NovelToon NovelToon
Cahaya Ditengah Hujan

Cahaya Ditengah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: 1337Creation's

"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.

Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?

Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tawaran gelap

Bab 12: Tawaran Gelap

Pagi itu, udara dingin menyelimuti jalanan kecil tempat Rini biasa melewati untuk menuju tempatnya bekerja. Setelah malam yang penuh kepenatan, ia berharap hari ini akan membawa sedikit keberuntungan. Namun, nasib rupanya berkata lain.

Di ujung gang, seorang pria berdiri. Penampilannya rapi, mengenakan setelan jas hitam yang tampak mahal. Wajahnya tegas, namun ada sesuatu yang membuat Rini merasa tidak nyaman. Pria itu memandang ke arahnya dan melangkah mendekat.

“Selamat pagi, Bu Rini,” sapa pria itu dengan suara yang dalam.

Rini terkejut. “Maaf, Bapak siapa ya? Kok tahu nama saya?” tanyanya hati-hati.

Pria itu tersenyum tipis. “Saya punya cara untuk tahu banyak hal, Bu. Tapi bukan itu yang penting. Saya di sini untuk menawarkan pekerjaan kepada Anda.”

Rini mengernyitkan dahi. “Pekerjaan? Maksud Bapak apa?”

“Pekerjaan dengan bayaran besar,” jawab pria itu sambil mengeluarkan amplop dari sakunya. “Ini adalah pekerjaan yang bisa mengubah hidup Anda. Dalam seminggu, Anda bisa mendapatkan 20 juta. Tidak perlu repot-repot bekerja keras seperti sekarang.”

Rini terpaku mendengar angka itu. 20 juta? Jumlah itu adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan. Namun, ada sesuatu yang aneh dalam nada pria itu, membuatnya merasa curiga.

“Apa pekerjaannya, Pak?” tanya Rini pelan.

Pria itu menatapnya tajam, lalu mendekat sedikit lebih dekat. “Pekerjaannya sederhana. Anda hanya perlu membuat target kami pingsan dan membawa mereka kepada kami. Jangan tanya untuk apa atau mengapa. Anda tidak perlu tahu. Setelah itu, Anda akan menerima gaji Anda. Pekerjaan ini dilakukan selama tujuh hari penuh, dan dua minggu kemudian, Anda bisa melakukannya lagi jika mau.”

Rini merasa napasnya tertahan. Kata-kata pria itu seperti racun yang menyelinap masuk ke telinganya.

“Target? Membuat orang pingsan? Itu... itu jahat, Pak. Saya tidak bisa melakukannya,” katanya dengan suara bergetar.

Pria itu menghela napas, tampak tidak senang. “Jahat? Anda tahu apa yang lebih jahat, Bu? Membiarkan anak-anak Anda kelaparan. Membiarkan mereka dihina karena kemiskinan Anda. Saya memberi Anda peluang untuk mengubah hidup mereka. Dan Anda menyebutnya jahat?”

Rini menggeleng dengan tegas, meskipun hatinya bergetar ketakutan. “Saya tidak bisa. Saya tidak mau mengambil pekerjaan seperti itu. Uang sebesar apa pun tidak sebanding dengan dosa yang harus saya tanggung.”

Wajah pria itu berubah dingin. Dalam sekejap, ia mengayunkan tangannya dan menampar pipi Rini dengan keras.

“Orang miskin seperti kamu benar-benar tidak tahu diri!” bentaknya. “Sudah saya beri harapan, tapi kamu malah menolaknya. Tak apa-apa. Pekerjaan seperti ini memang hanya untuk mereka yang kuat. Ingat, Bu Rini, menolak pekerjaan ini artinya Anda menolak kesempatan untuk keluar dari kemiskinan.”

Rini memegang pipinya yang perih, menatap pria itu dengan mata penuh air mata. Namun, ia tidak bergeming. Ia tahu bahwa hidupnya mungkin akan tetap sulit, tetapi ia tidak akan mengorbankan moral dan nuraninya demi uang.

Pria itu mendekatkan wajahnya, berbisik dingin, “Kita tidak akan bertemu lagi, Bu Rini. Semoga hidup Anda tetap sengsara.”

Setelah mengatakan itu, pria tersebut pergi, meninggalkan Rini berdiri sendiri di gang yang sunyi. Hatinya terasa berat, namun ia tahu bahwa keputusannya adalah yang benar.

Dalam perjalanan pulang, air mata mengalir di pipinya. Ia memikirkan anak-anaknya yang tidur pulas di rumah, tidak tahu apa yang baru saja terjadi pada ibunya.

“Biar saja kita miskin, yang penting kita tidak kehilangan hati nurani,” bisiknya dalam hati, sambil memegang erat dompetnya yang kosong.

---

1
Ana Akhwat
Terlalu banyak dramanya Thor akhirnya pembacanya banyak yang eneg/Pray//Pray//Pray/
♪Ace kei jett♪: Halo para pembaca setia,

Terima kasih banyak sudah mengikuti cerita ini hingga sejauh ini. Aku sangat menghargai setiap masukan dan komentar kalian, termasuk kritik yang membangun. Aku sadar bahwa beberapa dari kalian merasa bahwa dramanya terlalu banyak sehingga agak melelahkan untuk dibaca.

Aku ingin meminta maaf jika bagian itu membuat pengalaman membaca kalian kurang nyaman. Di bab-bab selanjutnya, aku akan berusaha mengurangi unsur drama yang berlebihan dan lebih fokus pada inti cerita utama agar alurnya lebih mengalir dan tetap menarik untuk dinikmati.

Sekali lagi, terima kasih atas dukungan dan kesabaran kalian. Kritik dan saran kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Semoga kalian tetap menikmati kelanjutannya!

Salam,
[Penulis]
total 1 replies
Hennyda Wati Gmanik
Biasa
Hennyda Wati Gmanik
Buruk
Yati Syahira
cape bacanya
♪Ace kei jett♪: "Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar! Maaf kalau bab ini terasa panjang dan bikin capek bacanya. Aku bakal jadikan ini sebagai masukan supaya ceritanya tetap enak diikuti tanpa kehilangan esensinya. Tapi aku tetap apresiasi banget kamu sudah sampai di sini. Semoga bab-bab selanjutnya lebih nyaman dibaca. Makasih lagi!"
total 1 replies
Yati Syahira
aduuh masa bodoh diem saja di injak injak begitu bisa panggil bosya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!