Grace, gadis SMA yang bercita-cita menjadi musisi terkenal bersama bandnya, secara tidak sengaja terikat dalam takdirnya sebagai penjaga kitab penakluk arwah.
Maka dimulailah petualangan Grace yang ingin menjadi musisi ditengah permasalahan demi permasalahan yang harus dia hadapi sebagai penjaga kitab.
Mampukah Grace menggapai impiannya sebagai musisi terkenal sekaligus penjaga kitab penakluk arwah, Atau malah gagal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon icebreak20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 : Serangan tak terduga
Beberapa saat setelah Rico dan Sonya meninggalkan studio band, terlihat Grace mendekati Crystal, berupaya menghibur gadis yang tampak cemas itu.
"Udah gapapa, pasti Tiara baik-baik aja," hibur Grace pada Crystal.
"Semoga kak, soalnya ga biasanya kak Tiara ga bisa dihubungi kaya gini," gumam Crystal dengan wajah panik.
Namun baru saja mereka mengobrol, terlihat Della dan Linda menjerit kaget, sesaat setelah melihat seseorang berdiri memasuki ruang band tersebut.
"Kenapa Lin, Del?!" kaget Grace sementara keduanya langsung menunjuk seorang pria berkacamata yang masuk sambil menjambak rambut Tiara.
"Ketemu," gumam Romi seraya melempar tubuh Tiara ke hadapan mereka.
"Kak Tiara?!" jerit Crystal saat melihat kakaknya terkulai ga berdaya di hadapannya.
"Akan kubawa, Evelyn Crystal!" ucap Romi sebelum tiba-tiba Grace langsung melayangkan hantaman kuat ke arah Romi yang sigap menghindar.
"Bawa Tiara dan Crystal pergi!" teriak Grace pada kedua sahabatnya, sementara Romi malah tersenyum menatap gadis itu.
"Mau sok jadi pahlawan ya?!" ucapnya sinis, namun ekspresinya berubah saat warna mata gadis itu berubah diiringi dengan perubahan warna energi batin yang mengalir di tubuh Grace.
"Gate!" Senyum sumringah terlukis di wajah pria berkacamata bulat itu, sesaat setelah melihat Grace.
*********
Di lokasi lain terdengar bunyi telfon dari ponsel Sonya.
"Grace?" kaget Sonya saat membaca nama penelfon itu dan saat diangkat.
"Sonya! Rico! Ada cowok aneh yang datang dan bilang bakal bawa Grace sama Crystal! Tolong!" jerit suara itu yang ternyata adalah Linda.
"Linda halo!" teriak Sonya dan Rico panik, namun belum berapa detik mereka dikejutkan dengan teriakan Linda, di taman sudah terdengar teriakan lain yang berasal dari seorang pria yang berubah keriput karena diserap oleh siluman.
"Ga mungkin!" gumam Sonya saat melihat dua masalah yang harus mereka hadapi di waktu yang bersamaan.
"Pergi! Grace lebih butuh bantuan lu!" ucap Rico sembari menatap tajam Sonya.
"Ka.. Kamu yakin?!" tanya Sonya cemas pada pemuda itu, terlebih karena yang mereka hadapi adalah makhluk yang berbahaya.
"Tenang aja, yang terpenting saat ini adalah keselamatan Grace," jawab Rico yang kini berbalik menatap lokasi teriakan tadi.
Mendengar ucapan Rico, tampak Sonya terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk dan menatap Rico.
"Aku akan segera kembali jika yang disana sudah selesai!" ucap Sonya sebelum berjalan meninggalkan Rico.
"Ya!" jawab pemuda itu sebelum mulai berlari menuju sumber teriakan dengan kedua tangan dilapisi energi cahaya.
Sementara beberapa meter di depan, tampak anomali berwujud sesosok makhluk berkepala besar dengan tubuh kurus dan lebih kecil dari kepalanya, dengan lidah yang menjalar keluar.
"Ha!" teriak Rico seraya melayangkan tinju kuat yang dapat ditahan dengan kedua tangan panjangnya.
"Cepat pergi!" teriak Rico pada beberapa pemuda dan gadis yang ada disana, mendengar perintah itu mereka yang semula lemas seketika saling bantu untuk berdiri dan lari dari sana.
"Jangan mengganggu!" teriak makluk itu yang berusaha mengigit Rico, namun dengan sigap dihindari olehnya.
"Benar kata Sonya, makhluk ini cukup berbaha..." ucapan Rico terpotong, begitu makhluk itu mengayunkan tangan panjang itu tepat ke arahnya, dan walau berhasil ia tahan kekuatan ayunan itu sangat kuat hingga bisa menghempaskan tubuh pemuda itu hingga menabrak pohon.
"Uhuk, kuat sekali," gumam Rico sembari menyeka darah di pinggir bibirnya.
"Harus mendekat, manfaatkan kecepatan cahaya," gumam Rico seraya melesat mencoba mendekati makhluk itu, namun begitu berada di dalam jangkauan tangan panjang makhluk itu, kepala besarnya segera bergerak berusaha mengigit Rico.
Merasakan bahaya tentunya membuat Rico menunduk dan mundur menghindar, namun sekali lagi membuatnya berada di jangkauan kaki dan tangan panjang makhluk itu. Dan kali ini tendangan kaki panjangnya langsung bersarang di perut Rico dan membuatnya terhempas kembali ke belakang.
"Hahaha!" tawa makhluk itu mengejek Rico yang berusaha bangkit dan menatap makhluk itu tajam.
**********
Kembali ke lokasi Grace, terlihat Romi dengan mudah menghindari pukulan telapak tangan sambil bergerak mencari keberadaan Crystal dan Tiara di lorong band itu.
"Kemana perginya orang-orang, kenapa terasa sepi disini?" gumam Grace pada Tiana yang merasuki dia.
"Aku ga tau Grace," jawab Tiana yang fokus menghindari tendangan dan ayunan tangan pria itu.
"Mencari sesuatu?" tanya pria itu yang mengulurkan tangan ke arahnya, dan seketika keluar sesosok ular yang membesar begitu keluar dari balik lengan Romi.
"Telapak anggrek!" ucap Grace yang kini melepaskan tinju berenergi ke arah ular biru hingga hancur.
"Kau punya sosok yang cukup hebat rupanya," gumam Romi yang tampak tersenyum sambil membenarkan posisi kacamata miliknya.
"Lu siapa?! Kenapa tiba-tiba menyerang Tiara dan Crystal?!" marah Grace yang bertukar kesadaran dengan Tiana.
"Aku adalah pencari kandidat Gate, Crystal memiliki energi yang cocok untuk menjadi Gate siluman tangan panjang," ucap Romi yang membuat Grace terkejut.
"Siluman tangan panjang?!"
"Ya, arwah yang sudah memakan banyak korban, tidak kusangka saat arwahnya ku perkuat dengan mustika dia jadi seperti itu," gumam Romi yang membuat Grace geram dan mengepalkan tangannya kuat.
"Sebelum tiba kesini, aku juga sempat memindahkan orang-orang disekitar studio ini kesana, agar ritual perubahan arwah itu menjadi siluman makin cepat," ungkap Romi lagi yang makin membuat emosi Grace meluap, sebelum akhirnya bertukar kesadaran dengan Tiana.
"Emosi amarah yang kuat, kalau begini akan kugunakan teknik ini!" gumam Tiana yang menatap tajam Romi.
"Tarian anggrek bulan!" ucap gadis itu pelan, dan terlihat energi berwujud tumbuhan anggrek berwarna putih dan ungu menjalar keluar dari lengan Grace.
Namun, terlihat Romi mulai mengayunkan tangan kanannya hingga menghasilkan banyak kelelawar yang melesat menyerangnya.
"Anggrek bulan dikala purnama!" terlihat sebelum mendekat ke arah Grace, rambatan tanaman anggrek melesat menyapu kelelawar itu, dan terlihat Grace melompat mendekati Romi.
"Haaaa!" teriak gadis itu yang melayangkan hantaman kuat dengan telapak tangannya, walau berhasil dihindari oleh Romi yang membenarkan posisi kacamatanya.
Namun seolah tidak memberi waktu, rambatan batang anggrek itu menjalar mencoba menangkap tubuh Romi.
"Cih," geramnya kesal namun terlihat salah satu kakinya berhasil tertangkap dan langsung dilemparkan hingga menabrak dinding.
Mendapat kesempatan, terlihat Grace mulai berlari dan akan menyerang sebelum akhirnya kembali sebuah ular keluar dari lengan Romi.
"Heaaaa!" bukannya takut, Grace malah makin semangat menghancurkan ular itu dengan tinju telapak tangannya sebelum akhirnya salah satu pukulannya berhasil menghantam dada pria itu dan membuatnya terlempar keluar dari studio musik.
"Hahaha! Boleh juga untuk seorang gadis rapuh," puji Romi yang terlentang dan mulai bangkit menatap Grace yang mendekat dengan energi ungu mengalir di tubuhnya.
Sesaat setelahnya pria itu mulai berusaha berdiri sambil membuka bukunya.
"Jangan berharap ini sudah berakhir!" Sambil menyeka darah di bibirnya Romi terlihat mengusap darah itu di salah satu lembaran bukunya.
Merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi, tampak Grace mulai berlari mencoba menyerang namun tepat sebelum serangan Grace mengenai wajah Romi, secara mengejutkan pinggang kiri Grace terkena cakar hingga membuatnya terdorong mundur dan meringis memegang pinggangnya.
"Ksatria sakti yang menukar kepalanya dengan anjing, Asu baung!" teriak Romi diiringi suara lolongan sosok pria berpakaian pendekar namun berkepala anjing yang menghadap ke belakang.
"Siluman!" kaget Tiana yang mencoba menjaga jarak, sementara Romi hanya tertawa dan langsung menunjuk Grace.
"Habisi!" teriak pria itu pada sosok siluman yang kini melesat cepat dan dalam kedipan mata sudah berhasil mencakar pundak, lengan, leher, dan pipi Grace.
"Cepat sekali," gumam Grace dan telat menyadari makhluk itu sudah ada di dekatnya dan akan menyerang Grace yang ga siap.
"Berakhir!" ucap Romi sambil tersenyum dan tiba-tiba makhluk itu menusuk pinggang kanan Grace dan seketika membuat tubuh Tiana terlempar keluar.
"Grace!" panggil Sonya yang terlihat datang terlambat dan kini dengan cemas menatap Grace yang memuntahkan darah, sementara Tiana nampak kaget dan menatap tangannya yang memudar.
**********
"Hahaha!" tawa anomali tangan panjang yang terlihat berdiri memainkan tangan panjangnya, sementara Rico tampak berusaha mencari celah untuk bisa menyerang.
"Kemenangan ada di tangan orang yang berani mengambil resiko," gumam Rico yang mengaliri kedua kakinya dengan energi cahaya, dan langsung berlari mendekati makhluk itu.
Namun begitu ia bersiap mengigit tubuh Rico, pemuda itu tampak membiarkannya dan saat giginya berada sangat dekat dengan pundak Rico, dengan sigap ia meninju dagu makhluk itu dan melompat bersiap menendang.
Sial, makhluk itu berhasil menangkap kaki Rico.
"Haha!" Tawa makhluk itu yang langsung melempar tubuh Rico ke atas, dan berusaha menyerang dengan tangan panjang yang satunya.
"Kena!" teriak Rico yang berputar dan berhasil melayangkan tendangan kuat dengan kaki kanannya telak di wajah makhluk itu, hingga wajahnya terhantam ke tanah.
"Belum!" gumam Rico yang berdiri di kepala makhluk itu dan akan melayangkan pukulan namun sekali lagi dirinya diganggu oleh seorang pria berjubah yang menendang tubuh Rico menjauh dari makhluk itu.
"Tidak akan kubiarkan," ucap pria berjubah itu pada Rico yang memasang kuda-kuda.
"Malah nambah," gerutu Rico yang kini menatap serius dua sosok di hadapannya.
Namun beruntung, suara sirine polisi dan kelip lampu dari mobil polisi terlihat mulai mendekat ke arah Rico.
"Cih, kepolisian," gerutu Arman yang melompat mundur, sementara anomali kepala besar itu tampak perlahan mundur dan lari karena terganggu sinar cahaya mobil polisi itu.
"Tunggu!" teriak Rico yang berusaha mengejar, namun sesaat kemudian dia pingsan karena kehabisan tenaga.
**********
"Grace!" teriak Sonya yang segera menghampiri Grace, tepat setelah beberapa benang emas langsung keluar dari dalam tanah tempat anomali itu berdiri dan dengan mudah berhasil menjerat Asu Baung dengan benang emasnya.
"Heredis penenun, ketemu juga akhirnya," ucap Romi buang tidak digubris oleh gadis berambut kemerahan itu, tampak prioritas gadis itu sekarang adalah memastikan kondisi Grace.
"Aku... Kita gapapa," ucap Tiana yang masih merasuki Grace, namun kelihatan meringis menahan perih luka cakaran yang diterima sebelumnya.
Perlahan kesadaran Tiana bertukar ke Grace, terlihat Tiana yang melayang hawa keberadaannya mulai memudar.
"Ahh! Kondisi tubuh Grace!" jerit Tiana panik, sementara Sonya terlihat menangkap tubuh Grace yang lemah.
"Sebagai lawan, kuakui gadis itu cukup merepotkan," puji Romi yang terlihat berjalan mendekati Sonya.
"Tolong bertahan... Grace," ucap Sonya dengan suara bergetar dan nampak menaruh tubuh gadis itu di tanah.
Melihat hal itu, Romi hanya tersenyum sinis dan memberi kode pada Asu Baung yang terikat untuk segera melepaskan diri dan menyerang.
Akan tetapi, tanpa menatap ke mereka, Sonya segera mengangkat dan menggenggam tangan kanannya. Seketika tubuh Asu Baung terpotong-potong akibat jeratan benang emas yang makin kuat.
"Apa?!" kaget Romi yang terlihat terkejut, sementara Sonya mengarahkan tangan kanannya ke arah Romi, dan secara mengejutkan benang-benang emas itu bergerak mencoba menangkap tubuh Romi.
"Sonya... Kemampuannya benar-benar mengagumkan," gumam Tiana yang mengawasi dari jauh, sembari terbang di atas mereka, memperhatikan Romi yang mundur dan melompat menjauh dari jangkauan benang emas itu.
Tetapi walau ia sudah berusaha melompat menghindar, benang-benang emas itu terus bergerak berusaha menjerat tubuh pria berkacamata itu.
Namun tidak habis akal, pria itu mulai menggerakkan tangannya lalu dari balik bajunya keluar tiga ular berukuran sedang yang berbalik menyerang Sonya. Walau kembali ular itu kembali terjerat benang emas dan hancur tepat di hadapannya.
"Anak ini?!" geram Romi yang melihat Sonya tak bergeming, walau darah ular tadi mengenai wajah dan pakaiannya.
Gak jauh dari sana, tampak mobil polisi mulai mendekat ke arah mereka.
"Kukira Arman hanya mengarang, rupanya kalian memang bukan remaja yang bisa diremehkan ya," ucap Romi sinis walau tidak terlalu di pedulikan oleh Sonya yang tetap mengarahkan seluruh benang emas untuk menyerang pria itu.
"Kau yakin? Tidak ingin melindungi temanmu?" tanya Romi yang membuat Sonya baru menyadari sesuatu terjadi pada tubuh Asu Baung yang berubah menjadi banyak anjing berukuran lebih kecil dan kini berlari menuju Grace.
"Grace!" jerit Tiana panik, sementara Sonya kini mengalihkan tangannya dan fokus mengerahkan benang emas itu agar menghabisi Para anjing berwarna merah yang berasal dari darah Asu Baung.
Dan begitu fokusnya teralihkan, Romi segera menggunakan kesempatan itu untuk mundur.
"Ah! Dia kabur," jerit Tiana sambil memegang kepalanya panik.
"Prioritas kita adalah keselamatan Grace, biarkan saja," ucap Sonya dingin tepat setelah menghabisi seluruh anjing merah yang menyerang mereka.
**********
Beberapa saat kemudian, terlihat Grace dan Tiara tengah dibawa ke rumah sakit dengan luka di beberapa bagian tubuhnya.
"Sonya! Kenapa bisa gini?!" tanya Della panik, diikuti Linda yang juga tampak cemas di depan lorong kamar tempat Grace dirawat.
"Ini salahku, aku terlambat datang dan melindungi Grace," ucap Sonya yang terlihat depresi dan bersandar di dinding dekat pintu kamar Grace.
Sementara, Rico yang tersadar kini berada di sebuah pos dekat taman.
"Kalian?!" kaget Rico yang dibekap oleh seorang gadis berambut hitam se dada yang terlihat mengintip di pos itu bersama seorang pria berkulit coklat dan berambut rapi yang tengah mengintip.
"Diem, polisi masih ada di sekitar sini," ucap gadis itu yang membuat Rico mengangguk dan akhirnya bekapannya dilepas gadis itu.
"Siapa kalian?" tanya Rico pada gadis itu.
"Gue Carissa, dia Erlang, gue kesini bantuin lu karena berani ngelawan siluman itu," ungkap Carissa pada Rico yang bengong mendengar ucapan gadis di hadapannya.
Melihat ekspresi Rico, tampak Erlang menggelengkan kepala sambil bertukar posisi dengan Carissa lalu menepuk pundak Erlang.
"Gini-gini... sekarang lu ikutin kita aja, nanti selanjutnya Carissa bakal jelasin," ungkap Erlang yang mendapat tatapan sinis Carissa.
"Yee... Kirain lu yang ngejelasin tujuan kita nyelametin dia," gerutu gadis itu.
"Kalau gue yang jelasin ntar makin ga paham," jawab Erlang ke gadis itu yang terlihat cemberut.
"Pokoknya kita satu visi, ingin mengalahkan makhluk jadi-jadian yang ada di taman kota itu," terang Carissa meyakinkan Rico yang masih diam bingung di tengah perdebatan kedua pemuda dan pemudi itu.
To Be Continued