Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13- Terpaksa Berbohong
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
"Tau nih kamu, Bie. Jangan mulai deh,” sungut Najwa sependapat dengan ibu mertuanya.
“Memang begitu kenyataannya, kan? Aku sudah berusaha mendidik Gadis dengan keras. Tapi kalian selalu membelanya, makanya dia tidak pernah mempedulikan laranganku.” Vanno bersikeras karena memang selama ini begitulah kenyataannya.
Istri dan mamanya ini selalu saja membela Gadis dan mengabaikan larangannya, makanya, anak itu tidak pernah takut dan kapok.
“Sudah, kok kalian jadi pada ribut sendiri? Ini masalahnya anak kalian, gimana? Apa kalian akan tetap membiarkannya seperti itu, atau kalian ingin dia berubah?”
“Memangnya, kamu punya cara supaya dia bisa berubah?” Vanno menatap adik sepupunya dengan serius. Rasa penasaran singgah dihatinya yang sudah kualahan mencari cara agar putrinya bisa berubah.
“Ya ampun, Kak Vanno, jangan meremehkan aku. Gini-gini aku paling mengerti cara mendidik anak. Kedua anakku itu juga punya sifat tomboy. Tapi aku mendidiknya dengan sangat keras, sampai mereka tidak berani macam-macam. Sekali saja mereka melakukan hal yang tidak aku sukai, aku langsung menghukumnya. Coba kalian lihat kedua putriku, mereka selalu bersikap ayu, lembut, feminim dan tidak pernah malu-maluin seperti anak kalian itu.” Marina menyombongkan diri.
“Lalu, apa maumu?” tanya Vanno yang tampaknya tertarik dengan cara didikan Marina.
🌻🌻🌻🌻🌻
“Hah? Jadi, Tante Marina itu punya club moto GP?” Gadis bertanya dengan antusias saking terkejutnya mendengar pernyataan sang mama mengenai adik sepupu dari ayahnya.
“Iya, sayang. Dia itu pelatih balap. Dan, dia juga berteman dengan komunitas pelatih sepakbola. Banyak anak didiknya yang sudah berhasil memenangkan lomba balapan dan sepakbola di luar negeri. Dan, katanya dia tertarik ingin mengajakmu bersamanya untuk melatihmu. Dan, nantinya dia ingin mengirimmu ke Inggris untuk bertanding dengan pemain bola dan pembalap dari setiap negara yang berbeda.”
“Mama serius? Ini benaran?” tanya Gadis memastikan karena merasa ragu. Menurutnya, tantenya itu tidak ada aura pecinta dunia olahraga. Penampilan dan gayanya saja melebihi Syahrini.
“Iya, sayang. Masak mama bohong?” ucap Najwa mulai gugup.
Terpaksa dia ikut andil dalam permainan suami dan adik iparnya itu, karena Vanno memaksanya untuk mengarang cerita itu pada Gadis.
Sebagai orang yang paling dekat dan dipercayai oleh putrinya, Vanno sangat yakin Najwa akan mampu meyakinkan putri mereka.
“Ya ampun, Mah. Ini sesuai dengan impianku selama ini. Bisa bertanding dengan pemain bola dan pembalap dari luar negri?! Yeaay!” teriak Gadis sambil mengangkat tangannya keatas saking gembiranya.
Najwa tersenyum kaku. Dia jadi merasa bersalah karena telah membohongi putrinya sendiri. Semoga saja, nanti Gadis tidak sampai marah padanya. Semoga saja suaminya benar, apa yang mereka lakukan ini demi kebaikan putrinya juga.
🌻🌻🌻🌻🌻
“Sayang, kamu baik-baik, ya disana. Jangan nakal ya. Nurut sama Tante.” sambil berurai air mata, Najwa membelai-belai dan mencium wajah putrinya.
Dia sangat sedih karena harus melepaskan putrinya, apalagi dengan kebohongan. Dan, dia juga tidak tau akan seperti apa nanti Marina mendidiknya.
“Iya, Mamaku sayang. Nggak usah khawatir. Aku pasti akan menuruti setiap pelatihan yang Tante berikan, kok. Kan, ini demi cita-citaku juga bisa menjadi pembalap dan pemain bola terkenal. Kalau tidak nurut, percuma saja aku ikut dengannya,” jawab Gadis dengan tenangnya.
Membuat Vanno dan Bianca mulai gugup. Sedangkan Marina, hanya memutar bola mata malasnya melihat anak ini yang ternyata mudah juga dibohongi.
Lihat saja, nanti begitu sampai dirumahnya, dia akan langsung menunjukkan pada anak urakan ini cara berperilaku layaknya wanita pada umumnya. Orang tuanya tidak bisa mendidiknya, maka dia yang akan melakukannya. Pikir Marina dengan kesalnya.
“Sayang, kamu tidak mengerti, sebenarnya itu—”
“Sudah-sudah, ini kenapa pelepasannya lama sekali sih?” tukas Vanno yang takut istrinya akan memberi tau putrinya yang sebenarnya dan merusak rencana mereka.
“Sayang, jangan berlebihan. Ini semua demi kebaikan putri kita juga. Sudah, tidak usah nangis.” Vanno mendekati Najwa dan memeluknya.
“Mah, ini sebenarnya ada apa sih? Kok, Mama jadi berlebihan begini? Pakai nangis segala lagi.” Gadis menatap tante dan kedua orang tuanya dengan bingung. Entah kenapa dia merasa mereka seperti menyembunyikan sesuatu darinya.
“Tidak apa-apa, sayang. Mamamu inikan orangnya memang baperan. Dikit-dikit nangis. Apalagi, akan melepasmu untuk berlatih bersama Tante Marina dalam waktu yang lumayan lama.”
Najwa yang hendak menjawab pertanyaan putrinya, langsung diserobot oleh Vanno, hingga dia terpaksa diam membiarkan suaminya meneruskan sandiwara yang sebenarnya ingin dia akhiri sebelum masalahnya jadi semakin runyam.
🌻🌻🌻🌻🌻
Mereka pun tiba dikediaman Marina. Gadis memperhatikan ruangan mewah yang didominasi warna krem keemasan itu dengan tercengang. Suasana dirumah tantenya tidak jauh beda dengan rumahnya.
Dia jadi berpikir, apakah selama berbulan-bulan dia akan tinggal disana? Atau, ada tempat khusus yang digunakan oleh para pelatih untuk menampung dan melatih anak-anak didiknya?
“Mama sudah pulang?”
Dua orang gadis yang hampir seumuran dengannya menghampiri Marina dan menyapa dengan sikap sopan dan lemah lembut.
Gadis memperhatikan kedua wanita muda itu yang tampak begitu cantik, anggun dan elegan dengan pakaian serta riasan wajahnya.
Penampilan mereka yang feminim sangat jauh berbeda dengan Gadis yang urakan dengan memakai kaos longgar dipadu celana joger model stripe side serta sepatu sneakers.
Dapat disimpulkan bahwa kedua gadis ini adalah perempuan feminim yang pandai berdandan dan merawat diri.
“Aduh anak-anak mama. Jam segini sudah pada cantik.” Marina tersenyum puas memuji kecantikan dan memukau kedua putrinya.
“Iya dong, Mah, kan kita harus selalu tampil cantik seperti yang mama katakan,” ucap salah seorang dari mereka dengan senyum manis yang terpancar.
“Lalu bagaimana? Kalian sudah selesai kursus make up, tari, dan les piano, kan? Dan, semua pekerjaan rumah sudah kalian kerjakan semuanya, kan? Memasak, mencuci, mengepel, menyetrika.” Marina bertanya sambil menghitung dengan jemari tangannya.
Gadis terbelalak dengan mulut terbuka lebar saking kagetnya mendengar aturan dan jadwal yang diterapkan oleh sang tante terhadap kedua putrinya. Apakah tantenya ini sehat? Dia menanyakan tugas anaknya, atau tugas pembantunya?
“Mmm… kita baru pulang kursus, Mah. Belum sempat mengerjakan semua pekerjaan rumah,” jawab gadis yang satunya lagi dengan ekspresi yang sangat terlihat ketakutan seakan yang dihadapannya adalah macan.
“Gimana, sih? Mama sudah pergi dari pagi, kalian baru pulang kursus?! Untung saja kalian sudah pada cantik. Jadi ya sudah, lupakan saja. Tapi ingat ya, besok harus lebih gercep lagi. Jangan lelet.” Marina mengomel dengan galaknya. Membuat kedua putrinya semakin takut, namun juga lega karena masalahnya tidak diperpanjang.
Keduanya mengangguk cepat.
“Oh ya, Gadis, kamu masih ingatkan? Ini kedua putri tante.” Marina beralih pada Gadis sambil menunjuk kedua putrinya.
Gadis menatap kedua gadis itu dengan seksama, berusaha mengingat kedua sepupunya itu.
“Mmm… kalau tidak salah, ini Puput dan Pipit, kan?” dengan jari telunjuknya, Gadis menunjuk kedua sepupunya itu secara bergantian.
BERSAMBUNG