Apa, sih yang gue pikirin?
Bisa-bisanya gue malah seranjang bareng sama dia.
Napas panas Anan menyentuh leher gue, bikin bulu kuduk berhamburan. Pelan-pelan, tangannya naik ke atas, menyusuri daster sampai tiba ke tulang rusuk. Tangannya berhenti tepat di bawah dada kiri gue dan diam di situ.
“Jantung lo kayak mau copot,” bisiknya di telinga, dan gue langsung basahi bibir.
“Mungkin karena alkohol.”
Anan usap telinga gue dengan bibirnya. “Bukan, bukan itu.” Dia mulai meninggalkan kecupan basah di leher, terus naik dan akhirnya mendarat di telinga gue lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dear, Anak Tetangga Komentar