Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Berantakan
Bab 13. Berantakan
Pov Author
Melewati hari dengan fokus bekerja tak membuat Ranti lelah karena sekarang waktunya ia bersiap menyambut kedatangan suami tercinta.
Ketika jam kerja sudah berakhir, Ranti pun bergegas pulang menuju rumahnya untuk segera mandi dan bersiap dandan yang cantik karena satu jam lagi diperkirakan suaminya akan tiba di rumah mereka.
Namun sayangnya Ranti tidak bisa memenuhi harapannya sendiri padahal waktu sudah sangat dekat. Ia terlebih dahulu harus membersihkan rumah yang terlihat berantakan ketika ia pulang sore itu.
Bantal kursi di ruang tamu tidak tentu arah letaknya. Belum lagi meja makan yang di penuhi sampah bekas bungkusan makanan juga piring, mangkok dan gelas kotor disana. Lantai berdebu dan terdapat jejak makanan yang jatuh. Di tambah lagi ruang pojok dimana pakaian Menur teronggok begitu saja di lantai.
Ranti sedikit kesal melihat keadaan rumah seperti itu. Ia memijit pelipisnya dan bergegas menggulung lengan bajunya untuk membersihkan itu semua.
Satu persatu Ranti bereskan mulai dari pakaian Menur yang di masukkan ke dalam mesin cuci, sambil menunggu proses mencuci selesai, Ranti menyapu lantai sambil menyusun bantal kursi, setelah selesai barulah mencuci perkakas yang kotor, dan kemudian mengepel lantai.
Peluh keringat membasahi baju kemeja yang Ranti gunakan. Pakaian Menur pun sudah siap di jemur dan ia angkut dengan mengunakan keranjang.
Saat Ranti sedang mengangkut keranjang itu, Menur lewat dengan santainya menuju dapur dan membuka kulkas lalu meneguk air yang ia tuang ke dalam gelas. Setelah itu, gelas itu di letakkan di atas meja makan yang sudah Ranti bersihkan begitu saja.
Ranti membuang napas berat. Sepertinya Menur harus ia tegur untuk mendidik keponakannya itu menjadi gadis yang rajin dan bertanggung jawab.
"Menur...!"
Menur yang hendak meninggalkan dapur menoleh.
"Ya, Tante."
"Kamu tadi katanya mau mencuci, kenapa tidak di selesaikan?"
"Oh, itu baju ku ya Tan?"
Ranti mendengus.
"Iya ini sudah Tante cuci. Nih kamu jemur, Tante mau mandi karena sebentar lagi Om mu mau datang." Ujar Ranti sambil menyodorkan sedikit ke depan keranjang yang cukup berat.
Menur tidak berkata apa-apa. Ia melangkah mendekat dan mengambil keranjang dari tangan Ranti.
Ranti pun meninggalkan Menur dan segera menuju ke kamar untuk membersihkan diri. Ia tidak mau Pram datang dan melihatnya dalam keadaan lusuh dan tidak segar.
Dengan berat hati Menur pun membawa keranjang pakaiannya ke belakang rumah tempat untuk menjemur pakaian. Menur yang lagi-lagi tidak tahu apa-apa itu menjemur pakaiannya sendiri secara asal sehingga terlihat berantakan dan tidak rapi.
Ting... Tong...!
Bel pintu utama terdengar sampai ke dapur karena dipararelkan.
Ting... Tong...!
Sekali lagi bel itu berbunyi namun tidak terdengar suara seseorang membukakan pintu itu. Mau tidak mau Menur meninggalkan pakaiannya yang masih ada beberapa belum di jemur. Ia pun berjalan perlahan menuju pintu utama untuk melihat siapa yang bertamu.
Ceklek!
Dan...
Menur tertegun dan terdiam di tempat bagai patung hidup.
"Assalamualaikum, kamu pasti Menur." Salam dan sapa seorang pria matang dengan pembawaan tegas, namun murah senyum dan juga tampan di mata Menur.
Menur ingat siapa orang yang ada di hadapannya ini. Yaitu sosok yang ada di dalam figura besar yang terpajang di arena ruang tengah tempat untuk bersantai di rumah itu.
Ganteng, batin Menur.
Menur yang pada awalnya kagum pada sosok di figura itu, semakin kagum setelah berjumpa langsung dengan orangnya yang tak lain adalah Pram.
"Menur..., kamu Menur kan?"
Menur tersadar dari lamunannya.
"Eh, i.. iya Om. Aku Menur."
Pram tersenyum lalu memberikan boneka beruang besar yang tadi ia beli memang untuk Menur.
"Buat aku Om?" Tanya Menur tak percaya.
"Iya buat mu. Selamat datang di rumah kami." Kata Pram dengan senyumnya yang khas karena memiliki lesung di pipi kiri.
Menur dengan senang hati menerima boneka beruang itu dan langsung memeluknya.
"Boleh Om masuk?" Tanya Pram karena Menur menghalangi pintu masuknya.
"Oh, maaf Om. Boleh kok..."
Menur segera menyingkir dan memberi ruang untuk Pram masuk ke dalam rumah.
Pram tersenyum, lalu sambil berlalu ia mengusap sedikit mengacak pucuk kepala Menur.
Menur tertegun. Lima detik kemudian ia tersipu sambil membenamkan wajahnya pada tubuh beruang yang sedari tadi ia peluk. Kemudian ia pun menutup pintu rumah dan segera mengikuti langkah Pram walau agak menjauh.
Pram melangkah pasti menuju kamarnya dengan buket bunga di tangannya. Tanpa terlebih dulu mengetuk pintu kamar, ia langsung masuk ke dalam dan menutup pintu lalu menguncinya.
Suara gemericik air di kamar mandi membuat Pram tersenyum. Ia tahu istrinya itu pasti sedang membersihkan diri untuk menyambut kedatangannya.
Ranti memang tidak pernah mengecewakan Pram dalam urusan pelayanan. Ranti tahu apa yang Pram mau dan lelaki itu sukai.
Pram meletakkan buket bunga beserta tas kerjanya di atas tempat tidur. Ia pun duduk di atas tempat tidur sambil memeriksa handphonenya.
Ceklek!
"Loh Mas, sudah pulang?!"
Tubuh Ranti hanya berbalut handuk sampai di atas lutut. Kepalanya juga berbalut handuk menandakan ia sehabis keramas.
Pram langsung berdiri dan menyambar tubuh sang istri. Tanpa menunggu lagi ia segera memanggut bibir istrinya itu.
Ciuman penuh kerinduan pun terjadi. Handuk Ranti perlahan terlepas hingga tubuh polosnya pun terekspos.
Pram tidak membuang kesempatan. Meski ia sedikit lelah membawa mobil selama 4 jam perjalanan, namun rasa lelah itu terobati dengan kehadiran sang istri yang siap melayani.
Pram pun membuka pakaiannya satu persatu tanpa melepaskan ciuman bibirnya dari bibir Ranti. Menjelajahi setiap inci tubuh sang istri yang harum menyegarkan dan membuat Ranti melenguh merasakan sensasi seakan dibawa terbang ke awan. Dua insan yang kehausan akan belaian itu tanpa ragu melepaskan hasrat mereka yang kian menggebu. Bahkan mereka tidak hirau lagi seseorang di luar pintu begitu penasaran dengan apa yang mereka lakukan.
Ya, Menur berada di depan pintu kamar pasutri itu. Jantungnya berdegub kencang mana kala ia mendengar desahan yang samar-samar terdengar dari balik pintu di hadapannya. Darahnya berdesir, fantasinya mulai beraksi membayangkan adegan demi adegan film yang ia tonton tadi pagi.
Menur berjalan meninggalkan kamar pasutri itu. Ia masuk ke dalam kamarnya dan segera membuka laptop baru miliknya. Menur tergoda untuk menonton film itu lagi. Kali ini dengan sentuhan-sentuhan kecil dari tangannya sendiri ia merasakan sensasi yang membuatnya semakin melambung dari sebelumnya.
Menur kalap, Menur terjerumus akan sesuatu yang memabukkan. Ia terlena akan nikmat dunia yang hanya sementara. Ia melupakan pesan-pesan dan ajaran sang Ibu sejak ia masih kecil hingga ia beranjak dewasa sekarang ini.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
semoga kau cepat mengetahui nya Ranti,dan memilih pisah dari lelaki buaya seperti Pram, 🙄
keknya si pram maniaakkkk pas lah ketemu sama si gataalll.
lebih baik kau susul aja diam" ranti, biar kaget mereka.
dan semoga mereka berdua kena kurma.
aah smoga aja Ranti mnmukan kebahagiannya dan segera terbongkar klakuan bejat dua manusia tololl ituu, geram aku ma si menur.
bau bau jodoh Ranti ya thor 🤣