IG : KayKha_kay
FB : Kartika Putri
Rate 22 ++
Jika cinta itu penyakit,
maka pernikahan adalah penawarnya.
Lantas,
bagaimana jika pernikahan yang disebut-sebut sebagai penawar,
ternyata lebih menyakitkan?
Zahra Ammera, rumah tangganya berubah setelah sahabat baiknya menunjukkan foto mesra sang suami dengan seorang wanita. Rumah tangga yang di jalani selama dua tahun ini, bagaimana dia mempertahankan?
Apakah dia akan bertahan jika suaminya benar-benar selingkuh?
Sebelum membaca, mohon perhatikan.
Harap bijak dalam memberikan komentar, jika tidak suka bisa langsung tinggalkan. Jika suka, jangan lupa like dan masukkan ke dalam daftar Favorit.
Terimakasih, selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 (Prolog)
Sebelum membaca, pastikan Anda sudah cukup umur dan sedang dalam suasana yang bagus. Mungkin novel ini akan sedikit menguras emosi Anda, tapi mohon untuk berkomentar yang BIJAK.
Saya ulangi, Mohon Berkomentar Bijak. Jika tidak menyukai alur atau jalan ceritanya, Anda bisa meninggalkannya.
Selamat membaca dan terima kasih.
...🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃...
...Jika cinta itu penyakit, ...
...maka, pernikahan adalah penawarnya....
...Lantas, ...
... bagaimana jika pernikahan yang disebut-sebut sebagai penawar, ternyata lebih menyakitkan?...
...\~KayKha\~...
“Ra, selama menikah, kamu ngerasa mas Abram menyembunyikan sesuatu ngak?” Dania, menatap sahabat baiknya, Zahra.
“Tanya apa sih kamu ini?” Dengan gampangnua Zahra mengabaikan Dania dan fokus menatap layar ponsel yang menerima sebuah pesan.
“Aku ini udah dua tahun menikah, keluarga juga udah kenal. Menyembunyikan sesuatu ....” Zahra terkekeh pelan, kemudian menyandarkan tubuhnya ke kursi.
“Jangan ngaco!” Lanjut Zahra acuh tak acuh.
Dania menghela napas panjang nan berat. Sesekali menatap gelas, lalu menatap Zahra. “Ra, aku serius!” Dania mencoba mengambil titik fokus Zahra sembari menjentikkan jari beberapa kali.
“Oke oke, ngomong yang jelas!” Nada bicara Zahra mulai meninggi dan terdengar tidak sabar.
Dania segera mengambil ponsel yang ditaruh di meja, membuka kunci, dan kemudian menyodorkannya pada Zahra. “Coba lihat!” ucapnya.
Raut wajah Zahra terlihat cukup engan mengambil ponsel Dania. Namun pada akhirnya, ia tetap mengambil ponsel milik sahabat sepuluh tahunnya. Ditatapnya layar tipis berteknologi canggih dengan cermat. Wajahnya terlihat kecut, kala netra matanya fokus melihat sebuah foto. Seorang wanita dan pria yang terlihat cukup mesra, menghadap ke kamera dengan senyum lebar.
Dari sekian lama hubungan harmonis antar suami-istri, pasti ada masa dimana mereka juga mengalami kesalah pahaman. Yah, itu pasti.
Buru-buru ia meletakkan ponsel di atas meja dan mengelak dengan cepat, “Ah, itu rekan kerjanya!”
“Ra, jangan konyol ya! Bucin juga jangan gitu-gitu banget! Mana ada rekan kerja, tangannya sampe melingkar di pinggang macam uler!” Dania melotot kesal.
Wajah Zahra mulai gusar. Matanya melihat jelas tangan sang suami yang melingkar di pinggang si wanita. Namun pikirannya ngotot, ada kepercayaan, jika sang suami tidak mungkin berpaling muka darinya.
“Na-nanti aku tanya deh!” Zahra mencoba menenangkan hatinya, juga menjaga citra sang suami di hadapan Dania.
“Dih, Ra ....” Dania memutar mata. “Mana ada ceritanya maling mau ngaku? Gini deh, coba kamu selidiki dulu, Abram beneran nyeleweng atau engak?”
Hati istri mana yang tak resah?
Meski pikirannya dipaksa untuk percaya bahwa suaminya sangat setia. Perasaan wanita, tetap bisa rapuh.
“Nia, a-aku pulang dulu ya.” Zahra buru-buru memasukan ponselnya ke dalam tas, hendak pergi dari hadapan Dania. Menyembunyikan perasaan sakit yang tiba-tiba menusuk hati.
“Are you oke, Ra?” Cekal Dania memegang tangan Zahra. “Mau jalan dulu gak? Ke taman atau ... mau ke kosku?”
Zahra terdiam, menatap sahabatnya dengan pandangan nanar. Matanya terlihat fokus, tapi siapa yang sangka, tatapannya sudah terbang entah kemana. Membayangkan hal-hal yang sedikit mengusik.
“Jangan ditahan sendiri, Ra.”
“Aku mau nenangin diri dulu, Sorry!”
Zahra beranjak pergi setelah berkata demikian, meninggalkan Dania yang masih duduk di kursi. Buru-buru keluar dari cafe dan menaiki mobil pemberian Abram. Memacu pedal gas di jalanan kota Malang yang sedikit padat.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Jangan lupa untuk meninggalkan komentar yang baik dan bijak. Jika suka, jangan lupa like dan masukkan ke daftar Favorit. Jika tidak, Anda bisa langsung meninggalkannya.