PERAWAN BERANAK KEMBAR

Huuhhhh

Enjel menarik nafas berat, membuangnya kasar. 

"Yang, apa kamu pernah mendengar bayi tabung? " Tanya Angel hati-hati.

"Bayi tabung? " Juan balik bertanya dengan alis bertaut. 

Enjel menganggukkan kepalanya.

"Pernah, aku bahkan pernah melihat prosesnya," Juan mengingat momen saat itu. 

"Benarkah? untuk siapa? " Tanya Enjel antusias. Tapi, terselip rasa cemburu saat pria yang dicintainya pernah melakukan hal itu. 

"Iya, dua tahun lalu, kakakku melakukan proses itu. Setelah tiga tahun menikah tak kunjung hamil, mereka sepakat untuk melakukan proses bayi tabung." Angel menarik nafas lega, ternyata Juan melihat prosesnya bukan karena wanita lain. Melainkan kakaknya sendiri.

"Kamu bisa menjelaskan prosesnya? "

"Prosesnya lumayan rumit. Pasangan suami istri lebih dulu melakukan serangkaian pemeriksaan. Setelah semua selesai dan semuanya baik, maka dokter melakukan pengambilan sperma dari si suami dan ditaruh di wadah khusus di laboratorium. Lalu mengambil sel telur milik istrinya dan dimasukkan ke wadah yang sama. Setelah menunggu beberapa hari, jika pembuahan terjadi dengan baik, maka sel telur yang dibuahi akan dipindahkan ke rahim si istri melalui alat khusus "

"Jika? Apa maksudnya? " Enjel membeo

"Iya, jika dibuahi dengan baik. Karena tidak semua yang melakukan proses itu berhasil. Banyak juga yang gagal, meskipun dilakukan berulang kali. Beruntung kakakku berhasil, dia melahirkan bayi tampan " Juan mengingat saat kakak perempuan yang sangat dia sayangi melahirkan seorang bayi yang sangat imut.

"Oh!" Enjel hanya beroh ria sambil manggut manggut. 

"Tidak semua orang bisa melakukan proses itu. Selain bisa gagal, biayanya sangat mahal. Waktu itu, kakakku menghabiskan dana hampir seratus delapan puluh juta!"

"Hah, semahal itu? " Enjel hampir jantungan mendengar banyaknya biaya untuk melakukan proses itu. 

"Iya, sangat mahal. Hanya orang orang tertentu yang mampu melakukan hal itu. Sekalipun banyak orang yang menginginkan anak melalui proses bayi tabung,"

"Kamu kok nanya hal itu? Apa ada keluarga yang mau melakukan proses itu? " Tanya Juan kemudian.

"Bukan keluarga Yang, tapi aku." Sahut Angel dengan kepala tertunduk. 

"Maksudnya?" Tanya Juan, hatinya mulai tak tenang. 

"Tiga bulan lalu, saat aku menghilang secara misterius, itulah awal semuanya!"

"Bicaralah yang jelas Yang, jangan buat aku mati penasaran," Juan menghadap kekasihnya dan menggenggam tangannya.

"Waktu itu, aku ingin bermain ke rumahmu. Saat di perempatan jalan, ada sebuah Truk yang tiba-tiba lari jalur. Aku tidak bisa mengelak lagi, akhirnya aku tertabrak. Saat aku membuka mata, ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Dan… " Enjel menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

Juan terduduk lemas. Dia tidak sanggup bersuara, bahkan untuk mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya hancur, dunianya seakan runtuh. 

"Maafkan aku Yang, aku sungguh tidak tau dokter itu menipuku" Akhirnya air matanya jatuh tanpa bisa dicegah.

"Apa janin itu milik pria tadi? " Tanya Juan lembut, dia berusaha menahan amarahnya. Dia tidak bisa marah pada gadis itu. Gadis itu tidak bersalah, semua itu kecelakaan yang tidak bisa dihindari. 

"Iya, janin dalam rahimku milik pria itu!" Jawab Enjel sesegukan 

"Maafkan aku yang tidak bisa melindungimu. Seandainya aku ada saat itu, semua itu tidak akan terjadi padamu." Hati Juan sakit mengatakan itu, air matanya mengucur deras. 

"Akulah yang seharusnya minta maaf. Dengan hadirnya janin ini, aku sudah menghancurkan hubungan kita." Angel mengusap perutnya yang masih rata.

"Ijinkan aku menikahimu Yang, aku tidak keberatan menerima anak itu," Juan melihat ke perut gadis itu.

"Andai pun aku tidak tau pemilik janin ini, aku tidak mungkin menerima lamaranmu. Aku sudah tidak layak untukmu" Enjel melepas tangannya dari genggaman tangan Juan. 

"Apa maksudmu Yang? kamu masih Angel yang dulu. Tidak ada yang berubah. Kehamilan kamu itu kecelakaan, itu bukan salahmu sayang." Dia kembali meraih tangan kekasihnya dan menggenggamnya erat.

"Aku tau Yang, tapi aku tidak bisa memisahkan mereka dari ayah biologisnya." Angel mengangkat kepala, memberanikan diri menatap kekasih hatinya.

"Apa itu artinya, kamu memilih pria itu dan meninggalkan aku? apa kamu tega sayang? kamu tau betapa berartinya kamu dihidupku. Aku gak sanggup tanpa kamu sayang, aku gak bisa, kamu adalah segalanya bagiku. Percayalah, aku akan menerima bayi itu dengan baik. Aku akan menganggapnya seperti anakku sendiri." Juan memelas.

"Maafkan aku, aku tidak mau menanggung dosa, karena memisahkan janinku dari ayahnya. Aku tau ini berat buat kita, tapi mungkin Tuhan tidak menghendaki kita untuk bersatu."

"Bagaimana bisa kamu memilih dia yang tidak kamu kenal? apa kamu yakin dia bisa mencintaimu? menerima kamu apa adanya? Jangan mengorbankan kebahagiaanmu sayang. Kita bisa merawat anak itu bersama-sama," Juan terus berusaha meyakinkan kekasihnya. 

"Aku tau niatmu tulus, tapi percayalah Tuhan lebih tau yang terbaik buat kita. Jika sekiranya dia tidak mencintaiku dengan tulus, setidaknya aku akan melahirkan anak-anaknya. Setelah mereka lahir, aku akan pergi dari hidup pria itu." Angel sesenggukan.

"Aku tidak rela kamu memilih dia, tapi aku tau kamu sudah memikirkannya dengan matang. Aku tidak bisa menahanmu, tapi jika kamu tidak bahagia bersamanya datanglah padaku. Hatiku masih tetap milikmu. Aku akan menunggumu"

"Maafkan aku, tapi carilah kebahagiaanmu. Kamu pantas bahagia. Jangan menunggu sesuatu yang tidak pasti, " Angel mengusap matanya dengan tangannya.

"Kamulah kebahagiaanku sayang. Tidak ada yang bisa memberiku kebahagiaan selain kamu. Sejak pertama kali mengenalmu, aku berjanji bahwa kamulah satu satunya wanita di hidupku. Aku tidak akan pernah mengingkari janji itu." Juan membingkai wajah Angel.

"Tidak-tidak, kamu harus mengingkari janjimu itu. Aku tidak mau menyiksamu… "

"Ssttt, apa kamu tidak mencintaiku? " Juan menghentikan ucapan Angel dengan meletakkan jarinya di bibir gadis itu. 

"Justru karna aku sangat mencintaimu, aku ingin kau bahagia. Mungkin aku tidak akan pernah bisa melupakanmu, tapi dengan melihatmu bahagia aku akan bahagia " Angel terus terisak.

"Jika kau mencintaiku, menikahlah denganku!"

"Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak bisa egois. Aku harus memikirkan janin dalam rahimku. Aku tidak mau membuat Tuhan murka karna melawan takdir yang sudah  digariskan untukku."

"Tapi bagaimana denganku? Apa aku tidak penting bagimu?" Juan sedikit menaikkan  nada bicaranya. 

"Sayang lihat aku, kau percaya dengan yang namanya jodoh, 'kan? Jika kita memang jodoh, Tuhan akan memberi jalan untuk kita bersatu. Dan, jika kita tidak jodoh akan ada jalan untuk kita berpisah." Ucap Angel menangkup kedua pipi Juan, matanya masih berkaca-kaca.

"Beri aku waktu untuk memikirkannya, aku belum bisa menerima keputusanmu. Meskipun tadi sempat bilang tidak dapat menahanmu. Aku sangat mencintaimu, aku tidak sanggup berpisah darimu. Kau segalanya bagiku." Ucap Juan dengan sangat mengiba. 

"Baiklah, aku beri waktu sampai besok pagi. Kehamilanku sudah memasuki bulan ke empat, perutku akan semakin besar. Aku tidak mau menjadi bahan gunjingan orang-orang." Ucap Angel 

"Yang, aku ingin beberapa hari lagi bersamamu. Jika kita harus berpisah, ijinkan aku menemanimu satu minggu kedepan," Pinta Juan 

"Maaf, semakin lama kita bersama, akan semakin sulit untuk berpisah. Pulanglah ini sudah larut, aku harus istirahat!" Angel merasa badannya sakit.

Dengan sangat terpaksa, Juan akhirnya meninggalkan Angel. Dia tidak bisa egois Gadis itu butuh istirahat. Begitu Juan keluar, Delon menghampiri gadis itu. Ternyata dia tidak pergi dari sana. Dia menyaksikan perbincangan sepasang kekasih yang sebentar lagi akan berpisah.