Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menduga-duga
Matahari menyeruak menampakan sukmanya pada setiap insan.
Ini sudah bukan pagi lagi,tapi suasana hening tercipta seakan tak ada kesibukan bagi mereka.
Memang seperti inilah akhir pekan.
Di tempat biasa ,dimana ada seorang gadis yang masih belum beranjak dari tempat tidurnya.
Pikirannya masih berkeliaran mengingat apa yang terjadi semalam.
Seolah seperti mimpi .
keingintahuannya tentang Haris sedikit terjawab,tapi nyata-nya itu sama sekali tidak bisa ia pakai sebagai senjata.
Niatan awal membujuk sang kakak cerita,memang untuk sedikit saja menjatuhkan
pamor seorang Presdir yang terkenal ketampanannya itu.
Alih-alih mendapatkan hasil ia malah merasa terenyuh dengan kisah pilunya.
Kehidupan Haris tidak seperti bayangan selama ini.
Ia memang pernah kalut dan salah jalan.
Tapi,itupun karena keadaan dan pergaulan.
Aaaah kenapa aku terus memikirkan ini sih...
Mengacak-ngacak rambutnya sendiri,frustasi.
"Kak..!"
Suara Ameera membuyarkan lamunannya.
"Apa?!"
Divya mencebik kesal.
"Kau tidak mau mandi,kak ? Apa kau akan seharian berada di kamar? Kakak ayolah ini akhir pekan,kita jalan-jalan" Ameera sudah mulai mengeluarkan jurus rengekan.
"Malas"
Mendesah sambil kembali menarik selimutnya menutupi kepala.
"Kakak..."
Ameera menggoyang-goyang tubuh kakaknya.
"Kau ini kenapa sih kak? Tidak seperti biasanya?"
"Lagi mikirin apa sih ? Kak bangun !"
Mencoba membuka selimut yang menutupi tubuh kakaknya.
"Gak mikirin apa-apa Meera ,cuman
lagi males aja,Pergi sana!!"
Divya memukul adiknya dengan bantal.
"Ah kakak..." Ameera meninggalkan kakaknya dengan kesal.
Brugg...suara pintu ditutupnya dengan kasar.
Ck..Ameera..!!
Sampai mana aku tadi...
Divya masih mencoba mengingat kata-kata Rudi.
"Akan kakak ceritakan sedikit,tapi janji jangan pernah singgung masalah ini di depan Haris..!"
Peringatan Rudi itu seakan menebak apa yang dipikirkannya.
Berguling-guling di atas kasur mengusir kegelisahan.
Melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 09.30.
Aaaa aku lapar.
mandi dulu atau langsung keluar saja.
Menimbang keputusan.
Mandi dulu deh.
Selesai mandi ia bergegas turun menuju meja makan,ia mengambil makanan dan menyantapnya sendiri,karena yang lain pasti sudah selesai sarapan dari
tadi.
"Selamat pagi Nona"
Suara pelayan menyapa Divya dari arah samping.
"Nona baru turun dari kamar?"
Tanyanya lagi,pelayan yang sama.Pelayan muda bernama Erik.
"Eh iya.. hehe"
Divya menjawab sambil cengengesan mengusir rasa malu.
" Yang lain pasti sudah pada sarapan ya? Aku gak lihat Paman,Bibi pada kemana,Rik?
Aku gak apa-apa kali ya panggil nama,dia masih kelihatan seumuran Dimas.
Apa mereka pergi keluar?"
"Iya Nona, semua sudah selesai sarapan.Nyonya sedang di taman belakang bersama Non Shila dan Non Ameera,sedangkan Tuan sedang mengobrol dengan tuan muda di ruang kerja"
Erik memberi tahu Divya,ia nampak tak merasa terganggu ketika gadis itu memanggilnya nama.
"Mba Shila sama Kak Rudi juga disini?"
"Iya non" Erik mengangguk.
"Dimas"
"Kau lihat dia?"
Kali ini menanyakan adik laki-lakinya,sambil memainkan sendok di tangannya.
"Dia di kamar Non" Terdengar ragu menjawab.
" Dikamar saya"
Lanjutnya sedikit menahan intonasi bicaranya.
Hah dikamarmu sedang apa?
Ingin menanyakan tapi diurungkan Divya karena merasa tidak enak.
"Owh,ok !"
Biarkan saja.
Kembali fokus pada makanan.Setelah selesai ia pergi kembali ke kamar,duduk di sofa sudut kamar sambil asik memainkan ponselnya.
Ingin menemui Bibi di taman tapi,rasanya enggan.
Siapa,siapa dia itu,pelayan muda.
semuda itu sudah bekerja sebagai pelayan?
Divya bertanya-tanya pada dirinya.
*Ya tapi apa salah nya memang,jika dia bekerja atas keinginannya sendiri.
Dan lagi
Dimas,sedang apa di kamarnya?
Sedekat apa mereka sampai mengizinkan Dimas masuk ke ruangan privasinya seperti itu?
Aaa iya mereka kan pasti sudah lama saling mengenal,Dimas bahkan sudah hampir dua tahun tinggal bersama paman.wajar jika mereka akrab begitu.
Memikirkan dia membuat ku teringat seseorang saja.
sama-sama muda tapi sudah harus bekerja membiayai hidupnya sendiri,
Dia.
Tidak pernah ada kabar sedikitpun,
kemana...?
Apa kabarnya setelah diceramahi ibu hari itu...?
Memang aku juga sih yang salah,nekat mengenalkannya pada ibu.
Sudahlah untuk apa memikirkan pria seperti dia, pengecut. Pikiran Divya berkelana,hingga ia tersadar
lalu
beranjak pergi keluar,turun menuju taman belakang rumah .
Bersambung ...