Menikah Dengan Janda

Entah bagimana jadinya Ilham malah memutuskan untuk berhenti kuliah. Karena Ia merasa jurusan yang sedang ditempuhnya bukan pashion-nya. Ia tidak bisa menjalaninya dengan keterpaksaan hati.

Saat ini, Ia ingin belajar hidup mandiri dengan pergi dari rumah. Ia berharap Papanya akan percaya dan Ia ingin membuktikan kepada Papanya kalau Ia bisa hidup tanpa bantuan Papanya.

Namun, hal yang membuat rindu rumah adalah Raihan. Ia sangat merindukan Raihan. Biasanya, adiknya itu akan tidur dengan sembarang di kamarnya. Selalu menyuruhnya untuk makan kalau dirinya belum makan. Selalu menunggunya jika Ia pergi. Selalu membuat tersenyum jika Ia sedang bersedih. Tiba-tiba Ia merasa sangat rindu dengan adiknya.

Ingin bagi Ilham bertemu dengan Raihan walau hanya sebentar saja. Namun, Ia harus bersabar. Pasti suatu saat Ia bisa bertemu dengan Raihan.

Saat ini, Ia hanya ingin fokus kepada pekerjaan barunya. Yaitu menjadi fotografer. Uang dari hasil job-nya itu lumayan untuk bisa makan sehari-hari. Selain itu, uang pemberian dari Mamanya juga masih utuh. Belum Ia sentuh sama sekali.

Saat ini, Ilham sedang terpaku pada layar ponsel dengan tubuh bersandar pada sofa. Tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka dengan keras, Angga menyembul dari balik pintu dan langsung menjatuhkan tubuh di samping Ilham. Angga tadi pergi untuk mengerjakan tugas.

“ Ham, kau harus ikut denganku ke Club sekarang! ” katanya dengan suara bergetar dan wajah yang cemas.

“ Apa maksudmu? apa yang sedang terjadi, Ngga? ” tanya Ilham penasaran. Sekaligus heran. Langsung mengangkat tubuh dari sandaran sofa.

“ Kau ikut denganku sekarang, nanti aku jelaskan di sana. ” ajak Angga sudah berdiri, melangkah keluar.

Ilham bingung dengan apa yang dikatakan Angga barusan. Dalam perjalanan, Keduanya saling diam, Ilham sendiri bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Angga tampak buru-buru sekali, sampai Ia mengendarai motor dengan kesetanan.

Bulan di atasnya sedang menggantung. Lampu-lampu berkelap-kelip di sepanjang jalan menambah indahnya malam.

Sesampainya di depan sebuah Club malam, Angga dan Ilham langsung turun secara bersamaan dari atas motor. Angga langsung memberi kode kepada Ilham untuk mengikutinya.

Angga menghentikan langkah saat di ambang pintu masuk. “ Aku melihat Natasha sedang bersama dengan Laki-laki hidung belang sedang bermesraan, aku ingin kau memastikanya sendiri. ”

Mata Ilham membulat dengan sempurna. Pantas saja Natasha tidak pernah menghubunginya selama ini.

Angga sudah berlalu pergi, sedangkan Ilham langsung mengedarkan pandangan ke berbagai titik.

Hingga pandangan Ilham tak sengaja mendapati seorang perempuan yang Ia maksud. Natasha sedang duduk berbincang dengan seorang Laki-laki di sana. Ilham tidak dapat menahan amarahnya, Ia segera menuju ke sana. Tangan yang sudah terkepal itu langsung menoyor pipi Laki-laki itu. Seketika, Natasha membelalakan matanya dan menjerit.

Ilham langsung meraih kerah baju Laki-laki itu sambil melotot tajam.

“ Jangan kau sentuh Natasha!!!” gertak Ilham dengan mata melotot ke arah Laki-laki itu. Sedangkan Laki-laki itu menyeringai menatap Ilham.

Beberapa pasang mata ada yang memperhatikan mereka, namun ada yang tidak mempedulikanya sama sekali. Lebih melanjutkan apa yang sedang mereka lakukan.

Natasha berusaha melari keduanya, Ia menarik jaket Ilham dari belakang. “ Ilham! Cukup! ”

“ Apa yang sedang kau lakukan?! ” Lanjut Natasha agak membentak.

Ilham menghempaskan tubuh Laki-laki itu ke sofa dengan keras, lalu memutar badan memandang wajah Natasha dengan geram. Ia langsung meraih tangan Natasha dan menyeretnya keluar.

“ Apa yang kau lakukan bersama Laki-laki itu, apa yang kau lakukan di belakangku?! ” sergap Ilham saat mereka sudah di halaman bar itu.

Ada jeda sejenak. Natasha memalingkan muka ke sembarang arah. Lalu berkata. “ Aku sudah muak dengan sikapmu, Ilham, aku sudah tidak sanggup lagi bersamamu. ”

“ Yang aku butuhkan saat ini adalah uang, aku kira kau bisa memenuhi permintaanku sebagai pacarmu! Tapi, kau sangat tidak bisa diandalkan. ” Lanjut Natasha mulai jengkel.

“ Jadi-jadi, kau sudah tidak mencintaiku, lagi? Kau mau berpacaran denganku hanya karena uang? Jadi itu benar? ”

“ Benar sekali! ”

“ Aku tidak percaya dengan cinta!!! Aku tidak percaya dengan kau lagi, sekarang, jangan ganggu aku lagi, aku sudah mempunyai Laki-laki lain yang jauh lebih membuatku bahagia daripada denganmu. ” Natasha menunjuk muka Ilham menggunakan jarinya.

“ Baiklah!! Kalau itu yang kau mau, aku tidak bisa menolaknya, aku juga sudah lelah menghadapi sikapmu, aku sungguh muak dengan semua ini! Aku memang ingin memutuskanmu dari dulu, tapi tidak bisa kulakukan, hingga malam ini, aku sangat lega sekali bisa putus denganmu. ” Jelas Ilham dengan nada tinggi sambil berkacak pinggang, setelah itu membuang muka.

“ Aku kira aku tidak menginginkan itu, aku juga menginginkan kita segera putus!!! ” balas Natasha kemudian tak kalah tinggi.

“ BAIKLAH!!! MULAI SEKARANG, KITA PUTUS!!! ” Ilham sudah tidak bisa menyembunyikan emosinya yang terus melunjak.

Natasha juga setuju dengan perkataan Ilham barusan. Ia bergegas meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju ke dalam. Sedangkan Ilham masih dikuasai amarah memenuhi rongga dadanya saat ini. Sekarang, Ia sudah benar-benar lega putus dengan Natasha.

Ilham sudah dapat menarik sebuah kesimpulan, bahwa Natasha sudah tidak mencintai dan sudah tidak peduli lagi dengan dirinya. Selama enam bulan keduanya menjalani hubungan memang banyak sekali masalah yang menghadang. Ilham pun menyesal karena telah terpikat hanya dengan kecantikan luarnya saja. Merasa hebat bisa berpacaran dengan idola kampus. Namun, Ia sungguh sadar dalam hubungan yang mengandalkan sesuatu seperti itu, tidak bisa berlangsung lama.

Angga bergegas menghampiri Ilham saat mendapati Ilham sedang mematung di sudut parkiran. Tentu saja Ia sudah tau apa yang terjadi. dari wajahnya saja Ilham sudah terlihat sedih sekali, terlihat habis marah.

“ Come on, Bro, putus cinta sudah tidak jaman lagi, masih ada banyak gadis cantik di dalam bar, atau kau bisa mencari gadis-gadis lain cantik di kampus. ” Kata Angga sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Angga bermaksud untuk menghibur Ilham, kalau sudah begini Ilham pasti akan langsung menghabiskan banyak gelas berisi alkohol.

“ Sialan, kau! ” maki Ilham pada Angga. Sambil berkacak pinggang.

“ Kita pulang saja, ” tambah Ilham kemudian, sambil menghela napas berat.

Angga tersentak kaget dengan ucapan Ilham barusan, apa Ia tidak salah dengar apa yang barusan Ilham ucapkan? Biasanya, Ia akan mengajak minum-minum dulu untuk menghilangkan stress.

“ Ngapain kau masih berdiri di situ? ” seru Ilham, mengagetkan Angga.

“ Ah! Tidak, ” kata Angga agak tergagap sambil berjalan menghampiri Ilham.

“ Biar aku saja yang mengendarai motor, kau sedang ada masalah, takut nanti kau akan melamun di jalan. ” tawar Angga. Sudah naik dan memposisikan dirinya di depan.

Ilham hanya mengangguk pelan. Ia memasang helm. Angga sudah menghidupkan mesin motor dan Ilham naik ke atas boncengan. Motor melaju di kegelapan malam.