NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:229.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencaritahu Tentang Danzel (Pernikahan)

Luna berguling-guling di atas kasurnya sambil mengingat-ingat ucapan Kakek Berto pagi tadi. Pernikahannya akan diadakan 3 hari lagi. Dan dia sama sekali tidak tahu, seperti apa cucu Kakek Berto itu. Yang ia tahu, pria itu setuju dengan pernikahan mereka. Itu pun dia tahu dari kakek Berto yang sudah pulang dari rumah sakit 3 minggu lalu, dan juga mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal, yang ternyata dari sekretaris Danzel.

"Ya Tuhan, aku tidak menyangka akan menikah secepat ini."

"Ck!" Luna berdecak, kemudian berhenti berguling dan berbaring telentang. "Walaupun aku tidak tahu seperti apa wajah si Danzel itu, setidaknya aku tahu bagaimana orang itu. Aku harus ke rumah kakek Berto sekarang."

Luna bergegas dari kasurnya lalu menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama untuk membersihkan diri, Luna keluar kemudian berpakaian. Setelah itu, ia keluar kamar dan berpamitan pada orang tuanya.

"Mau kemana kamu Luna?" tanya Vaela, Ibu Luna. Wanita itu sedang membawa segelas jus dan tak sengaja bertemu sang putri di ruang tengah.

"Aku mau ke rumah Kakek Berto, Bu."

Langkah Vaela terhenti. Wanita itu menatap sang putri lalu tersenyum. "Kenapa kesana? Mau ketemu calon suami?" tanya Vaela sambil menaik turunkan alisnya, menggoda sang putri.

"Ibuuu... Luna tidak—"

"Ayaaah.... Luna izin sama Ayah mau ke rumah Tuan Berto. Sepertinya anak Ayah tidak sabar bertemu calon suaminya." Vaela berteriak membuat Basil yang sedang di ruang tamu langsung menghampiri kedua wanita itu.

Melihat kedatangan Ayahnya, Luna menepuk pelan jidatnya. Sejak ia memutuskan akan menikah, Ayah dan Ibunya suka sekali menggodanya.

"Beneran kamu mau kesana? Mau Ayah antar?" tanya Basil.

"Ayaah... Aku bisa sendiri."

"Baiklah. Tapi, pakai mobil Ayah. Kamu juga harus bicara baik-baik dengan Tuan Berto dan calon suamimu. Putuskan lagi pernikahannya secara baik-baik. Walaupun Ayah senang kamu akan menikah, tetap saja Ayah takut kamu tidak bahagia dengan cucu Tuan Berto. Ayah lebih baik kamu tidak menikah dulu dan tetap bersama Ayah dan Ibu, dari pada kamu menikah tapi tidak bahagia."

Luna yang mendengarnya terharu. Gadis itu mendekati Ayah dan Ibunya lalu memeluk keduanya. "Luna pikir, Ayah sama Ibu tidak memikirkan Luna karena terlalu bahagia Luna akan menikah. Ternyata Luna salah. Terima kasih Ayah, Ibu."

"Itu hanya pikiranmu saja. Dengar, kamu harus putuskan kembali semuanya sebelum terlambat. Kalau pun kamu jadi menikah dan tidak bahagia di pernikahanmu nanti, katakan saja pada Ayah dan Ibu. Kami akan meminta Tuan Berto dan cucunya mengembalikan kamu ke kami,” ucap Vaela.

Luna semakin terharu mendengarnya. "Terima kasih Ayah, Ibu. Tapi, Luna sudah memutuskan untuk lanjut. Luna juga sudah berjanji pada Kakek Berto. Luna tidak akan mengingkarinya."

"Baiklah. Semua keputusan ada di kamu. Kami hanya menuruti apapun yang kamu mau."

Luna mengangguk. Dia lalu berpamitan pada kedua orang tuanya lalu bergegas ke rumah kakek Berto dengan mengendarai mobil sang Ayah.

Setelah 40 menit perjalanan, Luna pun tiba. Kedatangan gadis itu disambut baik oleh para pekerja di rumah kakek Berto. Bahkan mereka memaklumi Luna yang terkagum-kagum melihat rumah Kakek Berto yang besar dan mewah.

"Luna." Suara Kakek Berto mengalihkan Luna dari rasa kagumnya. Gadis itu tersenyum pada Kakek Berto.

"Kakek," sapanya.

"Kenapa tidak bilang kalau kamu akan datang? Kakek bisa meminta orang-orang kakek menjemputmu."

"Aku ingin buat kejutan buat Kakek." Kakek Berto terkekeh pelan mendengar jawaban Luna. Luna ikut tersenyum, kemudian menarik nafasnya. "Sebenarnya, aku kesini mau berbicara dengan Kakek. Aku ingin mengetahui beberapa hal tentang Danzel. Agar aku bisa mengatur diriku berhadapan dengan segala kebiasaan Danzel nanti."

Kakek Berto tersenyum mendengarnya. Dia sangat senang dengan inisiatif Luna yang mencaritahu tentang Danzel. Baginya, ini suatu kemajuan untuk persiapan kehidupan rumah tangga mereka nanti.

"Baiklah. Kakek akan menceritakan semua tentang Danzel padamu. Kakek harap, ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk kalian membangun rumah tangga nanti."

***

Tiga hari berlalu sejak Luna pergi ke rumah Kakek Berto. Dan hari ini adalah hari pernikahannya bersama Danzel. Luna sudah begitu cantik dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih gading. Gadis itu terdiam di salah satu kamar hotel. Ya, pernikahan itu diadakan di sebuah hotel. Meskipun sederhana, Kakek Berto ingin memberikan yang terbaik untuk cucu dan calon cucu mantunya.

Luna menarik nafasnya. Semua cerita Kakek Berto masih terekam jelas di ingatannya. Cerita yang membuatnya semakin yakin untuk menikah dengan Danzel dan membuat hidup laki-laki itu kembali berwarna.

"Cucuku Danzel tidak pernah dekat dengan wanita. Dia tidak percaya cinta atau apapun berkaitan dengan cinta. Satu-satunya kasih sayang yang dia percaya adalah kasih sayang Kakek padanya. Cucuku menjadi orang yang dingin tak tersentuh setelah keretakan rumah tangga orang tuanya. Sejak usia 11 tahun, dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Saya sering melihatnya menangis diam-diam ketika melihat anak-anak seusianya bermain dengan orang tua mereka. Walaupun kasih sayang saya tidak terbatas untuk Danzel, tetap saja kasih sayang orang tua yang paling dia butuhkan."

Luna lagi-lagi menarik nafasnya. Dibalik semua prestasi yang Danzel torehkan di dunia bisnis, laki-laki itu memiliki sisi hidup yang menyedihkan.

"Luna?" Panggilan Vaela membuat putri satu-satunya itu tersadar dari lamunan. Luna mengulas senyum melihat sang Ibu.

"Kenapa? Kamu keberatan melakukan pernikahan ini?"

Luna menggeleng. "Tidak, Bu. Luna teringat cerita Kakek Berto tentang Danzel."

Vaela tersenyum. Dia sudah tahu cerita Danzel dari putrinya. Dia juga merasa iba dengan calon suami putrinya itu.

"Dengar, Nak. Jika kamu benar-benar tulus menerima pernikahan ini dan juga menerima Danzel, lakukan tugasmu sebagai istri dengan baik. Buat Danzel kembali percaya cinta."

"Iya, Bu. Luna sudah bertekad agar Danzel bisa kembali percaya dengan cinta."

Vaela tersenyum. "Ya sudah. Sekarang, ayo kita keluar. Pernikahan akan segera dimulai."

Ibu dan anak itu segera berjalan keluar dari kamar menuju altar pernikahan. Perasaan gugup menyelimuti perasaan Luna. Tidak banyak yang hadir dalam pernikahan itu. Pernikahan juga dilakukan dengan sederhana, sesuai permintaan Luna.

Basil tersenyum haru melihat putrinya yang begitu cantik. Ia tidak menyangka akan melepas putri satu-satunya yang begitu dia sayangi.

"Ayah."

"Anak Ayah sangat cantik."

Luna tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Basil meraih tangan putrinya, dan membawanya menggandeng tangannya. Dia menggantikan sang istri dan membawa putrinya menuju altar pernikahan.

Di depan sana, sudah ada Danzel yang berdiri tegap dengan jas hitam dan celana senda. Wajah dinginya terlihat begitu tampan dan menawan. Mata tajamnya menatap Luna yang berjalan bersama Basil. Tak lama, laki-laki itu bergerak mendekati Basil dan Luna.

Langkah Basil memelan saat Danzel mendekatinya dan Luna. Pria bertubuh tinggi tagap itu berhenti di depan keduanya. Tangannya terulur, meminta Luna agar ikut dengannya. Luna mendongak menatap Danzel. Dan saat itu juga, dia membenarkan semua ucapan teman-teman kantornya. Danzel sangat tampan. Bahkan jauh lebih tampan dari gambaran teman-teman kantornya. Tersadar, Luna pun kembali menunduk.

Dengan perasaaan gugup, Luna meraih tangan Danzel dan membiarkan laki-laki itu membawanya.

Janji suci pernikahan pun terucap oleh Luna dan Danzel. Luna sedikit gemetaran saat sesi ciuman. Ia berpikir Danzel akan mencium bibirnya. Tapi ternyata tidak. Laki-laki itu malah mengecup keningnya. Dan itu membuatnya lega.

Acara pernikahan pun usai. Danzel berpamitan pada Kakeknya untuk segera kembali ke rumah.

"Kakek harap, pernikahanmu selalu bahagia," ucap Kakek Berto pada Luna.

"Terima kasih, Kek."

"Danzel, sekarang kau tidak sendirian lagi. Ada Luna bersamamu. Kurangi waktu kerjamu, dan sempatkan untuk menemani Luna." Danzel tak menjawab apapun dan hanya menganggukkan kepalanya.

Luna memeluk haru Ibu dan Ayahnya. Mulai sekarang, ia resmi tidak tinggal bersama orang tuanya. Dan dia sangat sedih. Mulai sekarang, dia tidak bisa bergelayut maja lagi pada keduanya setiap hari.

"Anak Ibu kok menangis? Jangan cengeng dong. Kan udah punya suami," ucap Vaela sambil mengusap air mata Luna.

"Ibu, Luna sayang Ibu. Mulai sekarang, Luna gak bisa manja-manja lagi sama Ibu sama Ayah setiap hari... hiks."

Vaela dan Basil terkekeh mendengarnya, begitu juga Kakek Berto. Berbeda dengan Danzel yang hanya menatap dingin interaksi mereka. Namun, ia tiba-tiba dikejutkan oleh tepukan pelan dibahunya. Dan pelakunya adalah Basil, sang Ayah mertua.

"Nak, kau bisa lihat sendiri bagaimana sikap putri kami. Dia gadis ceria dan manja. Saya harap, kau bisa memakluminya."

"Akan saya usahakan," balas Danzel yang mendapat anggukkan Basil.

Setelah berpamitan, Danzel langsung membawa Luna menuju kediamannya.

***

Kediaman Danzel tak kalah bagus dengan rumah Kakek Berto. Dan itu kembali membuat Luna terkagum-kagum. Tapi, gadis itu dengan sangat baik menutupi rasa kagumnya.

"Kau bisa tidur di kamar mana saja di rumah ini. Tapi, jangan di kamar sebelah kanan lantai dua." Suara Danzel membuat Luna menatapnya. Keningnya berkerut mendengar ucapan Danzel.

"Apa itu kamarmu?" tanya Luna. Meskipun gugup, dia tetap berusaha tenang.

"Hmm."

"Baiklah. Aku akan tidur di kamar itu."

"Apa maksudmu?" tanya Danzel bernada tak suka.

"Kenapa? Bukankah kita suami istri sekarang?"

Danzel menatap Luna tajam. Gadis itu berani padanya. Mendapat tatapan Danzel, Luna menjadi gugup. Tapi, gadis itu dengan baik menyembunyikan rasa gugupnya.

"Hehehe... Ibu dan Ayahku selalu tidur bersama. Itu kerena mereka suami istri. Kita berdua juga suami istri. Dan sudah seharusnya tidur bersama."

"Kita tidak ada ikatan apapun!"

"Loh? Bukannya tadi kita baru saja—"

"Kau bisa diam tidak?!"

"Aku akan diam saat tidur. Jadi, biarkan aku tidur di kamarmu."

Danzel mengeraskan rahangnya, dan melemparkan tatapan tajam pada Luna. Setelah itu dia berjalan menaiki tangga meninggalkan Luna.

Luna menarik nafas lega. Dia sangat gugup berhadapan dengan Danzel. Meski begitu, dia harus tetap bertahan.

Luna kembali menarik nafasnya, lalu meraih kopernya. Dengan segera gadis itu mengikuti Danzel sambil menyeret kopernya.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!