Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Sekolah baru, teman baru
Sekolahku dekat dengan rumah hanya membutuhkan waktu lima menit saja dan aku berharap dapat menimba ilmu di sekolah baruku ini dan mendapat teman yang baik yang saling support satu sama lain.
Dihari pertama aku hanya kenal dengan satu anak dia bernama Selvi. Selvi menjadi teman pertamaku awal masuk kelas aku duduk dengannya kita berkenalan dan pada saat jam istirahat tiba Selvi mengajakku ke kantin dan dia meminta tolong kepadaku untuk membelikan sesuatu di kantin tersebut.
"Na tolong belikan apa saja di kantin dengan uang ini,"
Dengan ekspresi bingung aku menerima uang tersebut lalu menuju kantin untuk membeli sesuatu setibanya di kantin ibu kantin mempertanyakan darimana aku mendapatkan uang sebesar itu kala itu aku masih belum tahu nominal uang itu sebesar apa dan aku hanya bisa membaca bahwa uang tersebut seratus ribu rupiah ibu kantin menolak uang tersebut.
"Maaf Dik Kamu dapat uang ini darimana, kalau bisa beli pakai uang pas saja,"
Aku menganggukkan kepala lalu berkata,
"Ini uang teman saya Bu saya hanya disuruh membeli jajan saja,"
Mendengar penjelasanku ibu penjaga kantin tersebut menjawab,
"Oalah gitu to ya sudah Kamu bawa kembali uang itu ke teman Kamu kalau bisa pakai uang yang lain saja ya Nak".
Sambil tersenyum aku menganggukkan kepala lalu kembali ke kelas dan menyampaikan apa yang ibu kantin tersebut ucapkan.
"Sel Ibu kantin bilang Kamu dapat uang itu darimana?"
Dengan raut wajah sedikit syok Selvi menjawab,
"Aku diberi Kakekku Na tidak mungkinkan Aku mencuri!"
Dengan polosnya aku mengiyakan ucapan Selvi yang ternyata dia berbohong kepadaku lalu aku kembali lagi ke kantin membeli makanan ringan dan setelah itu kami berbincang - bincang sambil menunggu jam istirahat selesai.
Tepat pukul 09.00 WIB aku pulang sekolah sesampainya dirumah ibu bertanya pengalaman pertama masuk sekolah.
"Nak bagaimana tadi disekolah baru apa kamu sudah mendapatkan teman baru?"
Dengan antusias aku menjawab
"Iya Bu dia baik sekali Bu tapi tadi aku disuruh belikan dia jajan di kantin dia ngasih uang ke Diana Ibu tahu tidak uangnya ternyata di tolak Ibu kantin,"
Dengan raut wajah bingung Ibuku bertanya
"Kok di tolak uangnya?"
Aku yang semula melepas sepatu dan seragam sekolahku berhenti melakukan aktivitas itu sejenak dan berkata
"Uang temen Na tadi besar sekali nominalnya Bu saat Na baca nominalnya seratus ribu rupiah Na juga tidak tahu kenapa uang itu di tolak Ibu kantin tersebut."
Lalu aku menaruh sepatu ke tempatnya dan memasukkan seragam di dalam lemari tanpa berpakaian hanya memakai pakaian dalam setelahnya aku menuju meja makan.
Setelah makan aku mengambil buku dan pensil saat membuka tempat pensil aku melihat ada uang di dalamnya dan aku langsung memanggil Ibu
"Bu didalam tempat pensil Na ada uang seratus ribu,"
Aku menyodorkan uang tersebut kepada Ibu dengan wajah bingung Ibu bertanya
"Kamu dapat uang darimana ini Na?"
Dengan wajah sama bingungnya aku pun menjawab
"Lah Diana juga bingung Bu pada saat Nana membuka tempat pensil ternyata ada uang itu apa itu uangnya Selvi ya Bu?"
Sambil memegang uang itu Ibu mengajakku kembali ke sekolah untuk memberikan uang tersebut ke wali kelasku.
Hanya memakai pakaian dalam aku kembali ke sekolah bersama Ibu ( lupa pakai baju gaes wkwkwk ) menemui Bu Roro (wali kelasku).
Sesampainya disekolah Ibu menemui Bu Roro dan menceritakan semua kronologinya setelah menyerahkan uang tersebut aku dan Ibu memutuskan pulang dan berharap tidak ada masalah kedepannya.
Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah seperti biasa setibanya di sekolah ternyata Selvi sudah sampai di sekolah terlebih dahulu dan aku bertanya kepada Selvi mengenai uang yang kemarin aku temukan.
"Sel Kamu kemarin naruh uang di dalam tempat pensilku?"
Dengan wajah tanpa dosanya Selvi menjawab
"Iya itu buat Kamu Na tidak apa - apa pakai saja uang itu,"
Aku menatap lekat-lekat mata Selvi lalu berkata
"Sudah Aku kembalikan kepada Bu Roro kemarin saat Aku bicara kepada Ibuku kalau ada uang di dalam tempat pensilku lalu Ibu mengajakku ke sekolah bertemu Bu Roro sekalian mengembalikan uang yang Kamu kasih kemarin."
Selvi syok mendengar perkataanku itu lalu dia pindah tempat aku bingung kenapa dia pindah tempat aku yang kala itu dilanda kebingungan hanya bisa melihat Selvi yang berlalu tanpa kata aku yang berharap mendapat teman yang baik tapi kenyataan berkata sebaliknya.
Selvi pindah tempat salah satu teman kelasku pindah duduk disampingku lalu aku mencoba mengakrabkan diri dan memberi banyak pertanyaan.
"Hai nama Kamu siapa?"
Sambil menyodorkan tanganku dan dia pun menyambut uluran tanganku
"Namaku Milen kalau nama Kamu siapa?"
Sambil tersenyum aku menjawab
"Namaku Diana Kamu bisa memanggilku Diana atau Nana oh iya rumah Kamu dimana, apa dekat dengan sekolah, Kamu jalan kaki atau diantar orang tua?"
Aku yang notabene cerewet melontarkan banyak pertanyaan dan Milen hanya tertawa mendengarkan berbagai macam pertanyaan yang aku lontarkan dan aku pun malu-malu karena tingkahku yang seperti itu.
"Iya Na rumahku tidak terlalu jauh Aku sekolah diantar Ibuku."
Mendengar jawaban Milen aku hanya menganggukkan kepala dan bel masuk telah berbunyi aku menjalani pembelajaran tanpa ada kendala apapun hingga jam pulang sekolah.
"Na rumah kamu dimana, kapan - kapan Aku main kerumahmu ya,"
Dengan antusias aku menjawab
"Boleh Len rumahku dekat kok cuma lima menit saja dari sekolah,"
Merapikan meja sambil menganggukkan kepala Milen menjawab
"Okelah hari minggu Aku kerumahmu ya,"
Dengan mata berbinar aku menjawab
"Aku tunggu ya."
Kami berpisah di gerbang sekolah aku melanjutkan perjalanan kerumah sedangkan Milen dijemput ibunya.
Sesampainya dirumah aku melihat Ibu duduk santai di ruang tamu lalu aku menghampirinya setelah itu aku menceritakan semua yang terjadi disekolah.
"Bu tadi Selvi pindah tempat duduknya untung ada Milen yang mau duduk disamping Na jadi Nana tidak sendirian,"
Mendengar ceritaku ibu tersenyum lalu berkata
"Alhamdulillah kalau seperti itu berteman yang baik ya Nak jangan bertengkar sesama teman kalau teman Nana minta bantuan Nana bantu ya jangan pernah menolak kalau Nana memang bisa membantu,"
Ibu menasihati ku dan aku akan mengingat semua nasihat itu lalu aku melihat Andi masuk kedalam kamarnya.
"Pasti itu Bu oh iya Bu Adik tidak sekolah, kok masih ada dirumah?"
Ibu melihat ke arah kamar adikku
"Sebelum berangkat tadi Adik Kamu tiba - tiba badannya panas ya sudah libur dulu sekolahnya,"
Aku menganggukkan kepala mendengar jawaban Ibu lalu aku bertanya kepada beliau
"Oalah Ayah kerja Bu?"
"Iya Na ya sudah Nana makan dulu terus istirahat Kamu ingat ya Na jangan capek - capek kamu itu mudah sekali sakit kalau sudah kecapekan,"
Aku tersenyum sambil menampakkan deretan gigiku kepada ibu
"Siap bos."
Setelah makan siang aku memutuskan istirahat sejenak sedari kecil aku sudah sakit-sakitan dan terkadang aku kasihan melihat adikku yang mungkin kekurangan kasih sayang dari Ayah dan Ibu karena kondisi tubuhku yang sering kali drop.
Hari-hari disekolah cukup menyenangkan walaupun aku hanya berteman dengan Milen dan hari minggu Milen mengajak bermain bersama di rumahku dan aku mengiyakan ajakannya namun sebelum pulang sekolah aku mengajak Milen ke rumahku agar dia tahu rumahku terlebih dahulu.
Sore harinya Ayah dan Ibu mengajak kami jalan-jalan ke taman Aku dan Adikku antusias sekali lalu kami bersiap-siap sebelum berangkat ke taman.
Ayah memilih mengayuh sepeda ontelnya Aku, Ibu dan Adikku menggunakan angkutan umum dan setibanya di taman yang dimaksud aku dan adik bermain ayunan sedangkan Ibu menunggu Ayah.
"Dik Kakak dulu ya yang naik ayunannya kamu yang dorong tapi pelan-pelan saja oke!"
Aku duduk di ayunan sedangkan adikku mendorong ayunannya lumayan keras dan aku memberi peringatan kepadanya
"Dik jangan keras-keras kamu juga jangan terlalu dekat nanti kena ayunannya!"
Belum ada satu menit aku berkata seperti itu adikku tiba-tiba menghampiriku padahal ayunan melaju kencang alhasil adikku terkena ayunan dan diatas bibir adikku lukanya terlalu dalam.
Momen yang seharusnya menyenangkan menjadi tragedi yang memilukan bagiku dan aku yang tidak pernah mendapat amukan begitu keras dari Ibu saat itu hanya bisa mendengarkan tanpa bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Rumah Nenek yang dari Ayah kebetulan dekat dengan taman itu lalu aku diantar ayah kesana setelah itu Ayah mengikuti Ibu kerumah sakit.
Berjam - jam lamanya aku menunggu Ayah dan Ibu dirumah Nenek sampai Ayah datang menjemputku dengan rasa takut aku mencoba bertanya kepada Ayah
"Yah bagaimana keadaan Adik?"
Ayah tersenyum lalu berkata
"Adik bibirnya harus dijahit Nak ayo kita pulang Ibu masih berada di rumah sakit menunggu Adik kamu selesai ditangani oleh dokter."
Dengan perasaan lega aku memeluk ayah dari belakang lalu aku mencoba menjelaskan kronologi kejadiannya kepada Ayah
"Ayah tadi Nana sudah memberi peringatan kepada Adik kalau jangan mendekat karena Adik mendorong ayunannya terlalu keras tapi bukannya menjauh Adik malah semakin mendekat akhirnya Adik terkena ayunan tersebut,"
Seraya menghela nafas Ayah mencoba memahami situasi yang ada.
"Iya Nak sudah jangan kamu pikirkan lagi ya yang penting adik kamu sudah tidak apa-apa."
Dengan perasaan campur aduk aku mencoba berpikiran tenang karena aku tahu kalau terlalu larut dalam rasa bersalah itu akan berimbas ke kesehatanku sendiri sebab sedari kecil aku sudah sakit-sakitan aku pun tidak mau selalu membuat orang tuaku cemas.
Sesampainya di rumah Ayah menyuruhku masuk ke kamar dan di dalam kamar aku masih tidak tenang harap-harap cemas dan berdoa semoga ibu tidak marah seperti tadi di taman.
Tidak terasa langit sudah menampakkan senjanya Ibu baru pulang bersama Adik lalu aku mencoba menenangkan diri sebelum menampakkan diri di hadapan Ibu dengan langkah perlahan aku memberanikan diri membuka pintu.
"Ibu maafkan Nana tadi Nana sudah memberi peringatan kepada adik untuk menjauh tapi adik malah mendekat dan adik..."
Belum sempat melanjutkan ucapanku Ibu memotong pembicaraanku
"Lain kali jangan diulangi lagi Ibu tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi!"
Aku menundukkan kepala lalu mengangguk setelah itu aku melihat keadaan adikku dan adikku pun mengangguk ia memberi kode kepadaku dengan matanya agar aku masuk kembali ke kamarku tanpa basa-basi aku memilih berlalu.
Keesokan harinya tepat pukul 06.00 WIB Milen datang kerumahku saat itu aku belum bangun tidur lalu Ibu membangunkan ku.
"Nana ada temanmu di depan ayo cepat bangun terus mandi setelah itu temui temanmu di ruang tamu!"
Tanpa komando dua kali aku langsung bangun lalu menuju kamar mandi beberapa saat kemudian aku menemui Milen di ruang tamu
"Maaf ya aku baru bangun kamu pagi sekali kerumahku baru juga jam 6 pagi Len."
Seruku seraya memonyongkan bibirku Milen yang melihatku seperti itu hanya tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha maaf ya Na aku terlalu semangat ingin bermain denganmu,"
Aku yang melihat antusiasme Milen yang ingin bermain denganku pun akhirnya mengurungkan niatku yang ingin merajuk kepadanya.
"Len tapi main apa ya, Aku kan tidak punya banyak mainan,"
Milen melihat sekitarku lalu bertanya
"Nana kamu tinggal dengan siapa saja disini, Eh tunggu dulu kayaknya itu temen sekelas kita ya?"
Seraya menunjuk sepupuku yang memang satu kelas dengan kami lalu aku pun menganggukkan kepalaku
"Iya dia kakak sepupuku entah mengapa di sekolah dia menghindar malah tidak mau aku ajak bicara memang sih aslinya dia tidak banyak bicara. Aku disini tinggal dengan orang tuaku, Nenek dari Ibuku, Buyut dari Ibuku, dan juga Budeku (Kakak dari Ibu) nah yang tadi kamu tunjuk itu anak dari Budeku, kamu tahu kan namanya?"
Milen mengangguk menatap lekat ke dalam bola mataku lalu berkata
"Rohman kan?"
Aku mengangguk dan aku menceritakan tentang Bang Rohman
"Kasihan tahu Bang Rohman itu Len dia tidak pernah bertemu ayahnya dan dia juga termasuk anak broken home mungkin itu ya yang membuat dia kurang percaya diri karena itu dia tidak mau berbaur dengan yang lain aku ingin mengajak dia berbicara saja tidak digubris sama sekali alhasil aku dan dia seperti orang asing dan kamu tahu sendiri kan disekolah dia seperti apa?"
Mendengar ceritaku Milen hanya menganggukkan kepala.
"Sudahlah kita tidak usah membicarakan hal seperti itu dunia orang dewasa memang rumit."
Ucapnya sambil cengengesan.
"Na kita main kerumah Falah yuk!"
Aku menimbang-nimbang ajakan Milen akhirnya aku memberanikan diri berpamitan ke Ibu untungnya Ibu mengizinkan aku bermain bersama Milen.
"Ayo berangkat!"
Milen memakai sepeda ontelnya aku duduk di boncengannya kala itu aku masih belum punya sepeda ontel dan Milen tidak keberatan akan hal itu beberapa saat kemudian kami sampai di depan rumah Falah.
"Assalamualaikum Falah!"
Seorang Ibu berwajah cantik bak orang Arab keluar dari dalam rumah
"Waalaikumsalam Falah nya masih tidur ya kalian mau menunggu atau bagaimana?"
Dengan sopan kami memilih menunggu
"Di tunggu saja Tan,"
Beliau mempersilahkan kami memasuki rumahnya sambil menunggu Falah aku dan Milen menjawab pertanyaan dari orang tua Falah
"Nama kalian siapa, tinggalnya dimana, kok tahu rumahnya Falah?"
"Saya Milen Tante rumah saya dekat dari sini Tan dan saya sering melihat Falah saat lewat disini,"
Jawab Milen secara lugas
"Kamu anaknya siapa Nak barang kali Tante tahu,"
Tanya Ibu Falah penasaran
"Saya anak Bu Miska Tante,"
Mendengar jawaban Milen Ibu Falah berseru
"Oalah kamu anaknya Miska to,"
"Iya Tante."
Ucap Milen lalu Tante Emy (Ibunya Falah) melihatku sambil tersenyum aku yang ditatap seperti itu hanya bisa senyum malu-malu.
"Nama saya Diana Tante rumah saya baratnya SD."
"Oalah iya oh iya Milen dan Diana mau minum apa?"
"Tidak usah repot-repot Tante,"
"Tidak repot kok Tante senang ada teman Falah yang main kerumah sering-sering main kesini ya soalnya Tante tidak punya anak cewek anak Tante tiga-tiganya cowok semua Tante disini paling cantik sendiri,"
Ucapnya lalu mengambil beberapa camilan dan air putih untukku dan Milen beberapa saat kemudian Falah menghampiri kami di ruang tamu.
"Pagi sekali kalian kesini mau kemana coba?"
Ucapnya sambil mencomot kue diatas meja.
"Tahu Milen dia tadi kerumah jam 6 pagi dan aku masih enak-enakan tidur itu,"
Ucapku sambil meminum air putih yang disuguhkan Tante Emy sedangkan Milen dengan wajah tanpa dosanya berkata
"Sengaja biar kalian tidak bangun kesiangan dan aku itu bosan sekali dirumah mau mainan gitu mumpung hari minggu."
Aku dan Falah yang mendengar perkataan Milen hanya menggelengkan kepala.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya