NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari di Tengah Malam

🌻🌻🌻

Kekhawatiran seorang ayah terhadap putrinya bisa dimaklumi. Sejak siang sampai malam Mas Lintang mencari Shani yang masih belum ditemukan. Gadis itu tidak ada di rumah teman-temannya, kami juga belum bisa menghubungi polisi karena belum menghilang selama 24 jam. Jadi, usaha yang bisa kami lakukan hanya mencari sampai ke pusat perbelanjaan dan terowongan. 

Mas Lintang pulang hampir tengah malam dalam dengan ekspresi murung, dalam jiwa tampak putus asa. Pria itu melangkah pelan memasuki rumah dan kami memperhatikannya dengan wajah sedih. 

“Kamu coba tenangkan dia, Nak,” ucap Bu Sulis kepadaku setelah melihat Mas Lintang memasuki kamar. 

“Ingat! Semua salah Kakak,” ucap Revan dan berjalan memasuki kamarnya. 

Zien menatapku dengan tatapan tajam sambil berdiri dan berjalan mengikuti jejak Revan meninggalkan ruang tamu. Sepertinya aku memang pembawa masalah dalam keluarga mereka. 

Kepala aku anggukkan atas perintah Bu Sulis. Rambut Delia aku belai dan berdiri, gadis kecil itu tertidur di pangkuan Bu Sulis. Mereka berdua aku tinggalkan dan menghampiri Mas Lintang yang duduk diam di tepi kasur. Pria itu menyeka air mata saat sadar aku membuka pintu kamar. 

“Mas …!” panggilku sambil duduk di sampingnya.

“Kamu belum tidur? Delia sudah tidur?” Pertanyaan dilayangkan untuk menutupi tangisnya. 

Rasa kacau dan fokus kepada Shani membuat Mas Lintang tidak sadar kalau putri bungsunya sudah tidur di pangkuan Bu Sulis. Kuanggukkan kepala untuk menjawab pertanyaannya. 

Bukan meminta maaf, aku menyemangati Mas Lintang. 

“Kita cari Shani besok. Mas tenang saja. Dia pasti baik-baik saja. Mas harus berpikir positif,” ucapku kepada Mas Lintang. 

“Mungkinkah keputusanku salah?” tanyanya seperti anak kecil yang bingung. “Maafkan aku,” ucap Mas Lintang, sadar seharusnya tidak bertanya tentang hal itu kepadaku. 

Mas Lintang membaringkan tubuh dengan posisi membelakangi keberadaanku. Sudah bisa aku tebak, ia tidak akan tidur karena kepikiran dengan putrinya itu. Keluar aku dari kamar, di mana Bu Sulis dan Delia sudah memasuki kamar mereka. 

Nomor Bella aku hubungi, meminta bantuan suaminya untuk mencari Shani. Kebetulan, Raden memiliki teman polisi. 

Secara diam-diam aku meninggalkan rumah itu, aku ke rumah Bella. Tibanya aku di rumah mereka bersamaan dengan tibanya seorang polisi dalam setelan jaket hitam, itulah teman Raden, namanya Brian. 

Kami berdua duduk di ruang tamu rumah Bella, mereka mendengarkan aku bercerita. Demi membantuku, Raden dan pria bernama Brian itu bergerak mencari Shani meskipun sudah tengah malam. Mengapa? Brian memberitahu bahwa kantor polisi sempat menerima kasus yang sama dalam bulan ini, beberapa anak gadis menghilang dan ditemukan di sebuah club, dipekerjakan oleh seseorang yang tak bertanggung jawab, memaksa mereka bekerja di sana. 

“Rumah malam?” tanyaku, kaget. 

“Iya. Kalau begitu, kita langsung ke tempat itu,” ucap Brian. 

Raden dan aku memasuki mobil Jeep Brian. Pria itu mengemudikan mobil menuju tempat yang dimaksud olehnya, yang belum aku tahu di mana tempat itu. 

Setelah menghabiskan waktu sekitar lima.belas menit di perjalanan, akhirnya kami sampai di tempat yang dimaksud oleh Brian, yaitu Club Cantika. Karena Brian sudah sering mendatangi tempat itu untuk melaksanakan tugas mereka, beberapa orang di sana mungkin mengenalinya dan itu yang membuat mereka berhamburan kabur. Untuk pertama kalinya seumur hidupku memasuki rumah itu dan melihat banyak wanita berpakaian tidak sopan di sana.

Musik di klub itu berhenti, semua orang menepi dan tidak ada yang sanggup menari lagi. 

“Kalian melihat gadis ini?” tanya Brian sambil memajang foto Shani ke arah mereka semua. 

“Dia ada di atas,” ucap salah satu pengunjung yang tidak sengaja melihat Shani di atas. 

Diriku tidak bisa diam setelah mendengarnya, bergegas aku melangkah kaki menaiki tangga menuju lantai dua dari tempat itu dengan rasa khawatir dan berharap tidak terjadi apa-apa kepada anak itu. Kakiku terus berlari kecil, menghempak beberapa pintu dari kamar yang ada di lantai dua gedung tersebut sampai akhirnya aku menemukan putri sulung suamiku itu. Gadis itu diikat di atas kasur yang ada di salah satu kamar paling ujung sebelah kiri dan mulutnya dibekap menggunakan kain. Tampilannya sungguh menyedihkan, ditambah lagi dengan tangisnya. 

Kuhampiri gadis itu dan seseorang memukul kepala bagian belakangku sampai pandanganku tiba-tiba samar, lalu tidak sadarkan diri. 

***

Entah di mana saat ini. Sejenak aku berpikir dengan mata dipejam karena aku belum mampu membuka mata dalam keadaan kepalaku rasanya sedikit sakit. Suara sebuah alat yang cukup aku kenal membuatku sadar kalau sekarang mungkin berada di rumah sakit, bau obat juga tercium oleh hidungku. 

Perlahan aku mencoba membuka mata. Pandangan samar perlahan menemukan kejelasan dan akhirnya aku melihat langit-langit ruangan itu berwarna putih bersih dan terang karena cahaya matahari menjadi penerangnya yang masuk dari kaca jendela. 

“Kamu sudah bangun?” tanya Bu Sulis yang baru masuk.

Bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah teringat kejadian semalam dan membuatku bertanya kepada ibu mertuaku itu mengenai kondisi Shani. Sungguh itu tidak bisa membuatku tenang. 

Sebelum pertanyaanku terjawabkan, Mas Lintang memasuki kamar bersama orang yang aku tanyakan tadi. Polisi Brian yang semalam membantuku juga masuk bersama mereka. 

Perasaanku lega setelah melihat Shani baik-baik saja. Namun, ada satu pertanyaan yang mengusik pikiranku, yang tidak enak aku tanyakan kepada gadis itu maupun keluarganya. 

“Pak Brian, bisa berbicara sebentar?” tanyaku, sepertinya lebih nyaman jika membicarakannya bersama pria itu. 

Brian mengarahkan pandangan kepada Mas Lintang dan suamiku itu menganggukkan kepala. Mereka yang baru masuk, termasuk Bu Sulis meninggalkan kami berdua. Mereka aku perhatikan benar-benar meninggalkan kamar yang aku tempati itu. 

“Pak, Shani baik-baik saja, kan? Dia belum ….” Sengaja aku gantungkan pertanyaanku karena merasa tidak enak melanjutkannya, tetapi aku yakin pria itu paham dengan apa yang aku sebutkan berikutnya. 

“Tidak Bu Fina. Shani belum diapa-apakan oleh mereka.”

Tubuhku yang tadi menegang kaku, akhirnya kendur karena perasaan lega mendengar jawaban pria itu. 

“Sepertinya Bu Fina sayang sekali dengan anak tiri Bu Fina itu. Tapi, aku dengar dari Raden dan Bella, tiga anak pria itu tidak bisa berperilaku baik kepada Bu Fina,” ucap pria Brian yang kenyataannya benar. 

“Iya. Tapi, aku mengerti mengapa mereka begitu. Mungkin karena kasih sayang yang diberikan ibu mereka membuat mereka tidak bisa menerimaku. Oh iya, terima kasih karena Pak Brian sudah menolongku.” 

“Sama-sama. Kalau begitu, saya pamit.”

“Oh iya, karena Pak Brian sudah membantuku, bagaimana kalau Pak Brian datang ke rumah malam ini untuk makan malam di rumah kami? Anggap saja sebagai ucapan terima kasih,” tawarku karena merasa tidak enak pria itu pergi dengan tangan kosong saja. 

“Hmm ….” Pria itu berpikir. “Baiklah!” Pria itu akhirnya keluar dari kamar yang aku tempati. 

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!