Ervan Abraham merupakan seorang pemuda tampan dan kaya raya. sekaligus pemimpin tertinggi The Jokers Warrior, sebuah geng yang ia dirikan sejak lama. beranggotakan puluhan pemuda yang selalu setia mengikutinya.
Bukan hanya itu saja, sedangkan kedudukan kedua orang tuanya menempati posisi pertama sebagai orang terkaya no 1 di tempat tinggalnya.
Pada suatu hari tanpa disengaja.. Ervan dipertemukan dengan seorang gadis cantik penjual kue keliling. namun siapa sangka? sejak pertemuan tanpa disengaja itu lah Ervan memliki rasa suka terhadap gadis itu, dari rasa turun ke hati, puing-puing cinta seolah tumbuh secara perlahan tertanam di hatinya. bertemu tanpa disengaja mencintai secara tiba-tiba.
Akan tetapi siapa sangka? gadis itu justru memiliki perasaan yang sama, ia juga menyukai Ervan dalam diam. akan kah cinta mereka dapat bersatu?? bagaimana kah kisah selanjutnya? cuss langsung simak sampai akhir 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artandapermana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Kejadian memalukan
Sedangkan Desti sepertinya ia belum sadar dan belum mengetahui jika seseorang yang bersama Ervan itu adalah Novi.
"Hemm.. selamat ya Des. seenggaknya gue udah dateng." ucap Ervan pada Desti datar hampir tanpa ekspresi.
"Makasih.. itu siapa? sosweet banget ya kayak kitaa kan sayang." Desti melirik ke arah Novi sekilas dengan keadaan masih belum sadar, dengan manjannya sambil memeluk suaminya yang sengaja memamerkan kemesraan di depan Ervan.
Selang beberapa detik Desti kembali melihat ke arah Novi. "Eh bentar deh, kayak kenal? coba buka topeng lo." kata Desti menyuruh Novi agar membuka topeng yang menutupi wajahnya itu.
Seketika itu Novi langsung membuka topengnya tanpa berkata apapun.
"Loh? kamu Novi bukan?" Desti nampak terkejut setelah memelihat Novi yang terasa tak asing baginya.
"Iya.." Novi hanya mengangguk.
"Kalian saling kenal?" tanya Ervan sambil menatap Novi dan Desti secara bergantian dengan keheranan.
"Ya kenal lah, orang gue sama dia satu SMP dulu," kata Desti
"Lo ngapain sih Van ngajak dia kesini! mending lo suruh dia pulang. dia tuh gak pantes ada disini! disini tuh tempatnya orang orang kaya, orang kismin kayak dia tuh gak pantes disini." ucap Desti secara blak-blakan menghina Novi.
Seketika itu wajah Novi berubah seketika mendengar perkataan Desti yang seolah menusuk hatinya, hal itu terasa sangat sakit bagiannya, dihina secara memalukan di depan banyak nya orang.
"Jaga omongan lo Des! jangan seenaknya berbicara." Ervan terlihat marah membela Novi karna tak terima.
"Bener dia bilang Van, mendingan gue balik." ucap Novi menahan tangis, kemudian Novi langsung pergi dari hadapan mereka dengan perasaan penuh kesedihan.
"Keterlaluan lo Des!" Ervan nampak sangat geram dengan perlakuan Desti barusan.
"Nov.. Novi. tunggu Nov.." Sekilas Ervan menatap Desti tajam dengan tatapan penuh kebencian. kemudian Ervan langsung pergi dari sana bergegas menyusul Novi.
"Babayy.. hati hati ya di jalan, susulin tuh si kismin." ucap Desti sedikit berteriak sambil tertawa senang melihat kepergian Ervan.
"Yaudah kita gabung yuk sayang, sama teman teman aku.." ajak Desti pada suaminya sambil merangkul tangannya dengan manja.
"Yukk.. kamu kok bisa sih sayang, temenan sama cewe miskin kayak dia." ujar suaminya Desti.
"Siapa juga yang temenan sama dia, gak sudi gue, istilahnya dia tuh cuma teman sekelas bukan berarti gue berteman sama dia." ucap Desti membenarkan kenyataan nya.
"Oh kirain aja.."
***
Sedangkan Novi. ia menangis di sepanjang langkahnya menelusuri jalan, Novi terus berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas, tanpa memperdulikan apapun.
Trinnn... Novii.. berhenti Nov!!!
Terlihat dari arah belakang teryata sedari tadi Ervan mengikuti Novi dengan mobilnya, Ervan langsung menghentikan mobilnya tepat di depan Novi, saat itu juga Novi pun berhenti seketika. Ervan langsung turun dan menghampiri Novi.
"Novi. kamu jangan seperti ini dong, bahaya loh, kalau kamu kenapa kenapa dijalan gimana?" ucap Ervan, kedua tangannya memegang bahu Novi sambil menatapnya. merasa khawatir takut terjadi hal yang tidak di inginkan dengan Novi, karna kondisi jalan di sekitar mereka terlihat lah sepi.
"Aku gak beduli. mau celaka mau mati disini sekalipun aku gak peduli!" ucap Novi seraya terisak tangis.
"Kamu gak boleh gitu Nov. hanya karna hinaan orang lain kamu seperti ini, biarkan orang lain berkata apapun tentang dirimu jangan terlalu di masukin ke hati, jangan memperdulikan mereka, kamu yang sabar ya." kata Ervan yang berusaha menenangkan Novi.
"Kamu ngerti apa tentang aku hah? kamu gak bakal tau gimana rasanya ada di posisiku! yang bisa merasakan hanya aku. sakit Van jika dihina seperti itu! aku memang orang miskin, tetapi aku masih punya harga diri, coba kamu bayangkan gimana rasanya jika harga diri kita di injak-injak, di permalukan di depan banyak orang. gimana rasanya hah? kamu cuma bisa bicara aja, coba kamu rasakan jika ada di polisiku."
Novi semakin menjadi-jadi, ia menangis tak kuasa menahan air matanya, teringat ketika Desti mempermalukan nya di depan umum.
"Iya aku ngerti kok.. dalam hidup udah wajar banget kita denger omongan buruk dari orang lain tentang diri kita. kalau ada yang menghina kita jawab dengan tenang, sirik karna tak mampu, masa depanmu masih panjang, cukup diam dan buktikan bahwa dirimu tak seburuk apa yang orang lain katakan. jadilah diri sendiri tanpa memperdulikan perkataan orang lain. orang tua kita susah payah mengajarkan kita tuk berdiri, jadi tidak pantas jatuh karna omongan orang lain." kata Ervan dengan bijaknya.
Dengan ragu ragu Ervan mulai merangkul Novi dan memeluknya, memberikan ketenangan dalam pelukan hangatnya.
Seketika Novi terdiam dan berhenti menangis, tenggelam dalam dekapan dada bidang milik pria itu, perasaannya terasa lebih tenang dalam pelukan hangatnya.
Setelah ia rasa Novi lebih tenang, Ervan mulai melepas pelukannya. "Udah ya tenang. kamu yang sabar, jangan terlalu dipikirin, udah ya, jangan bersedih terus seperti ini, senyum dong.." Ervan tersenyum menyentuh kedua pipi Novi sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya itu.
Novi hanya mengangguk pelan seraya terisak mengusap sisa air mata yang sempat membasahi pipinya, kemudian ia tersenyum sambil menatap Ervan.
"Nah gitu dong. yaudah yuk." Ervan menarik tangan Novi dengan lembut membawanya masuk ke mobil.
Kemudian Ervan kembali mengendarai motornya dengan perasaan lega karna sudah berhasil membujuk Novi, dan kini Novi kembali aman bersamanya.
"Kamu laper nggak?" Ervan melirik Novi coba mengajaknya berbicara.
Novi hanya menganggukkan kepala tanpa berkata apapun. semenjak kejadian tadi itu kini gadis itu sifatnya menjadi pendiam, tak seperti sebelumnya yang selalu ceria.
"Yaudah, habis ini kita makan dulu ya? kamu ingin makan apa?" tanya Ervan lagi.
"Terserah kamu aja," sahut Novi dingin.
Mengerti, kali ini Ervan hanya diam tak banyak berbicara lagi, coba memikirkan cara agar dapat membuat gadis itu kembali ceria seperti pada biasanya.
Suasana menjadi hening di sepanjang perlahan karna tak ada pembicaraan apapun antara mereka. Ervan lebih memilih diam saja membiarkan gadis itu tenang dengan fikiran nya.
Selang beberapa saat. Mobil Ervan memasuki sebuah Resto yang nampak besar dan luas, Ervan mulai memarkirkan mobilnya di area depan Resto yang luas itu.
"Ayo Nov, kita makan disini aja ya?" ucap Ervan sambil membukakan pintu. Novi hanya mengangguk kemudian ia keluar.
Mereka berdua berjalan bersama masuk kedalam Resto tersebut. Ervan dan Novi nampak duduk di tempat yang kosong. disana sudah ada seorang pelayan Resto yang melayani mereka. Ervan memesan beberapa makanan yang ia inginkan berserta lengkap dengan minumannya, tak lupa ia juga sekalian memesankan untuk Novi.
Ervan terlihat kebingungan hendak mulai membuka pembicaraan dari mana, seperti yang ia ketahui keadaan Novi saat ini sedang tidak baik-baik saja. makadar itu Ervan merasa groginya hendak berbicara.