Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Negosiasi
"Ayu Lestari, umur dua puluh dua tahun, anda berasal dari kota Batu yang ada di daerah Jawa Tengah. Orang tua anda bernama Sena dan Ratih, anda memiliki seorang adik laki-laki. amda janda dengan satu anak laki-laki bernama Arkana!" Albert membacakan riwayat hidup Ayu, membuat Ayu terpana dan menganga tak percaya.
"Saya bisa anda jadikan alat untuk membalaskan kejahatan yang telah dilakukan mantan suami anda dan keluarganya!" lanjut Albert dengan tenang.
"Maksud Pak Albert?" tanya Ayu bingung.
"Anda sakit hati kan dengan keluarga Yasa? Anda bisa menerima penawaran dari saya dan saya pastikan anda akan mendapatkan fasilitas terbaik dari kami, tapi ada syaratnya!" jawab Albert mantap.
"Saya nggak ngerti maksud anda, Pak Albert!" ucap Ayu semakin bingung tapi juga penasaran.
"Menikah dengan tuan saya, anda akan dikuliahkan di universitas terbaik di luar negeri, anda mendapatkan kompensasi berupa materi dan kedudukan di perusahaan Himawan. Bagaimana?" tanya Albert mulai membujuk Ayu dengan lembut.
Ayu menepuk pipinya beberapa kali untuk menyakinkan diri dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Albert.
"Anda hanya harus menikah dengan Tuan Fernando Himawan, setia di sampingnya dan tak pernah berkhianat terhadapnya. Anda akan dididik menjadi perempuan yang tangguh dan berkelas, meninggalkan semua masa lalu anda tanpa pernah sekalipun ingin menengoknya, kalau anda setuju, besok pagi saya akan mengurus semuanya dan anda akan memperoleh status baru dengan segala fasilitas mewah yang bahkan tak pernah anda bayangkan sebelumnya!"
Ayu merenung sejenak, dia tentu saja bingung dengan apa yang harus dia putuskan.
Ayu tak pernah mengenal Albert sebelumnya apalagi Fernando Himawan yang tadi disebutkan oleh Albert sebagai tuannya.
"Apakah tuan Fernando itu sudah tua dan mau meninggal?" tanya Ayu penasaran.
Albert tertawa pelan mendengar pertanyaan itu. "Dia masih sangat muda!"
"Lalu kenapa dia ingin menikahi perempuan seperti saya yang bahkan belum dikenalnya sama sekali?"
"Semakin sedikit anda tahu, semakin baik untuk anda, Nona!" jawab Albert membuat Ayu mengerucutkan bibirnya lucu.
"Anda hanya diharuskan belajar lalu mendampingi tuan Fernando memimpin perusahaan, itu saja!"
"Nggak ada sentuhan fisik?" tanya Ayu memastikan.
Albert terdiam sesaat. "Selama anda tak menginginkan hal itu, saya bisa jamin nggak akan ada sentuhan fisik!" ucap Albert yakin.
Albert tahu bagaimana kondisi psikis Fernando yang tak percaya dengan adanya kata cinta dalam hidupnya.
"Anda yakin?" tanya Ayu lagi.
"Ya, saya yakin!" ucap Albert mantap.
"Saya rasa tawaran anda sangat menggiurkan dan saya tergoda untuk menerimanya!" ucap Ayu setelah dia menimbang sesaat.
Ayu merasa bahwa kehidupan normalnya sudah tergilas oleh keserakahan seseorang dan sekarang adalah jalan pintas dia meraih kesuksesan.
Tak peduli bagaimana jalannya, bagi Ayu sendiri inilah ajang pembuktian dan balas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitinya.
Bukan membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi Ayu hanya ingin bersinar setelah apa yang dilakukan orang-orang itu kepada dirinya yang tak memiliki kekuatan.
"Saya bersedia menerima tawaran anda!" Akhirnya Ayu menjawab, toh itu adalah penawaran terbaik yang ia terima di tengah keadaannya yang hancur dan tak berbentuk lagi.
Ayu tak peduli andai jalan yang akan ia tempuh sekarang mungkin mempertaruhkan nyawanya.
Ayu merasa bahwa dia telah mati meskipun dia masih bernafas sekarang.
"Anda hanya perlu membawa surat-surat penting anda, jangan berpamitan dengan siapapun!" perintah Albert sopan.
"Baju saya?" tanya Ayu.
"Kami akan menyiapkannya sekarang juga!" jawab Albert.
Ayu pun masuk kembali ke dalam kamarnya dengan cara mengendap lalu mengemasi surat-surat berharganya dan harta miliknya yang sempat dia bawa saat ia meninggalkan desanya.
Albert membukakan pintu mobil itu untuk Ayu lalu dia sendiri masuk ke balik kemudi.
Mobil itu menuju ke salah satu apartemen mewah yang ada di pusat kota, di sana Ayu tinggal untuk sementara waktu sebelum dia pergi ke London untuk melanjutkan kuliahnya.
"Silakan anda beristirahat di dalam, Nona Ayu! Sebentar lagi asisten anda datang dan membawa perlengkapan untuk anda!" Albert mempersilakan Ayu masuk ke dalam apartemen mewah itu lalu menutupnya kembali dan meninggalkan Ayu sendiri.
Ayu memindai tempat itu dengan seksama. Apartemen itu sangat mewah untuk ukuran manusia miskin seperti Ayu itu.
Hampir dua jam Ayu menunggu dengan gelisah, asumsi liar mulai berkelebat dan memenuhi kepalanya.
"Tapi nggak mungkin juga mereka mau macem-macem sama aku! Apa coba yang mau mereka rampok dari aku? Banda aja aku nggak punya!" gumam Ayu kepada dirinya sendiri.
"Jangan-jangan mereka menginginkan organku!" Ayu mulai dilanda panik saat ia teringat akan harta paling berharga yang dia miliki.
Tit.. tit.. ceklek! Bunyi kartu dipindai di alat sana dan terbukanya pintu apartemen itu lebar-lebar membuat Ayu langsung waspada.
Seorang perempuan dengan seragam hitamnya masuk ke dalam apartemen tersebut. Tangan kanan dan kirinya membawa beberapa paper bag.
"Selamat malam, Nona Ayu! Saya Selly, asisten Nona!" Selly mengangguk hormat sambil memperkenalkan diri.
"Hah?! Asisten saya?" tanya Ayu dengan nada bingung.
"Benar, Nona! Tuan Albert memerintahkan saya untuk mendampingi dan menjaga anda!" jawab Selly sopan.
Ayu mengangakan mulutnya lalu dengan kesadaran penuh menampar pipinya sendiri.
"Sakit, berarti aku nggak bermimpi!" ucap Ayu sambil meringis pelan.
"Anda memang sedang nggak bermimpi, Nona! Ini beberapa perlengkapan untuk anda, silakan anda beristirahat di dalam kamar!" Selly menyodorkan paper bag itu kepada Ayu.
Ayu menerimanya dengan ragu lalu memeriksa isi di dalam paper bag itu.
Beberapa baju, sepatu dan tas ada di dalam sana. Ayu mengeluarkan salah satunya lalu meraba baju itu, kainnya terasa lembut di tangannya.
"Ini semua buat saya, Kak?" tanya Ayu masih tak percaya dengan apa yang diterimanya.
"Panggil saya dengan nama saja, Nona! Dan iya semua itu untuk anda dari tuan Fernando!" jawab Selly masih dengan nada sopan dan sabar.
Ayu mengeluarkan semua isi di dalam paper bag itu, dan Ayu semakin tercengang karena semua barang mewah yang diterimanya itu.
"Harga satu ginjal saya semahal ini ya?" bisik Ayu sambil terus menatap barang-barang mewah itu.
"Maksud anda, Nona?" tanya Selly bingung.
"Saya lagi nggak dibeli dengan barang mewah dan menukarnya dengan salah satu organ saya kan, Sel?" Ayu tak menjawab pertanyaan Selly justru Ayu menyampaikan apa yang ada di kepalanya sejak tadi.
"Tuan Fernando nggak memerlukan organ anda, Nona!" jawab Selly.
"Lalu kenapa saya diberikan hadiah semahal dan semewah ini?" bisik Ayu masih belum percaya dengan apa yang saat itu terjadi.
"Karena anda calon istri Tuan Fernando, pasti Tuan Fernando ingin memberikan yang terbaik untuk anda! Sekarang anda lebih baik beristirahat di dalam kamar. Silakan, Nona!" Selly pun mengantarkan Ayu ke dalam kamarnya lalu menutup pintu itu hati-hati.
"Aku pasti bermimpi... Ini nggak mungkin terjadi kan?!" Ayu kembali menampar pipinya sendiri dan dia tahu bahwa ini memang kenyataan yang menimpanya saat itu, dan Ayu lebih waspada karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.