Strange Rebirth

Two Sides of Love merupakan novel yang berkisah tentang perjalanan menemukan cinta yang sesungguhnya, di mana hati harus memutuskan sisi mana yang akan dipilih, bahkan jika itu berarti harus melepaskan satu sisi lainnya.

Bulan Giunia, gadis delapan belas tahun yang hidup dalam kesederhanaan, harus menanggung beban sebagai tulang punggung keluarga setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan tragis beberapa tahun lalu. Ia merawat adiknya, Yasmin, yang masih berusia enam tahun, di apartemen kecil di pinggiran kota, jauh dari gemerlap dan hiruk-pikuk metropolitan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bulan bekerja paruh waktu di berbagai tempat, berusaha keras memastikan Yasmin tetap mendapatkan kehidupan yang layak.

Di sisi Bulan selalu ada Bumi, sahabat setianya sejak kecil. Bumi adalah sosok pendiam namun penuh perhatian, selalu hadir untuk memberi dukungan moral dan emosional yang sangat Bulan butuhkan. Sejak lama, Bumi menyimpan perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan, tetapi ia memilih untuk memendamnya, takut perasaannya akan merusak hubungan yang telah lama mereka bangun. Bumi sangat memahami beratnya beban yang harus ditanggung Bulan, dan dia ingin tetap berada di sisinya tanpa menambah kesulitan yang sudah ada.

Namun, hubungan mereka tidaklah mudah. Bumi bukanlah sosok biasa; dia adalah pewaris tunggal perusahaan 'Cakrawala Persada', salah satu dari sepuluh perusahaan terbesar di negeri ini. Ibunya, seorang wanita kuat dan berkuasa, mengetahui bahwa Bumi menyimpan perasaan untuk Bulan. Hal ini membuatnya semakin tidak menyukai Bulan, yang dianggapnya tidak layak untuk putranya karena latar belakang ekonominya yang rendah. Ia menginginkan pasangan yang sepadan untuk Bumi—seseorang dari kalangan yang sama, dan tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Bulan.

Pertemuan pertama antara Bumi dan Bulan adalah momen yang manis, saat mereka masih anak-anak, berusia tujuh tahun. Di sebuah taman kecil, Bulan, yang baru saja pindah bersama keluarganya, tampak malu dan canggung. Ia memegang erat tangan ibunya, mengamati anak-anak lain bermain dengan riang di bawah sinar matahari sore.

Bumi, yang sudah akrab dengan taman tersebut, melihat Bulan berdiri sendirian di pinggir lapangan. Dengan kehangatan seorang anak kecil yang penuh rasa ingin tahu, Bumi mendekati Bulan. Senyumnya yang tulus berhasil membuat Bulan merasa Lebih nyaman, dan dengan lembut, ia mengajaknya bermain bersama.

Setelah orang tua Bulan meninggal, Bulan dan adiknya harus pindah untuk menghemat biaya pengeluaran. Mereka memilih apartemen kecil yang mereka tinggali sampai sekarang, dibantu oleh Bumi dalam proses pencariannya. Sejak saat itu, persahabatan antara Bulan dan Bumi semakin erat, dengan Bumi yang selalu siap membantu dalam setiap kesulitan.

Namun, kedatangan Bintang sebagai murid baru membuat Bumi gelisah. Bintang, dengan pesona dan keramahan yang dimilikinya, cepat akrab dengan Bulan, memunculkan perasaan tidak nyaman dalam hati Bumi. Ia merasa ada ancaman terhadap persahabatan yang telah lama terjalin, dan mulai khawatir Bintang akan mengambil tempat yang istimewa di hati Bulan.

Bumi cepat menyadari bahwa Bintang tertarik dengan Bulan. Ketertarikan Bintang pada Bulan semakin jelas, terlihat dari cara Bintang selalu berusaha berada di dekat Bulan, memberikan perhatian penuh, dan berusaha membuat Bulan tersenyum.

Bumi, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Bulan, merasa cemas dan waspada. Ia tahu bahwa Bintang bukanlah sekadar teman bagi Bulan—Bintang adalah saingannya. Persaingan antara Bumi dan Bintang membuat suasana sekolah menjadi gempar, dengan setiap siswa memperhatikan setiap gerakan dan interaksi di antara mereka.

Ketika kelulusan sekolah mendekat, Bulan dihadapkan pada keputusan sulit antara dua sahabatnya. Ia harus memilih antara Bumi, yang selalu ada dan mengerti dirinya, atau Bintang, yang membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya. Di malam perayaan kelulusan, Bulan akhirnya memutuskan untuk mengikuti kata hatinya dan memilih Bumi sebagai pasangan, sementara Bintang dengan tulus menerima dan tetap menjadi sahabat.

""

Jaden duduk di atas kasurnya, bersandar pada tumpukan bantal yang membentuk sandaran empuk di belakang punggungnya. "Sepertinya aku dan Reyna tidak terlalu penting dalam novel ini?" Wajahnya yang tampak termenung.

""

"Apakah tidak bisa meneruskan alur cerita walaupun kami sudah berpisah? Lagipula bukankah akhirnya akan sama, Bulan akan tetap bersama dengan Bumi."

"”

Jaden heran dengan kerasnya kepala sistem, mendengar dari alur ceritanya saja, bisa dipastikan Bulan akan tetap memilih Bumi, sosok yang sudah menemaninya dari kecil. Namun jika Bulan ternyata memilih orang lain, Jaden tidak tau harus berkata apa.

""

Jaden menghela napas, merasa berat dengan kenyataan itu. “Jadi, jika dia bisa menarik perhatian tokoh utama pria kedua, artinya dia bisa mengubah alur lebih jauh lagi?”

“”

"Apa maksudnya itu?"Jaden mengerutkan kening, lalu bertanya dengan rasa penasaran.

""

Jaden mendecih, tidak puas dengan kurangnya informasi yang dibagikan. “Lalu bagaimana dengan tokoh antagonis? Kamu belum menceritakannya.”

""

"Seharusnya kamu mengatakan pada Reyna bukan padaku."

"<^-^ Apakah bos ingin membaca novelnya?>"

"Ya. Tolong berikan padaku."

Sejenak setelah permintaan tersebut, sebuah cahaya lembut muncul di depan Jaden. Sebuah buku tebal bercover pink muncul di udara. Jaden mengenali buku tersebut—bukankah ini novel yang dia lihat di kedai waktu itu? Rasa heran melanda Jaden saat dia memandang buku tersebut, bertanya-tanya bagaimana bisa ada kebetulan semacam ini.