Bertahun-tahun aku berusaha melupakan kenangan kelam itu, namun mimpi buruk itu selalu menghantuiku bahkan setiap malam. Akupun tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki. Entah sampai kapan ini akan terjadi. Ku kira selamanya tidak akan ada pria yang masuk dalam hidupku. Hingga dia datang dan perlahan merubah kepercayaanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Nasya
Suatu pagi di sebuah halte bus.
Disana terlihat ada banyak orang yang sedang menunggu kedatangan bus tujuan mereka masing-masing. Diantara kerumunan orang yang sedang menunggu kedatangan bus, ada salah satu gadis dengan penampilan yang cukup mencolok hingga menarik perhatian banyak laki-laki yang ada.
Gadis itu menunggu sambil mendengarkan musik dengan earphone ditelinganya. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit yang putih bersih. Rambut hitamnya terurai panjang dengan sedikit curly dibagian ujung. Wajahnya imut dan kecil, bulu matanya terlihat lentik dengan sorot mata yang tajam, hidungnya kecil dan mancung dengan bibir kecil berwarna pink. Gadis itu terlihat seperti sebuah barbie hidup. Namanya Nasya Widuri Aurelia .
"Sya! Nasya!"
Dari kejauhan terdengar seseorang memanggil namanya sambil melambaikan tangan. Namun karena Nasya sedang menggunakan earphone, jadi dia sama sekali tidak mendengar panggilan rekannya.
"Hei!"
Nasya sangat terkejut hingga terperanjat karena pundaknya tiba-tiba ditepuk seseorang. Dia pun menoleh sambil melepaskan salah satu earphonenya untuk melihat orang yang menepuk pundaknya.
"Oh, Lia,"
Ujar Nasya dengan sedikit senyum saat dia melihat orang yang menepuk pundaknya.
"Aku sudah berteriak memanggilmu dari tadi, tapi kamu gak nengok sedikitpun!" ujar Lia yang merupakan teman satu kantor Nasya.
"Benarkah? Maaf tadi aku tidak mendengarmu." Nasya meminta maaf sambil mengangkat earphonenya memberitahu Lia.
"Hmn ... Pantas saja." Lia menanggapi sambil memalingkan wajahnya menunggu bus yang sama dengan Nasya.
"Eh itu busnya sudah datang!" Lia memberitahu sambil menunjuk bus yang mulai mengarah ke halte tempat mereka menunggu.
Saat busnya berhenti dan semua orang mulai berebut untuk bisa naik, Nasya terdiam sambil memperhatikan para pria yang mulai naik lebih dulu. Terlihat ada rasa khawatir dari raut wajahnya.
"Sya, ayo naik! Kenapa diam saja?" tanya Lia yang sudah berdiri di pintu masuk bus.
"I-iya." Nasya akhirnya naik setelah hampir semua orang sudah naik ke dalam bis.
"Kamu tahu tidak tadi di depan sana aku melihat seorang pria tampan sedang mengendarai mobil mewah edisi terbatas.. Penampilannya benar-benar membuat mataku tidak ingin berpaling darinya. "
"Oh ya?"
"Iya. Dia tuh Bla bla bla..." Lia terus bicara pada Nasya dengan penuh semangat, namun Nasya hanya menanggapi dengan senyum tipis sambil menatapnya saja.
Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, akhirnya mereka tiba dihalte yang jadi tujuan mereka. Semua orang berdesakan untuk turun duluan, namun Nasya tetap berada dibelakang dan membiarkan orang lain turun lebih dulu, termasuk Lia. Teman kerjanya itu sudah menunggu didepan bus sementara Nasya baru saja turun.
"Kenapa kamu selalu menunggu yang terakhir sih? Padahal tadi kamu itu berada tepat dibelakang aku loh."
Lia menggerutu pada Nasya karena dia tidak turun bersamanya.
"Tidak papa. Hanya takut jatuh kalau ikut berdesakan."
Nasya menanggapi sambil menunjukkan senyum tipisnya.
"Ya sudahlah. Ayo jalan!".
Kedua gadis itu berjalan menyusuri trotoar menuju kantor tempat mereka bekerja yang letaknya tidak terlalu jauh dari halte bisa tempat mereka berhenti.
Setelah berjalan kaki beberapa meter, Lia dan Nasya pun tiba dikantor mereka. Gedung kantornya sangat besar dan terdiri dari beberapa lantai.
Mereka perlu menaiki lift atau tangga darurat untuk bisa sampai di ruang kerja mereka. Mereka juga harus berdesakan untuk naik lift karena pekerja lain juga tiba diwaktu yang sama. Setelah keluar dari lift, Lia dan Nasya mengeluarkan ID mereka untuk melakukan absensi.
Tit
Para karyawan bergantian menempelkan ID mereka disebuah alat yang terletak di depan ruang kerja mereka. Setelah melakukan absensi, barulah mereka masuk dan berjalan menuju meja kerja masing-masing untuk mempersiapkan pekerjaan mereka.
"Sya, kamu sudah dengar belum? Katanya kita akan kedatangan direktur baru loh. Ku dengar dia itu baru pindah ke kota ini."
Lia yang kebetulan duduk di sebelah Nasya bertanya sambil merapikan barangnya.
"Aku gak tahu. Bagaimana kamu selalu mendengar sesuatu yang bahkan tidak diketahui semua orang?"
Nasya menggelengkan kepala dan bertanya pada Lia dengan nada heran. Dia gadis yang cukup pendiam, jadi gak banyak hal yang bisa dia bicarakan. Nasya cenderung menanggapi dan mendengarkan orang lain bicara tanpa memulai percakapan lebih dulu.
"Aku gak sengaja mendengar percakapan orang lain tadi. Makanya aku tanya padamu. Kira-kira … direktur kita itu orang yang seperti apa ya?"
Lia bicara sambil memikirkan seperti apa manajer barunya nanti.
"Entahlah. Aku juga gak tahu." Nasya menanggapi sambil mengangkat kedua bahunya secara bersamaan.
Tepat pukul 08.00 pagi. Semua orang mulai disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing. Begitu pun dengan Nasya. Dia menyalakan komputer miliknya dan mulai memainkan jari jemarinya yang lentik diatas keyboard komputer. Nasya terlihat sangat serius dengan pekerjaannya. Tiba-tiba datang seorang pria yang menghampiri meja kerjanya.
"Pagi Sya,"
Nasya mengangkat kepala untuk melihat wajah orang yang berdiri di dekat mejanya itu.
"Pagi Lex." Dia menanggapi sapaannya sambil tersenyum ramah.
"Nanti kita makan siang sama-sama ya! Ada restoran yang baru buka di dekat hotel sekitar sini." ujar pria bernama Alex yang mengajak Nasya makan siang bersama.
"Aku makan dikantin aja." Nasya menolak ajakannya dengan sopan.
"Ayolah. Aku dapat voucher pembukaannya, jadi sayang banget kalau tidak digunakan." Alex kembali meyakinkan Nasya untuk pergi dengannya.
"Waah, ada diskonan nih. Aku ikut ya?".
Lia yang sejak tadi memperhatikan Nasya dan Alex pun mulai angkat bicara dan bergabung dengan percakapan mereka.
"Ikut-ikut saja! Kenapa kamu selalu menggangguku?".
Alex menanggapi Lia dengan nada bicara yang sinis.
"Memangnya kenapa kalau aku ikut? Gak papa kan Sya?".
Lia bertanya pada Nasya yang dibalas dengan anggukan kepala disertai senyum olehnya.
"Gak papa kan Lex kalau kita makan bertiga?".
Nasya pun bertanya pada Alex agar membiarkan Lia ikut bersama mereka.
"Ya sudahlah. Terserah kamu aja."
Alex pun menanggapi dengan pasrah meskipun sebenarnya dia hanya ingin makan berdua dengan Nasya.
"Asik. Makasih Nasya. Udah sana kembali ke meja kerjamu!"
Lia terlihat senang mendengar ucapan Nasya, lalu dia mengusir Alex agar kembali ke meja kerjanya.
"Diih. Bukannya terima kasih karena aku sudah mau ngajak kamu makan siang sama aku dan Nasya, malah sekarang ngusir!"
Alex mencibir Lia yang memintanya kembali ke meja kerjanya.
"Biarin aja. Yang ngasih izin aku ikut itukan Nasya bukan kamu."
Lia pun menanggapi cibiran Alex dengan sikap yang sama. Nasya hanya tersenyum melihat kedua rekannya yang terlihat memiliki hubungan yang dekat itu.
...****************...
Sementara ditempat lain. Seorang pemuda baru saja tiba disebuah hotel mewah dan sedang bicara dengan salah seorang pengurus hotel.
"Ini dokumen mengenai data tamu yang menginap dihotel kita selama beberapa waktu terakhir. Anda bisa melihatnya terlebih dahulu. Nanti saya akan membawa anda berkeliling untuk melihat kondisi hotel saat ini."
"Hmn, baiklah."
Seorang pria sedang memberikan penjelasan pada atasan barunya. Dia adalah orang yang selama ini mengawasi hotel sebelum pemimpin barunya tiba, namanya Yudi.
Atasannya menerima dokumen yang diberikan Yudi tanpa mengatakan apapun. Dia membacanya dengan seksama tanpa mengeluarkan suara. Sikapnya yang serius dengan raut wajah yang dingin tanpa senyum sedikitpun membuat Yudi diam dan merasa sedikit tidak nyaman. Auranya yang dingin membuatnya terlihat lebih berwibawa dan penuh karisma. Dia adalah Arjuna Danendra, direktur baru yang dipercaya sang kakek untuk mengelola salah satu hotel terkemuka milik keluarganya dikota ini. Padahal dia sendiri memiliki perusahaan yang terbilang cukup besar di luar negeri yang dibangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
"Aneh. Kenapa gak ada perkembangan di hotel ini? Dan anggaran yang dikeluarkan untuk renovasi juga terbilang besar." gumam Juna sambil mempelajari datanya
"Tolong kumpulkan pemimpin dari bagian masing-masing. Minta mereka juga untuk menyiapkan data yang akurat mengenai pekerjaan mereka selama ini. Aku ingin mendengar penjelasan langsung dari mereka, sekaligus mengenal mereka secara langsung." ujar Juna dengan sikap yang tegas dan penuh wibawa.
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." ujar Yudi dengan sikap yang sopan.
"Hmn."
Juna menanggapi Yudi dengan sikap yang dingin, lalu dia berjalan ke dekat jendela.
"Haah ... Kantor baru ditempat yang dikelilingi ular berbisa. Apa yang akan terjadi padaku kedepannya? Apa aku akan jadi mangsa untuk mereka? Ini akan sangat melelahkan." gumam Juna sambil menghela napas panjang dan menatap keluar jendela.
tapi tetep suka karena sifat laki²nya tegas no menye² ...