Sudden Mariage

Di sebuah mini market.

Ada seorang anak yang sedang menangis dan marah karena tidak dibelikan es krim oleh ibunya. Ibunya berusaha membujuk anak itu agar tidak marah dan ngambek di tempat umum. Tapi anak itu malah semakin keras menangis. Dan tentunya itu mengganggu para pengunjung mini market yang hendak berbelanja.

"Huaaaa,,, mau es krim..." seru anak kecil tersebut.

"Kita pulang aja yuk, nanti mama beliin mainan.." bujuk ibu anak tersebut.

"Nggak mau.. aku mau es krim.." anak tersebut terus saja merengek minta es krim. Tapi ibu itu terus menolak membelikan anaknya es krim.

Sampai salah satu pengunjung mini market memarahi ibu tersrbut karean kejam kepada anak kecil. "Apa susahnya sih dibeliin, kalau gini terus kan mengganggu yang lain." celoteh salah satu pengunjung mini market.

"Tahu tuh, seneng banget bikin anak nangis." sahut yang lain.

Ibu tersebut hanya menghela nafas mendengar perkataan beberapa pengunjung yang tidak mengenakan. Mungkin ibu tersebut mempunyai alasan tersendiri kenapa dia tidak mau membelikan es krim untuk anaknya.

Lalu datanglah seorang wanita muda dsn cantik. Wanita itu melakukan pendekatan kepada anak yang sedang menangis tersebut. "Loh, kenapa nangis?" tanya wanita itu.

"Mau es krim, tapi mama nggak mau beliin.." jawab anak kecil itu dengan polosnya.

Wanita muda itu kemudian menoleh dan menatap ibu dari anak kecil tersebut. Dari penampilannya, sepertinya mereka adalah orang berada. Pasti ada sesuatu yang lain yang membuat ibu tersebut melarang anaknya makan es krim.

"Em nama kamu siapa?" tanya wanita muda tersebut.

"Rafa tante.."

"Oh Rafa, kenalin nama tante Ulfa.."

"Kamu takut disuntik ndak?" tanya Ulfa.

Anak kecil itu menganggukan kepalanya dengan cepat. "Nah, kalau kamu takut disuntik. Kamu harus dengerin apa kata mama, kalau kamu makan es krim nanti kamu batuk terus dibawa ke rumah sakit, lalu disuntik deh, cuuuus.. gitu.." Ulfa mengajak anak kecil itu untuk bercanda.

"Mama pasti juga sedih nanti kalau kamu sakit.. Kamu mau mama kamu sedih?" Ulfa menggunakan alasan paling klise kenapa sebagian orang tua tidak mengizinkan anak mereka makan es krim. Alasannya karena batuk.

Rafa menggelengkan kepalanya. "Aku nggak mau mama sedih lagi.." anak kecil itu kemudian memeluk mamanya.

"Maafin Rafa ya ma yang udah bandel, nggak mau dikasih tahu.." ibu anak itu kemudian memeluk anaknya dengan erat.

"Terima kasih ya dek karena udah nasehatin anak saya. Alasan kenapa saya nggak kasih dia makan es krim karena dia masih dalam penyembuhan. Dia baru saja mengalami sakit parah dan hampir tak tertolong, dokter melarangnya untuk makan makanan seperti es krim, junk food dan sebagainya." jelas ibu tersebut sekalian menjelaskan kepada pengunjung yang lain yang tadi sempat memakinya.

"Iya tante... Rafa nggak boleh nakal loh ya, harus nurut sama mama! Janji!" Ulfa menganglat jari kelilingkingnya.

"Iya tante, janji." Rafa dengan bahagia mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Ulfa.

Ryan menjadi salah satu pengunjung yang menyaksikan insiden tersebut. Dia tersenyum kecil melihat usaha Ulfa untuk membujuk anak kecil tersebut agar berhenti menangis dan tidak mengganggu yang lain.

Ryan yang tidak mau mengganggu Ernes dengan Atta. Dia pun memilih untuk keluar sendiri mencari makan siang. Tapi sebelumnya Ryan mampir ke mini market terdekat untuk membeli rokok. Dan siapa sangka dia menyaksikan kejadian tersebut.

....

Setelah membeli beberapa minuman dan juga rokok. Ulfa keluar dari mini market tersebut dengan terus menatap ponselnya. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang.

"Ish kenapa nggak diangkat sih??" keluhnya.

Ulfa jadi tidak fokus dengan jalanan di depannya. Dia terus berjalan menyusur city walk yang agak sepi tersebut. Cukup lama dia berusaha menelepon seseorang.

"Akhirnya kamu angkat juga. Kamu dimana? Aku di depan mini market yang dekat dengan kantor baru kamu.." ucap Ulfa melalui panggilan telepon.

Tapi, karena dia tidak fokus. Tanpa sengaja dia bertabrakan dengan seseorang yang membuat barang-barangnya terjatuh.

"Akh..."

"Maaf.. maaf.. Iya bos saya segera kembali." ternyata Ulfa menabrak Ryan yang sedang terburu-buru kembali ke kantornya.

Ulfa sudah hampir marah dan mengeluarkan tanduk. Tapi begitu melihat Ryan. Seketika umpatannya ditelan kembali. "Cakep bener.." gumam Ulfa.

Ryan pun terkejut, dia bertemu lagi dengan wanita yang dia temui di mini market tadi. "Maaf nona nggak kenapa-napa kan?" tanya Ryan.

"Nggak.." Ulfa masih terpaku dengan ketampanan Ryan.

"Sekali lagi saya minta maaf!" ucap Ryan sembari memberikan barang-barang milik Ulfa yang terjatuh. Setelah itu Ryan segera berlari karena Ernes terus meneleponnya.

Ulfa menatap lelaki itu dengan tersenyum senang. "Jodohku akhirnya datang..." gumam Ulfa dengan konyol.

Tak lama kemudian Atta datang menghampiri Ulfa. Ternyata orang yang ditunggu Ulfa adalah Atta. Atta berlari mencari keberadaan sahabatnya itu. Akhrinya dia menemukan Ulfa yang sedang duduk sendirian di sekitar taman kota sembari merokok.

"Ulfa....." serunya.

Atta pun segera berlari mendekati Ulfa. Dia sudah kangen sekali dengan sahabatnya dari SMA tersebut. "Aku kangen banget sama kamu..." ucap Atta dengan senang.

"Lebay, orang baru dua minggu nggak ketemu aja." Ulfa mendorong kepala Atta pelan. Mereka berpisah baru dua minggu yang lalu karena Ulfa ada pekerjaan di luar kota.

"Uh, Atta.. aku juga kangen sama kamu..." meskipun sempat mengatai Atta, tapi sesaat kemudian dia juga memeluk Atta.

"Kenapa tiba-tiba pindah kerja? Kamu udah nggak kerja di club malam lagi?" tanya Ulfa yang penasaran kenapa Atta akhirnya berubah pikiran. Dulu Atta selalu menolak keluar dari club malam dengan alasan tidak enak karena bos-nya sudah menolongnya memberi pekerjaan disaat dia ditolak oleh banyak perusahaan.

"Ceritanya panjang.." jawab Atta sembari menghela nafasnya.

"Apa nj*r penasaran aing..." Ulfa ingin sekali tahu apa yang terjadi selama dia pergi ke luar kota.

Atta awalnya enggan untuk bercerita meskipun itu dengan sahabatnya sendiri. Namun, pada akhirnya Atta menceritakan semuanya dari awal, termasuk dia yang telah tidur dengan Ernes.

"Jadi kamu akan menikah dengan bos kamu?"

"Hmm,"

"Hebat bener, mulai ada kemajuan nih teman aku..."

"Kamu memang harus membalas apa yang udah mereka lakukan ke kamu dan ibu kamu. Aku aja yang nggak dihina kesel, apalagi kamu dan ibu." ucap Ulfa lagi.

"Apa menurut kamu, aku kejam?"

"Nggak sama sekali. Mereka memang pantas menerima amarah kamu."

"Jangan peduliin pendapat orang lain keoada kamu. Yamg penting kamu bahagia, udah. Perset*n dengan pendapat orang." pesan yang sangat logis dari Ulfa untuk Atta.

"Kamu nggak ngantor?" tanya Atta sembari tersenyum setelah mendegar perkataan Ulfa.

"Nggak, masih capek. Kamu mau kembali kerja?" tanya Ulfa balik.

"Hmm, aku anak baru nggak mau bikin perkara.."

"Ya udah kalau gitu aku ke rumah sakit aja temenin ibu.."

"Nah, ibu pasti seneng, tahu kamu udah pulang..."

Ulfa pun segera pamit untuk pergi ke rumah sakit menemani ibunya Atta.