NovelToon NovelToon
Kupu-Kupu Tanpa Tuan

Kupu-Kupu Tanpa Tuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Sistem / Single Mom / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: JWin

Rhea adalah sahabat lamaku.

Seorang wanita muda yang cantik dan juga periang.


Dua tahun kami tidak pernah saling berkomunikasi dikarenakan kesibukan kami masing-masing.


Hingga hari itu dia meneleponku dan mengajakku bertemu.


Kukira pertemuan itu akan menjadi ajang reuni kami yang seru namun ternyata semua diluar perkiraanku.


Tujuan Rhea menemuiku adalah untuk membagikan kisahnya.

Kisah yang selama ini ia tutup dan pendam rapat-rapat.

Kisah yang sama sekali tidak aku duga yang dialami oleh sahabat dekatku sendiri.

Kisah yang membuat hidup Rhea berubah.


Bisakah aku membantu Rhea meluapkan segala keluh kesahnya?!

Atau justru aku ikut masuk dalam lingkaran kisah sahabatku sendiri?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JWin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

... and the story begins

Perkenalkan namanya adalah Rhea teman ku dari kecil seorang gadis yang berparas cukup menarik, tubuhnya tinggi langsing dengan kulit kuning langsat, hidungnya mancung, bibirnya merah tipis ditambah lagi dengan lesung pipit di kedua pipinya. 

Untuk ukuran gadis desa Rhea termasuk gadis yang periang dan mudah bergaul dengan siapa saja, bahkan Rhea cenderung bawel jika bergaul dengan teman-teman akrabnya.

Perawakan Rhea begitu terlihat sempurna bagaikan goresan alam yang indah tanpa celah sehingga dapat membuat siapa saja yang melihat sosoknya pasti akan memuja keindahan dan kesempurnaannya.

Bahkan bagi setiap pemuda di desaku Rhea tak hanya menarik, ia bagaikan bidadari yang menghiasi musim semi, cantik dan juga rupawan. Bidadari yang turun dari kayangan begitulah mereka menjuluki sosok Rhea.

Selain itu dibandingkan gadis seumurannya perawakan Rhea juga cenderung lebih bersih dan dewasa.

Di desaku Rhea hanya tinggal bersama ibu dan adik laki-laki satu-satunya. Ayah Rhea memilih pergi bersama istri barunya dan meninggalkan Rhea beserta ibu dan adik laki-laki nya disaat umur Rhea baru menginjak dua belas tahun.

Trauma masa kecil kepada ayahnya membuat Rhea sedikit hati-hati dalam memilih pergaulan dengan teman laki-laki sebayanya dan hanya aku teman laki-laki satu-satunya yang Rhea punya.

Rumah Rhea hanya berjarak kurang lebih lima ratus meter dari rumahku. Itulah yang membuat aku dan Rhea begitu akrab dari kecil karena kami selalu menghabiskan waktu bermain bersama ditambah dari sekolah dasar hingga SMA kami selalu berada di satu sekolah yang sama sehingga membuat hubungan pertemanan kami terlihat semakin akrab dari hari ke hari.

Hampir setiap siang sepulang sekolah Rhea menghabiskan waktunya untuk membantu ibunya berjualan di pasar hingga menjelang sore hari.

Disaat sore hari itulah Rhea meluangkan waktunya untuk sekedar bermain dan bercengkrama denganku.

Di usia kami yang sudah menginjak remaja, orang-orang di desaku sering mengira aku dan Rhea berpacaran padahal sebenarnya kami tidak lebih sebatas hanya teman biasa saja. 

Apalagi ditambah umur ku yang tiga tahun lebih muda dari Rhea membuat ku beranggapan Rhea adalah sosok kakak perempuan bagiku.

Ya.. umur Rhea lebih tua tiga tahun dariku, karena sewaktu ayah Rhea meninggalkannya Rhea sempat putus sekolah selama tiga tahun.

Bahkan tidak hanya bermain dan bercengkrama di rumah terkadang Rhea memintaku untuk sekedar keluar ke pasar malam atau menonton pertunjukan dangdut, maklum kami hidup di desa yang tentu saja jauh dari kata modern dan hingar bingar kehidupan kota besar.

Seperti sore itu sepulang dari pasar Rhea menghampiri ku dirumah dan mengajakku pergi ke pasar malam yang sedang diadakan di desa sebelah nanti malam.

Rhea begitu terlihat riang sore itu, sambil berlari kecil dia menghampiriku yang sedang duduk di teras sambil memberi makan burung-burung dara peliharaan ayahku.

“Sore Je… nanti malam ke desa Sukameriah yuk, dengar-dengar disana lagi diadakan pasar malam.” Ajak Rhea sore itu dengan penuh harap.

Aku mengangguk malas-malasan , karena jarak desa Sukameriah itu lumayan cukup jauh dari desaku.

“Kamu yakin Rhe.. mau ke pasar malam di desa Sukameriah?” Tanyaku pelan

“Ditambah jaraknya yang cukup jauh, satu jam perjalanan naik motor, bisa-bisa kita tua dijalan.” Candaku berusaha agar Rhea berubah pikiran.

“Ditambah lagi apa kamu ga takut dengan omongan tetangga yang…?”

Belum sempat ku selesaikan kata-kata ku tiba-tiba Rhea menjawab sambil tersenyum sinis.

“Jadi kamu lebih memilih memikirkan omongan tetangga dibanding menemaniku ke pasar malam?” Potong Rhea sambil merajuk yang tentu saja membuatku merasa tidak enak jika harus ku tolak ajakan gadis itu.

“Ya sudah tapi kamu jangan mengeluh capek dijalan ya nanti jalan.” Jawabku sambil mengangguk menandakan aku menyetujui ajakan Rhea untuk ke pasar malam nanti malam.

“Nah gitu donk, itu barunya namanya teman.” Ucap Rhea girang.

“Aku tunggu nanti malam ya Je, awas saja kamu ingkar!!” Ancam Rhea sambil membalikan badan untuk pulang ke rumahnya

Rhea berjalan pulang dengan girang, ia juga nampak tersenyum puas seolah-olah misinya untuk membujukku berhasil, sedangkan aku terlihat hanya berdiri lemas bagaikan tentara yang kalah di Medan pertempuran

Entah mengapa sulit sekali bagiku menolak ajakan Rhea, bukan aku tak mau tapi lebih tepatnya aku tak mampu…

Kadang sekokoh apapun tembok bangunan tak akan mampu menahan dan tetap akan hancur bahkan oleh lumut-lumut kecil yang menempel di dindingnya.

“Ah sudahlah untuk apa aku memikirkan yang aneh-aneh.” Gumamku sambil bergegas masuk rumah.

…….

Setelah selesai sholat Maghrib aku bergegas bersiap-siap mengganti baju untuk menjemput Rhea namun belum selesai ku kenakan kaos oblong ku tiba-tiba ibuku menghampiri ku.

“Kamu mau pergi kemana jam segini nak?” Tanya ibuku dengan lembut.

Dengan santai ku jawab “mau ke pasar malam di desa Sukameriah Bu.” Sambil ku selesaikan memakai kaos dan juga merapikan rambut ikal ku.

“Ke desa Sukameriah katamu? Jaraknya kan lumayan jauh nak.” Ujar ibuku 

“Dengan siapa kamu kesana nak.” Ibuku bertanya lagi dengan sedikit curiga.

Belum sempat ku jawab pertanyaan ibuku, beliau langsung menebak “pasti dengan gadis itu.” Ujar ibuku kali ini dengan nada yang sedikit meninggi.

“Iya Bu…” jawabku lirih dengan sedikit menundukkan kepala takut beliau marah.

“Kamu yakin nak? Ibu tidak melarang kamu berteman dekat dengan siapapun, tapi kan nak kamu sudah tau bagaimana omongan tetangga akhir-akhir ini mengenai Rhea.” Ujar ibuku dengan sedikit pelan dan khawatir, mungkin beliau takut jika aku malah marah mendengar kata-kata beliau.

“Ibu tidak usah khawatir, aku sudah tau sifat Rhea sesungguhnya, ibu juga taukan aku berteman dengan Rhea sudah dari kecil.” Ujarku berusaha menenangkan ibuku.

“Baiklah nak, percuma juga ibu larang paling kamu juga tetap akan pergi, tapi ingat jaga diri kamu baik-baik ya.” Ujar ibuku dengan nada lembut kembali.

“Yang terpenting jangan sampai kedua kakakmu di jakarta tau kalau adik laki-laki satu-satunya sekarang sering keluar malam bersama seorang gadis.” Canda ibuku yang nampak sudah mulai tenang sambil tertawa tipis.

“Baik Bu…” jawabku sambil ikut tertawa tipis.

Sebenarnya dapat ku maklumi perasaan ibu kepada Rhea akhir-akhir ini, dengan segala gosip mengenai Rhea yang sudah terlanjur merebak di kalangan orang-orang desa.

Namun bagiku gosip tentang Rhea hanya ku anggap sebagai angin lalu karna Rhea tetaplah temanku, bukan hanya teman Rhea adalah sahabat yang sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri.

Hidup ini terlalu rumit jika harus dilihat dari kacamata orang lain.

Terkadang orang-orang lebih memilih untuk membersihkan halaman orang lain dibandingkan membersihkan halamannya sendiri.

“Kalau begitu aku pamit ke desa Sukameriah dulu ya Bu, sekalian pamitin bapak juga nanti kalau sudah pulang dari sawah.” ujarku sambil mencium tangan ibuku untuk berpamitan.

Setelah itu aku bergegas mengeluarkan motor pemberian kakakku untuk menjemput Rhea di rumahnya.

Begitu sampai dirumah Rhea, ternyata dia sudah menungguku di depan pintu rumahnya.

Malam itu seperti biasa Rhea nampak begitu cantik dan menarik.

“Tumben tepat waktu kamu datangnya Je.” Sapa Rhea dengan sumringah.

Aku hanya tersenyum mendengar candaan gadis itu.

“Ayo sudah kita jalan, sebelum kemalaman.” Ajakku singkat sambil memberikan helm yang akan Rhea kenakan.

“Sebentar aku kunci pintu rumah dulu Je.” Jawab Rhea sembari mengunci pintu rumah yang terlihat mulai rapuh karena rayap.

“Ibu dan adik-adikmu belum pulang kerja ditempat pakde Marto Rhe.” Tanyaku santai dan dibalas dengan anggukan manis gadis itu.

Sepeninggalnya ayah Rhea,ibu Rhea memang sering kerja serabutan bahkan sekedar membantu pekerjaan dapur di rumah-rumah tetangga.

“Ok lets go ...” Ucap Rhea dengan semangat.

Dan sekilas ku lirik raut muka gadis itu. Memang Rhea sangat amat teramat cantik, pikirku.

Begitu besar kuasa Tuhan sehingga menciptakan makhluk secantik ini.

Sungguh alangkah indahnya Ciptaan Mu Tuhan…

1
St
suka
St
ditunggu update nya lagi thor. penasaran.
Amelia Quil
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!