisi Kirana saat itu sangat sensitif.

"Makan buah saja dulu, bagaimana?" Alvin menawarkan pada Kirana, Kirana mengangguk kemudian menggeleng kembali.

"Pengen mangga muda." Mata Alvin melotot, inikah yang di namakan ngidam? Alvin seperti sosok suami siaga dia beranjak dan mengelus kepala Kirana.

"Oke, tunggu ya?" Kirana mengangguk, dia sama sekali tidak menyangka bila Alvin akan menyetujui keinginannya itu, namun dia juga bersyukur karena ada kalanya Alvin keras kepala namun ada kalanya pula pria itu lembut dan sangat perhatian.

"Tuan, maaf saya lancang. Nona Kirana saat ini membutuhkan anda, apa ada masalah?" Seorang penjaga bertanya saat Alvin siap dengan mobil mewahnya.

"Kirana pengen mangga muda." Celetuk Alvin, penjaga itu terkekeh dan kemudian menunjukkan jempol tangannya ke samping istana megah itu.

"Di sana ada pohon mangga sedang berbuah." Penjaga itu menunjuk ke arah sebuah pohon mangga, Alvin tersenyum dan berlari ke arah pohon mangga tersebut.

"Bawakan tangga." Pinta Alvin hingga penjaga itu menunduk dan pergi hingga tak berapa lama dia kembali dengan membawakan sebuah tangga.

"Biar saya saja yang panjat, Tuan muda tunggu saja di bawah." Pria itu menegakkan tangga dan secepat itu pula Alvin naik dan mengambil beberapa mangga segar.

"Kirana yang pengen, bukan istri mu." Celetuk Alvin setelah mendapatkan tujuannya dan berlalu meninggalkan penjaga itu, Penjaga yang mengenakan seragam hitam itu hanya mampu menggeleng dengan senyum tak luntur dari bibirnya.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi di istana itu bila Kirana tengah hamil, semua pelayan dan penjaga mengetahui hal tersebut, hingga tak perlu Alvin menjelaskan panjang lebar tentang keinginan Kirana itu karena semua pasti sudah dapat menebak sebab apa Kirana menginginkan mangga muda.

Para pelayan yang mengintip akhirnya mengerti dan melapor pada Koki yang saat itu sedang galau dan sedih bukan main, seharian dia memasak untuk tuan rumahnya dan malah tak di sentuh sedikitpun dia benar benar merasa tertekan saat itu.

"Jadi jangan sedih ya Pak Koki, ini bukan salah makanannya tapi memang Nona Kirana lagi sensitif saja." Ucap salah seorang pelayan berusaha menghibur Koki tersebut.

"Baiklah, aku mengerti sekarang." Pria paruh baya itu mengangguk faham dan nampak kembali bersemangat, kini dia tahu apa yang mesti dirinya lakukan bagaimanapun dia sudah puluhan tahun bekerja di sana dan sudah sangat tahu dengan jelas kondisi tersebut.

Sedangkan di dalam kamar Alvin mengupayakan mangga muda dan Kirana bertugas memakannya, Air liur Alvin seolah akan menetes saat mencicipi sedikit manga muda tersebut yang asamnya minta ampun, namun Kirana nampak sangat bahagia menyantapnya dan sangat menikmati.

"Gak asem?" Tanya Alvin saat dengan santainya Kirana menikmati suapan demi suapan mangga muda tersebut.

"Engak kok, malah enak banget. Makasih ya kak." Kirana melahap mangga muda itu dan membuat matanya mengantuk.

Jam masih menunjukan pukul 7 malam namun Kirana saat itu sudah berada di alam mimpi dan dengan setia Alvin menemani wanitanya itu dengan laptop menyala di pahanya.

Sudah menjadi kebiasaan Alvin saat malam hari untuk bekerja, dia juga tidak pernah lupa akan kewajibannya itu. Malam ini rencananya Alvin akan melakukan sesuatu pada Kirana tapi melihat kondisi Kirana yang masih belum sepenuhnya stabil membuat Alvin mengurungkan niatnya.

Hingga jam 10 malam akhirnya Alvin ikut terlelap dan di bawah selimut yang sama Alvin dan Kirana tidur dengan perasaan yang hangat, hingga pagi hari tiba.

Suasana sunyi tercipta di kediaman megah itu, semuanya terlihat kondusif dan sangat baik. Kirana terbangun dari tidurnya saat sesuatu dirasakannya tidak nyaman ada sesuatu yang mengganjal di pahanya dan bergerak keras sejak tadi.

"Ini..." Kirana membuka matanya dan tampaklah wajah tampan yang kini tengah terlelap dalam dekapan hangatnya. Kirana menatap Alvin yang mana sudah terbangun lebih dulu hanya matanya saja yang terlelap.

"Pengen." Keluh Alvin manja dan menunbrukkan kepalanya ke dua gunung kembar di hadapannya, Kirana terpaku sejenak dan benar saja apa salahnya melakukan hal semacam itu pikirnya.

Kirana tersenyum simpul dan mengatupkan mulutnya, tubuhnya beringsut ke bawah hingga tatapan Alvin dan Kirana bertemu, Alvin nampak memelas dan sangat kasihan membuat Kirana sama sekali tidak tega melihatnya.

"Boleh." Ucap Kirana dengan tangan nakalnya yang kini mulai memasuki celana tidur Alvin dan membuat urat besar itu meronta ingin di lepaskan dari kandangnya.

Kirana mengecup bibir Alvin dan berusaha menutup jarak di antara mereka, Alvin benar benar merasa bertemu Oasis di tengah padang gurun, dia benar benar kehausan hingga akhirnya memulai pemainanya yang memukau, bahkan membuat Kirana memejamkan matanya beberapa kali menikmati setiap sentuhan lembut dari pria yang di cintanya itu.

Bersambung...