Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Hujan mulai reda, Lingga tertidur di dada bidang Diko. Diko sendiri sejak tadi tak tidur malah menatap wajah istrinya yang ternyata sangat cantik dan lugu. Hari ini, Diko menemukan fakta baru melalui email yang di terimanya dari seorang sahabatnya di luar negeri. Anggie tengah mengandung anak dari sugar dadynya yang selama ini membiayai hidup Anggie hingga wanita itu nampak sangat berkelas. Itu mengapa alasan Anggie meninggalkan Hendiko.
Hendiko merasa dirinya di tipu oleh Anggie. Kini, ia pasrah dengan takdir hidupnya. Hendiko tak banyak mempunyai teman wanita. Kebanyakan wanita yang mengenalnya hanya menginginkan hartanya saja. Tidak benar -benar tulus. Diko mencoba untuk menyelami Lingga, membuat gadis itu jatuh cinta padanya.
Tangan Diko masih mengusap lembut wajah Lingga dan merapikan rambut Lingga ke belakang telinga Lingga.
"Eunghhh ...." Lingga yang terganggu degan peregrakan Diko yang sangat lembut itu pun mulai membuka kedua matanya perlahan. Tubuhnya terasa pegal dan kesemutan di bagian kaki. Saat Lingga sadar ia langsung terbangun dan duduk tegak tanpa berani menatap Diko yang masih berada di posisi yang sama. Diko tak kaget. Satu jam ini, ia puas menatap Lingga yang pulas tertidur dan sesekali ia mencium pucuk kepala Lingga yang wangi rambutnya.
"Ma -maaf, kalau Lingga etrtidur barusan," ucap Lingga terbata. Lingga malu sekali.
Diko menegakkan duduknya dan membenarkan joknya lalu menutup kaca yang sempat ia buka sedikit sebagai sirkulasi udara agar tidak terlalu banyak menghirup AC mobil yang kurang baik untuk kesehatan tubuh.
"Gak apa -apa. Santai aja," ucap Diko santai. Diko pun langsung memasukkan gigi pada porseneleng dan menjalankan laju mobilnya menuju arah pulang rumahnya.
Lingga dan Diko saling diam. Lingga yang diam karena malu telah mencium Diko berakhir tidur lelap di dada bidangnya. Diko sendiri tetap cool dan cuek dengan apa yang telah terjadi di antara keduanya. walaupun Diko kagum dan mulai menyukai Lingga, tidak serta merta Diko terus memperlihatkannya. Cukup seperti orang yang sedang memberikan harapan palsu saja, di buat tarik ulur agar Lingga benar -benar terjebak pada perasaanya sendiri. Bukan jahat, tapi Diko, ingin mendapatkan wanita yang benar -benar tulus dengannya. Mencintai Diko apa adanya, bukan karena ada apanya Diko.
"Ada yang ingin kamu beli lagi?" tanya Diko pada Lingga.
"Ekhemmm ... Gak Mas," ucap Lingga masih gugup.
"Bahan makanan? Sayuran? daging? Buat kamu masak?" tawar Diko pada Lingga.
"Memangnya Mas Diko mau di masakkin apa sama Lingga?" tanya Lingga pelan.
"Apa saja, pasti aku suka. Ingat, aku hanya ingin makan masakanmu saja, bukan masakan asistenrumah tangga kita," tegas Hendiko muali membuat aturan.
Lingga mengangguk pasrah. Lalu bertanya, "Termasuk makan siang di kantor?"
"Iya. Setiap hari kamu harus datang tepat waktu, untuk menyuapiku makan siang. Jangan pernah terlambat, karena aku punya penyakit lambung," tegas Hendiko memberi tahu Lingga agar Lingga tidak lupa dan selalu ingat dengan penyakit kambuhan yang di derita Hendiko.
"Iya Mas. Oke, kita beli bahan makanan untuk beberapa hari ke depan, soalnya lihat di kulkas juga sudah menipis tadi siang," ucap Lingga santai.
Tangan Diko menarik lembut tangan Lingga dan di usap pelan punggung tangan itu.
"Terima kasih ya," ucap Hendiko pelan.
Lingga hanya mengangguk kecil sambil tersenyum lebar.