My Ex Husband

...Flash back 08....

...••••••...

"Sudah, kasian dia kalau kamu terus menangis seperti ini!"Rosa mengusap punggung Anna yang saat ini sedang menangis di pusaran terakhir ibu nya.

Anna mengangguk, lalu mengusap pipi nya yang terlihat basah oleh air mata.

"Semua nya sudah selsai, ibu sama pak David boleh pulang."Anna menatap Rosa dengan mata yang terlihat sudah membengkak.

"Terimakasih."kini Anna menatap pria yang sedang berdiri, dengan kaca hitam yang menghiasi mata elang nya.

David menganggukan kepala, hari ini dia terlihat lebih dingin dari pada biasa nya.

"Kita pulang sama-sama."ujar David.

Anna terlihat senyum getir.

"Tidak usah, kalian pulanglah. Aku masih mau disini."jelas Anna.

"Tidak Ann, kamu akan pulang bersama kami."Rosa mengusap bahu Anna, agar gadis itu bisa lebih sedikit tegar.

"Nanti aku pulang, kalian jangan khawatir. Mana berani juga aku tidur di sini."cicit Anna, lalu terkekeh pelan.

Namun Rosa terus menatap Anna lekat, hati nya sesak ketika melihat gadis seceria Anna kini selalu terlihat menangis dengan wajah yang juga terlihat muram.

Oh tuhan! gadis yang malang. ucap Rosa dalam hati.

"Ayo Ann, tidak baik kau selalu disini."David mulai berbicara.

"Kita beda arah pak, jadi biarkan saya pulang sendiri."kata nya.

"Kamu ikut pulang sama kita."sergah David, yang langsung membuat Rosa tersentak seketika.

"Tidak, aku masih ada kontrakan."Anna menolak.

"Ann, sebaik nya kamu memang ikut kita. Meninggalkan mu sendirian dalam ke adaan seperti ini tidak baik."Rosa berusaha membuat Anna luluh.

Anna terdiam.

"Apa kau tidak ingat? semalaman kamu berbicara ingin mati saja! Aku tidak mau kau berbuat konyol."jelas David.

"Aku akan tinggal di rumah Rika sementara, jangan khawatir."

"Aih, keras kepala."gerutu David.

Bug!

Rosa memukul kaki David cukup kencang, lalu menatap putra nya itu tajam.

"Ayolah Ann, ini sudah mendung loh, sebentar lagi hujan deras ini."David berucap penuh permohonan.

Anna menatap David dalam diam, namun tiba-tiba saja pria itu mengulurkan tangan kepada Anna.

"Ann, ayok!"ucap Rosa dengan raut wajah berbinar dan senyum tipis di bibir nya.

Netra Anna menatap tangan David cukup lama, namun tak urung juga dia meraih, dan segera bangkit.

Aku pamit pulang ya Bu, maaf nggak bisa nemenin ibu disini.

"Ayok, ayah sudah terlalu lama menunggu di dalam mobil."ujar Rosa.

Anna mengangguk, lalu berjalan beriringan dengan David, Tampa melepaskan tautan jemari kedua nya.

Oh tuhan! jantung ku! Cicit Anna di dalam hati.

Entah kenapa, jantung Anna selalu berpacu lebih cepat ketika ia berdekatan dengan David.

Apakah dia suka pria itu? tentu saja, David adalah pria tampan, walau usia nya kini sudah menginjak 38 tahun.

Cinta pada pandangan pertama? entahlah, Anna pun masih bingung dengan hati nya, apa ini cinta atau hanya sebatas mengagumi saja.

"Sudah selesai?"Daniel menatap Anna.

"Sudah pak, maaf membuat anda menunggu sangat lama."kata nya.

Namun pria itu langsung menggelengkan kepala nya.

"Tidak apa, yang penting kamu jangan larut dalam kesedihan mu, tidak baik."kata nya.

Anna mengangguk, lalu masuk dan segera duduk di kursi penumpang bersama Rosa.

David mulai menyalakan mobil nya, lalu segera melaju, meninggalkan hamparan hijau pemakaman umum yang berada tidak jauh dari kota.

"Saya pulang ke kontrakan saja pak!"kata nya kepada David.

"Tidak, untuk beberapa hari ini kamu harus tetap bersama kami."kata Rosa. "Jika kamu kehilangan ibu mu saat ini, makan biarkan aku yang menjadi ibu mu sekarang."Rosa meremat jemari tangan Anna.

Anna diam, tiba-tiba saja ia teringat pesan ibu nya.

~Jadilah orang baik, karena orang baik akan selalu di pertemukan dengan orang baik~

"Ibu benar."Anna bergumam.

"Terimakasih, kalian sudah sangat baik. Tapi saya malah jadi malu."jelas Anna.

"Tidak usah sungkan, sekarang kami keluarga mu Ann."Daniel yang sedang duduk di kursi depan pun menoleh, kemudian tersenyum.

"Sudah lama kami mengingin kan seorang putri, dan tuhan mempunyai cara lain untuk memberi nya, jadi sekarang kita orang tua mu."ucap Daniel lagi.

Anna mengangguk, namun David hanya membisu dengan mata yang sesekali melihat ke arah spion.

Kenapa rasa nya tidak rela, ketika ayah dan ibu berbicara dia adalah putri nya mulai sekarang. Tidak mungkin kalau aku mengharap kan hal lebih pada gadis itu, masih ada Mika yang harus ku tunggu.

...•••••...

Sesampai nya di rumah besar milik Daniel. Anna segera turun, di susul Rosa yang langsung menggenggam tangan nya.

"Mulai sekarang jangan merasa sungkan, ini rumah mu juga."Rosa tersenyum.

"Ibu berlebihan."kata Anna, sambil terus berjalan masuk kedalam rumah.

"Mbok, kamar nya sudah siap?"tanya Daniel.

Asisten rumah tangga yang menyambut kedatangan mereka pun menganggukan kepala nya.

"Sudah, jika Non Anna ingin istirahat. Mari saya antar."jelas nya.

"Istirahatlah, lihat mata mu yang terlihat sangat merah."titah Rosa.

"Terimakasih."Anna menganggukan kepala nya, dan segera berjalan mengikuti Asisten rumah tersebut.

Klek!

Wanita itu membukakan pintu kamar nya untuk Anna. Dan tampaklah ruangan besar bercat putih, namun ada beberapa barang yang juga bercat hitam, hingga membuat ruangan itu terlihat sangat elegan.

"Masuk Non."

"Mbok?"

"Iya?!"

"Mbok sudah lama kerja disini?"

Wanita itu mengangguk.

"Sudah sejak Den David masih kecil."kata nya.

"Sebenar nya saya tidak enak, mereka terlalu berlebihan kepada saya."ujar Anna.

"Tidak apa, mungkin ibu memang sangat mengingin kan seorang anak perempuan, jadi membawa Non kesini."kata nya.

"Non tahu? dulu ibu juga mengandung adik nya Den David, tapi meninggal sampai harus angkat rahim karena plasenta nya nggak bisa keluar."

Anna tersentak.

"Kenapa bisa meninggal?"

"Bayi nya terlilit tali pusar, sesudah itu harus angkat rahim, karena plasenta bayi itu menempel sampai tidak bisa keluar secara alami."jelas nya.

Anna diam, prempuan itu menyimak dengan baik.

"Kalau begitu saya permisi."pamit nya.

"Ah, iya. Terimakasih mbok."ucap Anna yang langsung di jawab anggukan.

Pintu kamar itu tertutup. Lalu rasa sepi itu kembali terasa, ingatan nya bersama sang ibu kembali berputar.

Canda dan tawa, tangis air mata untuk saling menguatkan. Kini semua nya tinggal kenangan, Anna tidak akan pernah mendengar suara sambutan Marni ketika dia pulang kerja seperti biasa.

Anna kembali menangis.

"Ini sangat sulit, Bu! aku terus berusaha ikhlas, tapi aku nggak bisa."

Prempuan itu berbaring, menekuk lutut nya lalu ia peluk dengan erat.

"Bahagia lah disana Bu, rasa sakit itu kini hilang. Benar kata ibu, ayah mungkin sudah sangat merindukan ibu. Jangan khawatir, disini aku bertemu dengan orang yang sangat baik.

Yang dengan senang hati membawa ku pulang kedalam keluarga nya."

Lalu dia tertidur, beberapa saat setelah Anna lelah karena terus menangis.

...•••••...

Jangan lupa dukungan nya guys! Berupa like, vote, komen, dan hadiah lain nya.

Ig. @_anggika15

~Waktu nya vote manteman~