" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pagi ini ketika Meta sedang merapihkan rumahnya terdengar suara bel yang menggema, tanpa banyak kegiatan langsung saja kakinya melangkah menuju pintu utama.
" B.. Bu.. Bu Cintya... Pak Anggara.."
Meta yang kaget tentu saja ucapannya kini tergagap, tidak ada rencana ataupun janji yang telah dibuat kini tiba-tiba saja orangtua Arga telah berada dihadapannya.
" Siapa Mah.." Pradana yang baru ingin tahu kini menyusul sang istri.
Tatapan kedua lelaki yang sudah berusia senja yang dulu tajam kini berubah menjadi lebih lembut dan hangat, ada senyuman tipis yang kini terlihat membawa kedamaian.
" Aahh Masuk.. Masuk silahkan".
Meta yang mulai tersadar kini mempersilahkan sang tamu sekaligus calon Besannya untuk masuk terlebih dahulu, mendadak lupa apa yang harus disiapkan.
" Aahh sebentar ya Bu Cintya dan Pak Anggara saya kebelakang dulu". Kini Meta berjalan setengah berlari untuk meminta bantuan kepada para Art untuk menyiapkan minum serta makanan yang tersedia di kulkas.
Bukan bermaksud pelit hanya saja memang semua serba mendadak, baru saja semalam sang suami mendapatkan bukti kebenaran dan Arga baru kembali menjalin hubungan dan memang pagi ini meminta izin untuk melamar sang anak. Tetapi tidak secepat ini, bahkan mie instan saja minder dengan usaha yang Arga lakukan kali ini setelah mendapatkan restu dari suaminya.
" Pak Pradana, Saya atas nama pribadi dan perusahaan dengan segala kerendahan hati ingin memohon maaf atas kejadian dimasa lalu yang membuat kita sempat memiliki hubungan yang kurang baik. Seharusnya dulu Saya mencari tahu dulu bukan malah memutuskan kerjasama diantara kita, namun Arga sudah membersihkan nama baik Pak Pradana dan saya juga ingin memberikan ganti rugi untuk semua kerugian yang dialami".
Meta yang kini telah kembali duduk bersama sang suami, ada rasa hangat dengan keberhasilan Arga yang membawa kedua keluarga ini menjadi lebih baik. Dari segi komunikasi yang lebih bijaksana, dari segi suasana yang kini menjadi lebih damai.
" Terimakasih banyak Pak Anggara atas kerja keras Arga untuk membuktikan semuanya, Saya sudah cukup puas dengan itu tidak perlu ada ganti rugi. Kita hanya korban yang bersyukur masih bisa mendapatkan bukti, sehingga keegoisan dimasa lalu bisa kita perbaiki saat ini".
Pradana memang sudah tidak ingin menuntut apapun, semua sudah terjadi tidak perlu diperpanjang karena selama ini sudah cukup. Kali ini hanya ingin menjalani kehidupan masa senjanya dengan damai, melihat kebahagiaan kedua anak-anaknya itu sudah sangat cukup.
" Terimakasih banyak Pak Pradana, Bu Meta atas kelapangan hati sampai mau menerima kembali anak kami. Dan kami juga memiliki maksud dan tujuan untuk melamar Ananda Liora pagi ini ".
Deeggg.....
Liora yang baru saja kembali dari kegiatan olahraga pagi bersama Arga kini mematung kaku didepan pintu ruang utama, tadi saat kembali sempat bingung melihat beberapa mobil terparkir dihalaman rumahnya.
" Nahhhh... Ini dia pasangan yang sedang dikejar target sudah pulang". Rayyan yang sejak tadi hanya berdiam kini mengeluarkan suaranya ketika melihat sang adik dan Arga yang telah berdiri.
Liora kini menatap sang kekasih dengan wajah yang menurut Arga sangat menggemaskan, ada kebingungan dan kaget menjadi satu.
" Adek, Salam dulu sama Om dan Tante dong... Kok malah bengong sih".
Suara sang mama kini menyadarkan kebingungan Liora, dengan langkah pelan kini Liora menyapa dengan sopan kedua orangtua Arga.
Liora tidak menyangka jika ucapannya pagi tadi yang meminta sang kekasih untuk membawa kedua orangtuanya kerumah, menjadi sebuah kenyataan yang tidak ada dalam rencana hari ini.
" Honey gimana maksudnya, kok kamu gak bilang aku". Liora kini berbisik pelan ditelinga Arga yang duduk tepat disebelahnya.
" Seperti yang telah tadi Papi saya sampaikan Om, Tante, Kak Rayyan, dan kamu Sayang... Hari ini Saya ingin melamar Liora secara langsung kepada Om dan Tante".
" Tapi nikahnya nanti kan Ga, sesuai kesepakatan kemarin?". Rayyan hanya ingin memastikan karena tidak ingin dilangkahi sang adik.
" Aman Kak, Gue cuma gak mau kalau harus kehilangan lagi. Nanti setelah Kak Rayyan selesai baru kita membicarakan acara pernikahan kami". Arga menatap sang calon kakak ipar tanpa beban.
" Jadi bagaimana Dek, Papa serahkan semuanya sama Adek". Pradana yang sejak tadi melihat sang anak yang masih terdiam, kini menyadarkan agar menjawabnya.
" Aahh.. Maaf Lio masih kaget tapi terimakasih banyak Om dan Tante sudah menyempatkan waktu mendadak untuk bertemu Mama dan Papa".
Cintya yang gemas kini tersenyum manis " Tidak mendadak kok Sayang, itu di mobil sudah disiapkan seserahan sebagai tanpa jika kami sudah mengikat kamu untuk Arga. memang anak nakal ini saja yang sengaja tidak kasih tau keluarga kamu, Maaf ya Bu Meta dan Pak Pradana".
" Ahh tidak apa-apa Bu Cintya, jadi bagaimana adek? Masa udah galau lima tahun masih mikir sih Dek". Candaan itu Meta suguhkan agar suasana mencair.
" Liora menerima lamaran Arga pagi ini, Mama, Papa, Kakak, Om dan Tante tolong restui hubungan kami yaa". Suara lirih itu kini terdengar seperti sebuah izin, bukan lagi sebuah harapan yang menggantung.
Arga langsung memeluk tubuh sang kekasih disampingnya, tanpa menghiraukan pandangan penghuni yang lain.
" Arga Mahendra..." panggilan lengkap itu kini terdengar rendah namun ada tatapan tajam disampingnya dari kedua bola mata sang Papi.
" Hehe.. Anak muda Pih, maaf" Arga melepas pelan pelukannya dari tubuh Liora yang diselingi tawa kaku.
Kini suasana lebih hangat dan tentu saja sekalian mengundang sang calon besan untuk hadir di pernikahan Rayyan bulan depan, Tidak lupa untuk merapihkan seserahan yang ada disalah satu kendaraan keluarga Anggara untuk Liora.
" Bu Cintya, apa ini tidak berlebihan? Banyak sekali barangnya". Meta yang sedang ikut merapihkan kini merasa tidak enak hati.
" Arga sudah mempersiapkan ini semua sejak lima tahun lalu, jika sedang rindu pasti akan berbelanja kebutuhan Liora dengan alasan menabung untuk melamar dan akhirnya sekarang terlaksana. Terimakasih banyak Bu Meta saya sangat bahagia dan bersyukur".
Cintya kini menggenggam tangan lembut Meta dengan tatapan lembutnya, senyuman kedua calon besan kini benar-benar tercipta dengan sangat hangat dan tulus.
" Terimakasih banyak Bu Cintya, telah menerima anak saya dengan sangat baik. Terimakasih untuk penghargaan yang diberikan melalui seserahan ini". kini keduanya berpelukan sebagai tanda penghormatan setelah adanya ketegangan yang terjadi selama ini.
" Sayang, seneng gak?"
kini Arga dan Liora tengah duduk bersama, karena Liora ingin meminta penjelasan dari sang kekasih.
" Kamu yaa... Abang tahu bulat juga sungkem sama kamu Honey". Liora menepuk pelan lengan sang kekasih karena bahagia sekaligus kesal.
" Mangkanya jangan menantang Aku, kalau tentang kami tidak ada bercanda Sayang". Kini keduanya larut dalam obrolan ringan tidak lupa meminta izin untuk rencana sore ini.
Meskipun acara lamaran keluarga baru selesai, tidak mengurangi apalagi menggagalkan rencana perjalanan mereka yang sudah Arga siapkan tentunya.