NovelToon NovelToon
Di Bawah Langit Yang Sama

Di Bawah Langit Yang Sama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Cinta Seiring Waktu / Balas dendam pengganti / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".

Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.

" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".

Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.

Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Setelah mendapatkan kejutan diakhir pekan kemarin, perasaan Liora dan Arga pagi ini sepertinya sudah full senyuman dan kebahagiaan. Terlihat dari rona aura wajah yang memperlihatkan kesegaran dan kebahagiaan, tidak bisa disembunyikan lagi.

Awal pekan ini dimulai dengan senyuman bahagia, apalagi keceriaan Liora telah kembali membuat kedua orangtuanya merasa bahagia. Liora sudah kembali membawa kebahagiaan dan keceriaan, membuat suasana rumah kembali hangat.

Pagi ini seperti biasa Liora akan berangkat bersama sang Kakak, dan pulang nanti kemungkinan akan bersama dengan Arga namun dengan jarak yang cukup jauh sesuai kesepakatan keduanya kemarin.

" Sayang, aku menyetujuinya bukan berarti aku tidak memperhatikan gerak-gerik kamu yaa.. Selamat bekerja tolong hatinya dijaga inget jari udah diikat jadi gak perlu terlalu lincah karena kamu bukan kancil".

Begitulah isi pesan dari Arga yang sepertinya sudah mulai sedikit tantrum, apalagi sebagai seorang laki-laki sangat peka atas sikap yang ditunjukkan oleh Ezra meskipun Arga sangat tahu jika sang kekasih tidak menanggapinya.

" Thankyouuu Honey sudah memahami dan mengingatkan, selamat bekerja ingat biaya nikah mahal sekolah anak juga mahal jadi perlu bekerja keras sejak dini hihihi. Love you ❣️".

Sepertinya lima tahun berpisah benar-benar tidak mengubah intinya cinta mereka, yang ada terus bertambah terbukti dengan tindakan yang mereka tunjukkan satu sama lain.

Sesampainya diruangan kantor seperti biasa akan terasa ramai meskipun hanya diisi empat orang, tetapi tidak menggangu aktivitas kerja mereka. Rahasianya adalah Paham, dimana waktu dan tempat yang sedang ditempati sehingga kita bisa menempatkan diri apa yang harus dilakukan.

" Huaaaaaaaa.... Liora Lo gak pernah heboh percintaan kenapa sekarang jari Lo rame banget kek pasar malem".

Nami yang baru saja sampai saat menyimpan tas diatas mejanya tidak sengaja melihat dua cincin dijari Liora, kehebohan baru dimulai mari menabung oksigen untuk hari ini Semangat....

" Lohh... Lohh... Kok ada dua sih? Gimana gimana, maksudnya Lo tunangan sama dua cowok? Poliandri dong marpuah..". Adit tidak kalah heboh kini menghampiri dan mengangkat tangan Liora sebagai bukti yang memperkuat ucapannya.

Liora menarik nafas dalam dan tentu saja cukup panjang, padahal tidak ada ucapan apapun yang keluar dari mulutnya bahkan sejak tadi dirinya sedang menyibukkan diri menyelesaikan pekerjaannya.

" Selama ini Lo diem diem aje yee, sekarang udah make cincin dua pula!!! Gak ada tuh undangan apapun sama kita". Nami kini menambahkan ucapan Adit.

" Shhuuuttt... Udah kerja yuk kerja baru hari Senin, masih panjang waktu kita". Liora yang sejak tadi menahan diri akhirnya kini menjawab ocehan kedua temannya itu.

" Ezraaaa... Lo kalah gerak astagaaaaa, makannya kalau suka tuh bilang ini kura-kura aja minder Ezra sama leletnya Lo". Adit kini mengusap rambutnya kebelakang setelah menatap wajah Ezra yang sejak tadi terlihat biasa saja, seolah dirinya sendiri yang merasa gemas.

" Fokus kerja Dit, masih pagi". Hanya itu yang keluar dari mulut Ezra, padahal tidak ada yang tahu jika saat ini hatinya tengah gundah gulana bergemuruh.

Ezra menyibukkan diri bahkan wajahnya kini diposisikan untuk tidak menatap wajah Liora, pura-pura sibuk dengan pekerjaannya yang banyak. menulis laporan yang sebenarnya sudah selesai, hanya mengetik menghapus mengetik menghapus begitu saja terus.

" Li, sumpah siapapun laki-laki yang beruntung itu gue gak peduli sedikit pun, tapi gue cuma mau tanya apakah gue dapet seragam bridesmaid? Secara gue adalah sahabat sejati Lo". Nami kini memperlihatkan deretan giginya dengan senyuman yang ceria.

" Gue juga... Gue juga termasuk sahabat sejati jadi gue kudu dapet seragam Li". Adit seolah tidak ingin kalah, tidak peduli tentang perasaan Ezra kali ini.

" Nami cantik dan Adit cakep yuk kerja yuk, dah nanti lagi bergosipnya karena gue bukan artis". Tidak ingin memperpanjang suasana canggung, akhirnya Liora memilih untuk menyudahi kehebohan pagi ini.

Ezra kini menarik nafas pelan seolah semua baik-baik saja, kedua bola matanya kini melirik tajam pada jemari Liora yang terlihat jelas diseberang sana. Liora tidak bermaksud pamer hanya saja saat ini kegiatan Liora yang tengah mengetik, membuat jarinya berada diatas meja dan sudah pasti memperlihatkan jemarinya yang sudah terpasang dua cincin.

" Ternyata benar yaa sudah resmi... Aku sudah kalah, akhirnya aku kalah lebih cepat"

Senyuman kecut kini terlihat dari sudut bibir Ezra yang tengah menertawakan kebodohan diri, sampai akhirnya Seandainya... Begitu banyak muncul dikepalanya untuk mengejek keleletan yang telah ia lakukan.

Tidak bisa dibohongi jika saat ini dada Ezra tengah menegang menahan sesak, tetapi kegiatan bahkan ekpresi wajahnya tetap terlihat tenang. Sesekali tubuhnya disandarkan pada punggung kursi seolah tengah merasa lelah, mungkin memang lelah menghadapi kenyataan yang secata mendadak ini.

Beberapa jam berlalu kini suasana sudah mulai kondusif, terlihat dengan kegiatan masing-masing tanpa suara hanya ada kerutan di dahi masing-masing dan sesekali mulut yang berkomat-kamit seolah tengah membaca mantra.

Ezra sesekali menyeruput air putih dihadapannya untuk sedikit mengurangi cekatan di tenggorokannya, namun matanya sesekali melirik melihat cincin yang masih belum ia terima keberadaannya.

" Air putih mulu Zra, padahal yang pahit itu lebih enak apalagi buat suasana hati sekarang hehe". Meskipun sedang fokus pada pekerjaan dihadapannya, Adit masih bisa meledek Ezra seolah matanya berada disetiap sudut.

Liora menghentikan aktifitasnya, menoleh kearah Adit dengan alis terangkat.

" Kenapa? Mau kopi apa ngajakin diet kopi?".

Ezra, Nami dan juga Adit kini menatap wajah Liora bersamaan " Lah ngapa die sih Li".

" Noh, jari Lo bikin panas jadi tenggorokan bawaannya kering terus iya kan Zra?". Kini Nami yang menjawab, dengan dagu yang bergerak menatap cincin Liora.

Liora semakin bingung apakah ada yang salah?.

" Si Ezra cuma lagi bingung harus tepuk tangan tapi cuma sebelah, apa tetep maju meskipun udah ditikung". Adit kini seolah memahami perasaan Ezra, sebenernya Nami dan Adit sudah mengingatkan Ezra untuk segera mengutamakan perasaannya kepada Liora.

Ezra yang masih setia dalam diamnya seolah sedang menikmati zona nyaman, bisa dekat dan juga memberikan perhatian tanpa status yang akhirnya kini dirinya harus mengakui kekalahan.

" Gak usah didengerin omongan dia hamster ini Li, fokus aja sama kerjaan sorry jadi malah keganggu". Ezra kini menatap lembut wajah Liora, masih menahan gejolak dalam bibirnya untun menanyakan beberapa hal.

Hening kembali terjadi didalam ruangan setelah keempatnya melakukan ice breaking dengan candaan serius, namun karena Liora tidak ingin menanggapi serius memilih untuk berpura-pura tidak paham saja.

Ternyata udah benar-benar resmi ya Li,

Pendaftaran ternyata udah ditutup, ternyata memang tikungan itu tempat paling aman untuk mendahului...

Sekarang...

Sudah tidak ada ruang untuk sebuah harapan yang aku usahakan.

Bahkan untuk sekedar menanyakan kebenaran saja aku belum kuat untuk mendengar jawabannya.

Apakah mulai sekarang harus mulai terbiasa dengan posisi yang baru? Bukan menjadi seorang pejuang lagi tapi menjadi seorang penonton. Bukan lagi mengusahakan untuk memiliki, tetapi belajar untuk merelakan.

Lagi, Ezra menengguk air putih yang sejak tadi gelasnya iya genggam dengan sedikit erat, menarik nafas dengan dalam mengeluarkan rasa seak dalam dada yang semakin merasa sakit.

Apa bisa secepat itu untuk merelakan?

Aahhh aku lupa jika siapapun itu pasti membutuhkan kepastian, jika hanya perhatian sepertinya operator bank ataupun datang berbelanja di toko merah atau biru juga bisa mendapatkan perhatian..

Jika sudah seperti ini siapa yang perlu disalahkan? Dan sekarang mari biasakan untuk memposisikan diri sebagai rekan kerja yang baik.

1
Aksara_Dee
adit kadang-kadang kidding ya
Aksara_Dee: bikin Arga tantrum aja
total 2 replies
Aksara_Dee
aaiihh kaann... lihatlah kemarahannya sampe mau buka toko hape 😍
Aksara_Dee: bisa lebainya kayak pemiliki langit, udara, tanah dan lautan ya kaa ❤️❤️
total 2 replies
Aksara_Dee
kalau bakar gunung gak kena pasal, mungkin kemarahannya bisa membakar gunung 😅
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Wang Lee: oke dek/Ok/
total 2 replies
Wang Lee
Ngak busi sa aku
Wang Lee
Aku ngak berharap
Wang Lee
Aku
Wang Lee
Aku juga kok
Wang Lee
Aneh
Wang Lee
Iya baiklah
Wang Lee
Iyya aku benar bena
Wang Lee
Yuk ikut kerja
Wang Lee
Aku malas
Wang Lee
kok bisa
Wang Lee
Gimana apanya
Wang Lee
Baru saja kok
Wang Lee
Dirimu kok
Wang Lee
Suasana semakin
Wang Lee
Itulah kami
Wang Lee
Masama aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!