Nur Aini seorang gadis piatu yang beragama muslim yang di asuh oleh nenek dan kakeknya, dan sudah di lamar oleh kakak seperguruan tempatnya belajar ilmu agama islam. tapi karena berahli asuh ketangan Pamannya, Aini di bawa ke negara Prancis dan dipaksa pindah agama oleh pamannya, membuat Aini harus memutuskan hubungannya dengan tunangannya.
Setelah kecelakaan, Aini melupakan memori tentang tunangan masa kecilnya, dan kembali ke Indonesia, disinilah Aini bertemu dengan seorang pemuda tampan yang sholeh, sekaligus pengusaha yang terkenal lalu di pinang olehnya yang bernama Ammar Abqori.
Tapi siapa sangka pernikahanya yang baru 2 hari harus merelakan suami tercinta menikah dengan sehabat suaminya.di malam pertamanya. Bagaimana perasaan seorang istri ketika mengijinkan suaminya menikah lagi? bagaimana kisah kehidupan poligami Aini..? Apakah Aini akan kembali ingat dengan tunangannya.. yang bernama Al..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggi (@ngie_an), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Masa kecil Ernata
Ernata Vioni.
Blesteran dari sang ayah yang berasal dari Prancis beragama non muslim dan ibunya yang berasal dari Indonesia beragama muslim. Pernikahan Ayah dan Ibunya di tentang oleh ke dua orang tua dari Ibunya, karena tidak setuju oleh Ayah—Ernata yang beragama non muslim.
Namun, karena sang Ayah sangat mencintai Ibunya Ernata, akhirnya sang Ayah bertekad untuk masuk ke dalam agama Islam agar mendapat restu dari kedua orang tua Ibunya. Setelah menikah, mereka di karuniai seorang anak perempuan yang bernama Nur Aini.
Dua tahun kemudian.
Setelah pulang liburan dari Prancis, kedua orang tua Ernata mengalami kecelakaan di Indonesia yang mengakibatkan ibu—Ernata meninggal dunia dan sang ayah mengalami luka parah, sehingga dibawa ke negara Prancis untuk pengobatan, sedangkan Ernata selamat dari kecelakaan tersebut dan dirawat oleh kakek, neneknya yang berada di Indonesia.
Ketika usia Ernata dua tahun sampai umur tujuh tahun, dia di didik menjadi sosok gadis yang mandiri, berani, ramah, dan baik kepada semua orang. Apalagi dalam membaca al-quran, dia sangat mahir melantunkan ayat suci begitu merdu. Begitu pula soal memanah, keahliannya dalam memanah tidak perlu di ragukan lagi.
Namun, pada saat Ernata berusia enam tahun, dia dilamar oleh keluarga pengusaha berlian yang sangat kaya raya untuk anak semata wayangnya yang bernama Reyzal Al Ghozali. Reyzal adalah salah satu teman seperguruan pengajian Ernata, usia Rey lebih tua tiga tahun dari Ernata, Rey juga yang telah mengajarkan Ernata agar bisa melantunkan ayat suci dengan merdu.
Pada saat Ernata berusia delapan tahun, dia dijemput oleh sang ayah untuk tinggal di negara Prancis bersama dengan Pamannya. Kepergian Ernata membuat Rey sangat terpukul dan merasa prustasi.
Setelah Ernata tinggal di negera Prancis, ternyata Ernata tidak tinggal dengan sang ayah melainkan dengan pamannya, kasih sayang yang selama ini Ernata dapatkan dari orang terkasih di Indonesia tidak Ernata rasakan selama di Prancis.
Ernata di didik dengan sangat keras oleh Paman dan Tantenya, bahkan Ernata dipaksa untuk pindah agama oleh sang Ayah, sehingga Ayahnya mengganti nama dirinya menjadi Ernata Vioni.
Sedih dan sangat sakit yang Ernata rasakan, karena ini bukan ke inginan dia, cintanya terhadap muslim sudah melekat pada dirinya sejak kecil, karena usia dia yang masih belum cukup umur, dia belum bisa membatah dari sang Ayah maupun Pamannya.
OFF.
Enam tahun kemudian.
Dikamar.
Hasrat jati diri sebagai seorang muslim tersirat di dalam benak Ernata untuk membaca kitab suci. Namun, dia urungkan, karena dia tahu betul apa yang akan dilakukan oleh pamannya untuk memberi hukuman terhadap dia.
"Nenek, Aini kangen sama nenek dan kakek," ucap Ernata yang meneteskan air matanya.
Rasa rindu terhadap keluarganya yang hangat akan kasih sayang membuat Ernata tanpa sadar bersinandung membaca sholawat, dia berusaha untuk menutupi rasa sedihnya. Sampai akhirnya, Ernata mulai masuk ke dalam mimpi.
Pagi harinya.
"Ernata ... bangun!" teriak Tante Rose yang menggedor-gedor pintu kamar Ernata.
(Maaf ya author gak bisa bahasa Prancis, jadi selama Ernata di Prancis anggep aja pakai bahasa Prancis 😂)
"Nat, bangun ... lama bangat si buka pintunya?" Rose sangat kesal dengan Ernata yang lama tidak membuka pintunya.
"Ya Tante, ada apa?" tanya Ernata dengan ciri khas bangun tidurnya.
"Pake tanya segala, kamu tuh sudah di tungguin sama Paman dan Ayah kamu, kamu lupa hari ini hari apa? Buruan ganti baju kamu!" bentak Rose dengan nada keras.
"Iya, Tante," jawab Ernata menutup pintunya.
Ernata segera bersiap-siap dengan penampilannya yang tertutup walaupun tidak memakai baju muslimnya, dia tahu kalau paman dan tantenya akan mengajak dia ke Gereja.
Setelah selesaii bersiap-siap, Ernata mengambil sepotong roti yang berada di atas meja untuk dia makam di dalam mobil, karena dia tahu tantenya tidak akan mengizinkan dia untuk sarapan terlebih dahulu.
"Nat, kamu gak kepanasan dengan penampilan kamu seperti ini?" tanya sang nenek yang sudah berada di dalam kursi belakang mobil.
"Grandma!" ucap Ernata sambil memeluk neneknya.
Ernata begitu senang saat sang nenek ikut bersama dia hari ini, karena hanya neneknya yang begitu peduli dan sayang terhadap dia. Selama ini, neneknya tidak pernah memaksa keyakinan Ernata untuk memeluk agama yang di anut oleh sang paman. Namun, sayangnya dia tidak tinggal bersama dengan Grandma.
"Grandma!" Ernata mulai meminta bantuan kepada neneknya agar dia tidak bisa ikut masuk ke dalam Gereja.
"Ssstt! Kamu diam saja, tenang ada Grandma," bsik Grandma di telinga Ernata.
Ada perasaan lega di hati Ernata ketika Grandma selalu ada dipihaknya. Setelah sampai di depan Gereja, semua keluarga turun dari mobil tapi Ernata tidak ikut turun karena sang nenek membantu dia membuat agar tidak bisa masuk ke Gereja.
Bagus! Sudah berani beralasan, liat aja nanti di rumah, aku akan mengingatkan Jhon untuk menghukummu, batin Rose yang begitu kesal.
Setelah semua keluarga Ernata masuk kedalam Gereja, dia menikmati waktu luangnya sendiri di dalam mobil dengan mendengarkan salah satu lagu favoritnya mengunakan Headset bluetooth.
Ketika Ernata sedang asik menikmati lagu di telinganya, ada seorang pemuda remaja yang menghampiri dirinya yang berada di dalam mobil, pemuda itu mengetuk kaca mobil sambil tersenyum ke arah Ernata.
"Hai, apakah ini milik keluargamu?" tanya pemuda itu yang memperlihatkan dompet berwarna maroon.
Ernata membuka jendela lalu mengambil dompet dari tangan pemuda itu. "Iya benar, ini punya Omahku, kok bisa ada di kamu?" tanya Ernata penuh selidik.
"Aku tidak sengaja menemukanya di sana." tunjuk pemuda itu yang lebih tua dua tahun dari Ernata.
"Boleh aku masuk?" pinta pemuda itu.
"I'm sorry," ucap Ernata
"It's okay, boleh aku tau namamu?" tanya pemuda itu dengan senyum manisnya.
Ernata berfikir sejenak, sebelum menjawab pertanyaan dari pria tersebut, dia merasa bingung harus memberi tahu namanya siapa. Ernata atau kah Aini.
"Ernata," jawab Ernata yang memutuskan untuk menggunakan nama itu.
"Frans," ucap Frans yang tersenyum melihat senyuman manis terlukis di wajah seorang gadis yang tomboi.
"Kok kamu tidak masuk kecdalam?" tanya Frans.
"Aku ... aku ... aku sedang kurang enak badan, kalau kamu sendiri kenapa di luar?" tanya balik Ernata yang mengalihkan perhatian Frans.
"Gak apa-apa," jawab singkat Frans.
"Oh iya, boleh aku minta nomor ponsel, kamu?" Frans mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk mengetik nomor Ernata.
"Sorry!" jawab Ernata yang menolak memberikan nomor ponselnya kepada Frans.
"Boleh aku jadi pacar, kamu?" tanya Frans kembali saat Ernata menolak memberikan nomor ponselnya.
"Upss ... sorry, maksud aku ... jadi teman kamu?" Frans menahan rasa pegalnya saat berdiri di depan kaca mobil Ernata dengan mimik wajah yang masam.
Ernata hanya menjawab dengan sekali anggukan sebagai tanda dia setuju untuk menjadi temannya.
Jual mahal banget ni cewek, kalo bukan karena Oma Rienza. Gue males temenin dia di sini, tapi kalau diliat si .... cantik, manis senyumnya, batin Frans yang sudah gemas dengan sikap Ernata.
Tidak lama kemudian, orang-orang keluar dari dalam Gereja. Frans pamit kepada Ernata dengan wajah yang penuh kecewa, karena sudah gagal membuat Ernata terpanah dengan sosok dirinya.
__________
Sesampainya di rumah kediaman Jhon, Paman—Ernata. Sang ayah bersama Grandma pamit untuk pulang tanpa mengizinkan Ernata untuk ikut bersama mereka, dia begitu sedih dan kecewa karena sang ayah melarangnya. Ernata hanya melambaikan tanganya saat mobil sang ayah semakin menjauh.
"Aduh ... sakit, Tante!" Ernata meringis kesakitan saat rambutnya di jambak oleh Rose.
"Rose! Pelan sedikit, dia masih keponakanku" ucap Jhon yang sebenarnya tidak tega melihat keponakannya disiksa oleh istrinya.
"Kalau kamu gak bisa kasih dia pelajaran, pasti dia akan ngelunjak terus!" ucap Rose dengan kesal
"Ya, tapi gak kaya gini juga, Rose!" Jhon protes dengan sikap istrinya yang begitu kejam.
"Nih ... terserah kamu mau apakan anak ini, biar dia tahu diri." Rose mendorong Ernata hingga terjatuh ke lantai.
"Salah aku apa, Tante?" tanya Ernata sembari menangis.
"Kamu pake tanya segala lagi, salah kamu banyak! Banyak banget, kamu dan ibu kamu yang udik, udah buat suami saya bangkrut!" kesal Rose sudah tak tahan lagi dengan Ernata.
"Rose!" teriak Jhon yang menampar pipi istrinya.
Suara tamparan begitu jelas di telinga Ernata, dia tercengang saat melihat sang paman memarahi istrinya di depan mata kepala dia sendiri, Ernata mundur secara perlahan agar dirinya tidak menjadi amuk sang Tante ketika suaminya menampar dia.
"Ka ... mu ... berani menampar aku di depan anak tengik ini!" Rose memegang pipinya yang memar akibat tamparan dari suaminya.
"Ma-maaf, Rose! A-aku, a-aku ...." Jhon gugup karena menyadari kesalahannya yang sudah menampar Istrinya di depan Ernata.
"Kenapa kamu menampar aku? Karena anak tengik ini? Iya! Kamu ingat ya, Jhon! Karena anak ini ... hidup kita susah! Kamu harus mengeluarkan duit banyak untuk mengobati Ayahnya! Dan karena anak tengik ini juga ... Monica tidak betah tinggal sama kita!" ucap Rose yang begitu kesal dengan suaminya.
"Itu kewajiban aku menolong kakakku, dan untuk Monica, itu kemauan dia sendiri yang mau tinggal bersama orang tua kamu," ucap Jhon menjelaskan dengan jujur.
"Iya, itu karena kamu yang lebih memanjakan Ernata dari pada Monica." Rose menunjuk-nunjuk dada bidang Jhon dengan luapan emosi.
"Apa karena Ernata itu anak dari perempuan yang kamu cintai, iya?" air mata Rose sudah mengalir deras membasahi pipinya.
"Cukup Rose!" bentak Jhon.
Bersambung...
intip karyaku juga ya..