Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Prolog
*
Namanya Nurul Ifah, anak rantau di Kota Palopo yang berasal dari Desa Ranoteta di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Nama panggilannya Ifah, dia kuliah di IAIN Palopo melanjutkan study jenjang Pascasarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam. Saat ini sedang kuliah semester 3 saatnya menyusun Tesis, sibuk²nya belajar, cari referensi, dan persiapan penelitian. Ifah anak pertama dari 3 bersudara, memiliki 2 adik perempuan yang bernama Nayla Marmut dan juga Annisa Tomboy, itu nama gaul mereka hehehe. Lanjut ke Ifah, dia anaknya keras kepala, rajin, pintar, pemalu tapi pekerja keras. Orang tuanya di Kolaka, maksudnya ayah Ifah karena ibunya telah wafat.
**
"Sudah sore nih, mandi deh kemudian shalat ashar biar lebih segar, jenuh juga depan laptop terus", gumam Ifah seraya mematikan laptopnya setelah mengerjakan tugas kampusnya. Seraya berdiri mengambil handuk lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan ternyata di kamar mandi penuh telah berpenghuni. Di kos tersebut ada 6 kamar, dalam 1 kamar ada 2 orang, nah untuk dapur miliki bersama dengan teman kos, sedangkan kamar mandi ada 2. Tetapi ada juga tempat mencuci di lantai bawah pas dibelakang rumah ibu kos. Jadi kosnya di lantai 2 yaa silahkan dibayangkan saja tapi ini nyata karena kisah nyata ini dituangkan dalam novel.
"mandi di bawah saja deh sekalian mencuci," gumam Ifah dalam hati seraya melangkah pergi menuruni anak tangga di kos tersebut. Tidak lupa membawa pakaian ganti karena kalau hanya memakai handuk maka akan terlihat sangat seksi.
Mandi, mencuci, menjemur, berganti pakaian telah dilalui, kini saatnya naik dilantai 2. Menjemur pakaian bisa di lantai 2, tetapi ada juga tempat menjemur di lantai 1 tepatnya samping kamar mandi tersebut. Baru tiba dalam kamar hpnya berdering.
"tumben bunda Amma nelfon" gumamnya kecil seraya mengambil hp di atas meja. Digesernya icon hijau untuk menjawab panggilannya.
"Assalamu'alaikum bun, apa kabar?" cecarnya setelah salam. Sambil menunggu jawaban dari sebrang Ifah berdiri di depan jendela seraya melihat lalu lalang orang lewat baik pejalan laki mau pun naik motor.
"Waalaikumsalam Ifah, saya kabar baik de, dimana ki? Tidak pernah miki jalan² ke rumah?". Cecarnya balik seraya kerawa ringan.
"Alhamdulillah bun, saya di Kos bun, iye lumayan sibuk bun kuliah dan menyusun Tesis". Jawab Ifah sambil tersenyum ramah meski tidak nampak oleh bunda Amma.
"Lagi ngapain ki de?"
"Baru selesai mandi bun, ada apa bun?"
"Adakah pacar ta de?"
"Eh, ada apa bun tumben tanya pacarku hehehe?" jawabnya tersenyum kikuk.
"Betulah tidak ada pacar ta?"
"Ada sih dikasih kenal² k bun, tapi tidak pacaran hanya kenalan lalu berteman saja".
"Kalau mau ki ada mau ku kasih kenal ki de, tapi saya juga belum tau sih bagaimana orangnya he", Jawab bunda Amma sambil tersenyum malu karena mau memperkenalkan Ifah dengan lelaki tapi belum pernah juga dia lihat.
"Atau kesini ki saja de, kalau tidak sibuk. Ada k di RS Mujaisyah temani mama kontrol". Ucapnya lagi sambil mengajar Ifah untuk bertemu langsung.
"Boleh bun, tapi shalat k dulu sebelum kesana bun".
"Iya de, shalat miki dulu, masih mengantri juga disini". Ucapnya terakhir sambil menutup telfon dan mengucapkan salam.
Setelah ditutup telfonnya bunda Amma, Ifah masih terbengong menatap layar hpnya yang telah berwarna hitam dengan menjawab salam.
"Waduh bunda Amma ada² saja, shalat dulu deh, tidak apapa kenalan dulu, kalau tidak jodoh kan masih bisa berteman", gumamnya kecil sambil bersiap mengambil alat shalat hingga siap.
Shalat beberapa menit...
Alhamdulillah selesai shalat dan berdoa, Ifah bersiap² menuju RS Mujaisyah untuk menemui bunda Amma. Ifah berangkat dengan membawa tas yang berisi hp dan dompet lalu melangkahkan kaki keluar kos, menuruni anak tangga hingga ke pinggir jalan raya untuk menunggu mobil angkutan umum. Ifah kos dan kampungnya jauh makanya dia tidak memiliki kendaraan pribadi, kosnya juga masuk lorong jadi harus jalan kaki untuk keluar lorong mencari angkutan umum dipinggir jalan raya.
Ifah ketika di rumah maupun bepergian selalu menggunakan hijabnya, meski tidak memakai cadar namun dia berpakaian sopan. Ifah bukanlah wanita yang religius tetap masih belajar supaya menjadi manusia yang religius. Dia suka memiliki banyak teman, mudah bergaul meski keras kepala, dengan keteguhannya dia menjadi wanita kuat. Awal mulanya Ifah berada di Palopo niatnya mau bekerja ternyata dia berminat untuk kuliah di kampus islami.
***
Selamat membaca, ini karya kedua author, kritik dan sarannya para readers.
...****************...