Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENO SAKIT
Butuh sekitar 20 menit untuk sampai di rumah sakit, sesampainya di sana Reno langsung di tangani beberapa perawat untuk di masukkan ke IGD. Nadin mengikutinya suaminya yang di bawa ke ruang IGD ditemani oleh Pak Naryo yang masih belum tega meninggalkannya sendirian.
Sembari menunggu Reno yang sedang di tangani beberapa perawat, Nadin dan Pak Naryo menunggu di kursi depan ruangan.
“Apa sebelumnya suami Mbak sudah pernah sakit?” Pak Naryo memulai percakapan supaya Nadin tidak terlalu tegang.
Nadin menggeleng, karena sebelumnya suaminya baik-baik saja dan sangat sehat. Tapi ia lalu teringat jika suaminya itu pernah sakit pusing dan muntah-muntah selama dua kali dalam waktu tidak ada dua bulan.
“Awalnya ia hanya mengeluh sakit pusing dan muntah-muntah saja Pak, itupun sudah dua minggu yang lalu. Kemarin-kemarin ia sangat sehat tapi tadi ia hanya merasa tersedak dan jadi seperti ini.” Jawab Nadin yang memandang Pak Naryo.
Mendengar hal itu Pak Naryo hanya mengangguk saja tidak bisa menebak apa yang sedang di alami oleh Reno. Tidak lama dari dalam pintu keluar seorang perawat perempuan yang meminta Nadin untuk mengikutinya ke tempat pendaftaran.
“Sus, bagaimana keadaan suami saya.” Tanya Nadin tidak sabar.
“Mohon maaf Ibu, pasien masih dalam pemeriksaan dokter di dalam dan kita belum mendapat diagnosisnya. Mari Ibu saya antar ke ruang pendaftaran dahulu.” Suster itu tersenyum untuk menenangkan ketakutan Nadin dan mengantarkannya ke tempat pendaftaran.
Sebelum itu Nadin telebih dahulu menyerahkan kunci mobilnya supaya di bawa pulang dahulu oleh Pak Naryo, Nadin berkata mungkin sebentar lagi keluarganya sudah akan datang setelah sebelumnya tadi ia kabari. Nadin sungkan jika harus di tunggui Pak Naryo di malam hari seperti ini karena waktunya seseorang harus beristirahat, sebenarnya Pak Naryo tidak merasa keberatan karena ia juga kasihan jika melihat Nadin menunggui suaminya sendiri tapi setelah mengetahui jika keluarganya sebentar lagi akan datang Pak Naryo pun memilih pulang dengan meminjam mobil Nadin terlebih dahulu.
“Kalau begitu saya tinggal dulu ya Mbak, semoga Mas-nya cepat sembuh.” Ujar Pak Naryo menerima kunci yang di berikan Nadin.
“Aamiin, terima kasih banyak ya Pak.”
Pak Naryo mengangguk lalu berjalan menuju ke luar, sedangkan Nadin mengikuti suster yang mengantarnya ke tempat pendaftaran.
Pak Jhovan dan Bu Lusi lebih dulu sampai di rumah sakit karena rumah mereka memang jauh lebih dekat di banding rumah kedua orang tua Reno. Setelah mendapat kabar dari Nadin, Pak Jhovan buru-buru berangkat ke rumah sakit tempat Reno di rawat sehingga tidak butuh waktu lama mereka berdua bisa cepat sampai di rumah sakit.
Mereka berdua turun dari mobil dan langsung menuju ruangan dimana tempat menantu mereka dirawat setelah sebelumnya menanyakan terlebih dulu pada Nadin melalui pesan whatsappp. Di depan ruanga IGD yang tertutup terlihat Nadin yang duduk di bangku tunggu dengan pandangan kosong. Akhir-akhir ini ia sudah di pusingkan dengan perubahan sifat suaminya dan hari ini harus di tambah memikirkan keadaannya yang mendadak seperti ini.
Lelah rasanya Nadin menangis, ia hanya menatap pintu yang tertutup untuk menunggu seseorang keluar dan bisa ia tanyai. Pintu ruangan IGD memiliki kaca buram pada bagian atasnya, Nadin sempat berpikir mungkin jika kacanya bening ia sudah pasti akan mengintip bagaimana keadaan suaminya di dalam sana. Pandangannya menatap kosong pada pintu yang masih belum juga terbuka, tiba-tiba sebuah siluet telapak tangan muncul di balik kaca buram yang terdapat di pintu.
Nadin terlonjak kaget tapi ia sempat berpikir jika itu adalah seseorang yang berada di dalam yang akan keluar. Meski perpikir begitu tetap saja Nadin kaget saat melihatnya tiba-tiba.
“Nad!” Sebuah panggilan di sertai suara langkah kaki yang menggema di lorong kembali mengagetkan Nadin.
Ia menatap ke arah lorong di mana ada ibunya yang berlari kecil menuju ke arahnya. Pertahanan Nadin runtuh saat ia melihat ibunya, ia yang awalnya sudah tidak ada tenaga untuk menangis kini air matanya pecah saat melihat seseorang yang sejak kecil menjadi tempat bermanjanya itu. Nadin ingin cepat-cepat memeluk ibunya dan mencurahkan segala lelahnya, ia ingin menumpahkannya hanya pada ibunya.
Melihat anaknya yang sudah berlinang air mata, Bu Lusi merengkuh tubuh yang terasa ringkih itu ke dalam pelukannya. Tanpa bisa di tahan lagi isak tangis Nadin pecah memenuhi lorong yang malam itu sepi. Sedangkan Pak Jhovan baru saja datang bertepatan dengan seorang dokter yang juga baru saja keluar dari ruangan, Pak Jhovan lantas menanyakan bagaimana kondisi menantunya, Nadin juga menghentikan tangisnya utuk mendengar diagnosis dari dokter.
“Bagaimana Dok keadaan anak saya?” Tanya Pak Jhovan.
“Kemungkinan pasien mengalami infeksi paru-paru, apakah sebelumnya sudah pernah batuk berdarah seperti ini?” Dokter itu menatap mereka secara bergantian.
Melihat semua orang sedang memandangnya, Nadin menajawab dengan gelengan saja. Ia memang baru kali ini melihat suaminya muntah darah, sebelumnya Reno sangat sehat hanya perilakunya saja yang berubah.
“Kita sudah melakukan pertolongan awal, saat ini pasien tengah beristirahat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut kita harus menunggu besok pagi pada dokter spesialisnya langsung. Jika nanti pasien mengalami sesak nafas segera panggil kami. Terima kasih saya pamit dulu.” Jelas sang dokter pada mereka bertiga yang sedang berdiri di depannya.
“Baik dokter, terima kasih.” Jawab mereka bersamaan.
Setelah itu sang dokter berlalu menjauh dari ruang IGD di ikuti dua orang perawat yang juga sebelumnya ikut memeriksa. Setelah kepergian dokter, mereka bertiga masuk untuk melihat Reno yang terbaring tenang di atas ranjang. Bu Lusi melihat ke arah menantunya yang tengah terbaring pucat di ranjang, tubunya juga sedikit kurus dibanding dengah saat pertemuan mereka sebelumnya. Penglihatan seorang ibu memang sangat jeli, ia memandang Nadin dan Reno secara bergantian. Ia menyadari jika tubuh anak dan menantunya itu sekarang menjadi sedikit kurus, entah apa yang tengah mereka hadapi sehingga menjadi seperti ini.
“Nad, kamu pulang dulu sana sama papa. Ganti baju sama ambil keperluan yang mau di bawa kesini, Reno biar mama yang jagain.” Perintah Bu Lusi yang melihat Nadin terus memandang kosong ke arah Reno.
Mendengar hal itu Nadin baru menyadari jika dirinya hanya menggunakan baju tidur saja, untungnya baju tidur yang saat ini ia gunakan berlengan panjang semua sehingga masih sangat sopan. Karena rasa paniknya tadi sehingga membuatnya tidak kepikiran untuk ganti baju terlebih dahulu.
“Aku nitip Reno dulu kalau gitu Ma,” Nadin menyetujui ucapan mamanya.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅