NovelToon NovelToon
Ketika Sakura Mekar Kembali

Ketika Sakura Mekar Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Abdulpro

Shinamura Haruki, seorang siswa SMA kelas dua berusia 16 tahun, baru saja mengalami patah hati terburuk. Empat bulan lalu, cintanya ditolak saat malam Natal. Dalam kesedihan, ia memutuskan untuk membeli kopi sebelum pulang, tapi takdir berkata lain. Ia malah ditabrak oleh Aozora Rin, gadis teman satu sekolahnya. Bagaimana pertemuan tak terduga ini akan mengubah kisah cinta mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdulpro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Liburan

Dua bulan telah berlalu sejak hari istimewa Rin. Sejak saat itu, pertemanan mereka semakin erat, setiap pertemuan, setiap obrolan kecil yang terjalin seakan merangkai benang halus yang sulit terputus.

Musim panas pun tiba. Seragam lengan pendek menggantikan seragam musim semi, dan meski panas menyengat, semangat para siswa untuk belajar tidak padam.

Seusai jam pelajaran, Rin, Souta, dan Aika memilih menghabiskan waktu di perpustakaan. Rak-rak tinggi yang dipenuhi buku memberikan aroma kertas yang menenangkan.

Di sana, mereka bertemu Haruki, Renji, dan Yui yang juga tengah belajar. Tepatnya, Yui sedang berjuang keras membantu Renji memperbaiki nilai-nilainya.

Mereka pun mengambil modul-modul pembelajaran. Sementara itu, Yui tampak sibuk menjelaskan materi kepada Renji yang malah terus menggoda dan mengusik Yui.

“Renji! Kalau kamu niat belajar, ya serius dong! Nilaimu itu banyak remedial, tahu!” omel Yui dengan pipi memerah menahan kesal.

Renji malah tersenyum nakal. “Kalau Yui-sensei nggak mau ngajarin, aku belajar sama Haruki aja deh.”

Yui mendengus, memalingkan wajah dengan pipi mengembung. Tingkah itu membuat Haruki, Rin, Aika, dan Souta tergelak.

Bagi Haruki, pemandangan ini sudah jadi rutinitas sehari-hari yang menghangatkan. Ia tahu, di balik ledekan itu, tersimpan perhatian yang tulus. Mereka melanjutkan belajar, dengan sesekali Renji mendapatkan cubitan atau tarikan telinga dari Yui.

Di tengah kesunyian itu, Rin merasa ada yang kurang.

"Kalian lihat Hana enggak? Kok dari tadi dia enggak kelihatan, ya?"

Souta, yang tadi memperhatikan saat menuju kesini menjawab, "Tadi kayaknya aku lihat Hana pergi ke kantin, berdua dengan seorang cowok. Apa dia temanmu?"

Yui ikut menimpali. "Aku juga lihat. Hana jalan bareng Naomi. Sejak kapan mereka dekat?"

Seolah-olah dipanggil, Naomi dan Hana muncul di ambang pintu perpustakaan. "Hai, maaf ya, kami terlambat," sapa Hana.

Belakangan ini, Hana dan Naomi memang sering terlihat bersama. Mereka sering mengobrol, pergi ke kantin, bahkan Naomi kadang-kadang mampir ke rumah Hana untuk belajar tentang bunga, hobi baru yang baru mereka temukan bersama.

Souta melirik ke arah Hana dan memberikan isyarat dengan matanya, seolah berkata, "Hana, berjuanglah!”

Mereka kembali tenggelam dalam buku masing-masing. Namun, Aika tiba-tiba menemukan brosur yang terselip di salah satu buku. Poster liburan musim panas di pantai. Matanya berbinar.

“Eh, kalian! Gimana kalau liburan nanti, kita ke pantai bareng?” usulnya bersemangat.

Namun, yang lain justru menunjukkan ekspresi loyo dan muram. Mereka tidak terlalu tertarik dengan ide berpanas-panasan di bawah terik matahari.

"Ayolah, kita sekalian menginap di vila. Kebetulan pamanku yang punya, jadi kita bisa pakai sepuasnya, lengkap dengan pemandian air panas," bujuk Aika, melihat respons mereka.

Mendengar kata "vila" dan "pemandian air panas", ekspresi mereka berubah.

"Wah, asyik tuh!" seru Renji, yang langsung tergiur.

"Memangnya tidak apa-apa kalau kita pakai vilanya? Kan kita delapan orang,”

“Tenang saja, vilanya luas, kamar juga cukup. Nanti cowok dan cewek bersebelahan,” jelas Aika.

Rin dan Hana tampak antusias. Naomi yang sejak tadi diam akhirnya tersenyum kecil ketika Haruki mengajaknya langsung.

“kalau begitu aku juga ikut. Terima kasih sudah mengajakku,” ucapnya lirih.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, memecah keheningan perpustakaan. Mereka membereskan buku, menyapu meja, lalu berpisah. Sebelum pulang, Aika membuat grup chat khusus.

“Oke, nanti info aku kabarin di grup, ya,” katanya sambil melambaikan tangan.

Sore itu, Yui berjalan menuju rumah Renji. Ia sudah berjanji untuk membantunya belajar. Di jalan, suara motor berhenti di sampingnya.

Haruki membuka kaca helm.

“Hai, Yui. Mau ke mana?”

“Aku mau ke rumah Renji, belajar bareng,” jawab Yui.

“Kebetulan, aku juga mau nganter timah solder ke Renji. Mau sekalian bareng?” Haruki menawarkan.

Dia menurunkan pijakan kaki motornya, mempersilakan Yui naik.

"Oke, deh! Aku nebeng, ya! Makasih!” Yui tersenyum lalu naik ke boncengan.

Dalam perjalanan, Yui bertanya, “Haruki, kamu sudah siap-siap buat liburan nanti?”

Haruki menggeleng. “Belum. Lagian masih dua minggu lagi, kan? Fokus dulu ke ujian, terutama Renji.”

Jawaban itu membuat Yui terdiam sejenak, tapi ia sadar ada benarnya. Ia tak ingin ujian kali ini gagal.

Setibanya di rumah Renji, Yui turun dibantu Haruki. Renji menyambut dengan senyum menggoda.

“Eh, ada Haruki juga? Ikut belajar, nih?”

“Enggak. Aku cuma mau balikin timah solder ini,” jawab Haruki tenang.

"Kebetulan timah mu habis, jadi aku ganti."

Renji menerima timah itu dan menyuruh mereka masuk dan disambut ayah Renji yang duduk di kursi goyang.

“Oh, Yui ya? Lama nggak ketemu,” sapanya hangat sambil membawa snack.

“Apa kabar, Om? Kami mau belajar bareng Renji,” jawab Yui tersipu.

Ayah Renji tersenyum tipis. “Renji masih suka bikin masalah di sekolah?”

“Enggak kok, Om. Dia sudah lebih baik. Meski… masih sering usil sama aku,” jawab Yui, separuh keluh, separuh tersenyum.

Ayahnya terkekeh, “Maaf ya Yui, anakku merepotkanmu. Tapi aku senang kalian masih peduli.”

Tak berselang lama, Renji datang membawa minuman dan buku-bukunya.

"Om masuk dulu, ya. Belajar yang rajin. Terutama kamu, Renji, jangan merepotkan mereka!."

Haruki dan Yui tertawa kecil melihat Renji yang cemberut.

"Oke, Yui-sensei, mohon bimbingannya!" kata Renji, pura-pura hormat.

Haruki memandangi mereka. Ia memutuskan untuk memberikan mereka ruang.

"Sepertinya mereka lebih fokus kalau belajar berdua. Aku mundur dulu, deh," gumamnya lirih.

Haruki berdiri dan mengambil stoples camilan.

"Renji, aku di teras depan. Snack-nya aku bawa, ya!" katanya sambil tertawa.

Ia duduk sendirian di teras. Dari balik jendela, ia melihat Yui dan Renji fokus belajar.

Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki. Ia terkejut ketika suara seorang wanita menyapanya.

“Haruki? Ngapain ngintip-ngintip?” Haruki terkejut. Ia menoleh, dan melihat ibu Renji.

"Tante! Bikin kaget saja. Tante dari mana, kok bawa banyak barang?"

Ibu Renji menaruh barang bawaannya dan duduk, lalu mengambil gelas Haruki dan meminum isinya tanpa izin. Haruki hanya bisa terdiam, kaget.

“Tante habis dari rumah tetangga. Katanya mau pindah, jadi perabotannya dilelang," jelas ibu Renji.

Haruki menawarkan camilan. Ibu Renji mengambil beberapa, lalu berbincang santai dengannya.

"Itu Yui, ya, yang di dalam?" tanya Ibu Renji, mengarah pada suara yang terdengar dari dalam.

"Iya, Tante. Katanya mau belajar bareng buat ujian besok," jawab Haruki, suaranya ramah.

"Kamu kok enggak ikut sekalian?"

"Aku cuma mau balikin timah solder yang kemarin aku pinjam. Kebetulan ketemu Yui di jalan, jadi sekalian aku antar," jelas Haruki.

Ibu Renji mengangguk paham, matanya menerawang.

"Renji itu memang enggak berubah, ya. Dia masih berharap sama Yui. Tante cuma bisa berdoa, semoga kali ini dia benar-benar serius."

Ujarnya ibu Renji dengan harap di suaranya.

Haruki mengangguk setuju. Ia tahu persis bagaimana perasaan Renji. Sejak SMP, Renji selalu iseng pada Yui, semua itu adalah cara Renji mencari perhatian. Hubungan mereka memang lebih dari sekadar teman dekat.

Haruki masih ingat jelas, saat hendak masuk SMA, Renji bertanya di mana Yui akan sekolah, dan Yui juga bertanya tentang Renji.

Haruki, yang ingin melihat mereka bersama, akhirnya berinisiatif. Ia bilang pada Renji kalau Yui akan masuk SMA Shirosaki, dan mengatakan hal yang sama pada Yui.

Kehadiran Haruki-lah yang menyatukan mereka kembali. Ia yakin, ada perasaan tersembunyi yang disembunyikan keduanya.

Renji masih kekanak-kanakan, dan Yui masih terlalu memprioritaskan egonya. Namun, Haruki percaya, suatu hari nanti, mereka akan jujur pada perasaan masing-masing.

(Bersambung…)

1
Felipa Bravo
Characternya bikin terikat! 😊
Abdul Jabbar: Nantikan terus bab selanjutnya, upload setiap hari Selasa dan jumat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!